15 Jul 2011

Mewujudkan Resolusi

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Roma 8:28

Menyusun resolusi adalah hal yang ke­rap dilakukan orang di awal tahun. Na­­mun, banyak orang begitu semangat me­nyusun resolusi agar menjadi “lebih ba­ik”, kemudian lupa ketika waktu berlalu. Ada banyak hal membuat kita sulit mewu­jud­kan resolusi. Akan tetapi, ada satu hal penting yang bisa menjadi pangkal kega­gal­an kita, yakni saat kita menyusun reso­lusi dengan pertanyaan yang salah, “Apa yang ingin saya capai tahun ini?” atau “A­pa yang ingin saya lakukan tahun ini?” Sebagai orang-orang yang menjadikan Ye­sus se­ba­gai Raja atas hidup ini, bukankah seharusnya kita mendasarkan resolusi pada perta­nya­an, “Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan tahun ini? Apa yang Engkau ingin agar saya capai tahun ini?” Ada dua alas­an mengapa kita harus melibatkan Tuhan dalam menyusun resolusi. Pertama, Yakobus mengingatkan agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan, karena kita tidak tahu apa yang akan ter­jadi besok (ayat 14). Yakobus menasihati supaya kita berkata, “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (ayat 15). Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi di se­panjang tahun ke depan. Namun, Tuhan akan memimpin kita untuk membuat keputusan yang tepat, saat kita membuat rencana bersa­ma-Nya. Kedua, kita mesti ingat bahwa tujuan utama hidup kita adalah men­jadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29). Karena itu, fokus re­so­lusi kita seharusnya adalah menjadi apa yang Tuhan mau, bukan se­kadar menjadi lebih baik menurut ukuran manusia. Mari membuat dan menjalani resolusi bersama Tuhan. Pegang­lah janji Tuhan, bahwa Dia akan “turut bekerja dalam segala se­su­atu” di sepanjang tahun ini (RH)

13 Jul 2011

RILEKS

Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Lukas 6:1

Kehidupan zaman sekarang penuh dengan tekanan; kesibukan dan ketergesaan seolah telah menjadi rutinitas. Bagaimana dengan Anda? Kapan terakhir Anda punya perasaan ingin berteriak sekeras-kerasnya? Kapan Anda merasa begitu ingin menangis? Apakah Anda mengalami kesulitan tidur pada malam hari dan terus diliputi ketegangan? Kapan terakhir Anda tersenyum dengan spontan? Kalau Anda sedang mengalami hal-hal itu, berarti Anda tengah mengalami gejala stres. Anda perlu waktu rileks. Rileks membantu me-recharge baterai kehidupan Anda. Firman Tuhan hari ini berkisah tentang Tuhan Yesus yang tengah berjalan di ladang gandum (ayat 1). Untuk apa Dia di sana? Alkitab memang tidak menjelaskan. Namun, sangat mungkin Dia tengah bersantai. Keluar sejenak dari kesibukannya, menikmati panorama alam pada Hari Sabat. Bisa dipahami, setiap hari Dia sangat sibuk —mengajar, melayani orang banyak, menyembuhkan orang sakit. Begitu padat aktivitas-Nya, sampai kadang makan pun Dia tidak sempat (Markus 6:31). Rupanya Tuhan Yesus juga sangat memperhatikan saat-saat untuk rileks. Rileks, berhenti sejenak dari hiruk pikuk rutinitas dan ketegangan sehari-hari, banyak sekali manfaatnya. Dalam olahraga golf dikenal pukulan yang disebut backswing. Kunci keberhasilan pukulan ini adalah rileks. Ketika si pemain berada dalam keadaan rileks, pukulannya bisa lebih jauh daripada kalau mereka melakukan dengan tegang. Begitu pula dengan hidup kita. Rileks akan membantu kita untuk mengembalikan kebugaran tubuh dan kejernihan dalam berpikir, sehingga hidup kita menjadi lebih produktif. Dan tentu lebih sehat pula.

12 Jul 2011

Tenggat Waktu (Deadline)

Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Yohanes 4 : 34

Ketika pekerjaan dikejar deadline (tenggat waktu), yang ada di benak hanya tuntutan “harus selesai”. Maka ketika seseorang sadar deadline menjelang, apa pun situasi yang dialami--padat aktivitas, ada masalah, kelelahan--ia akan memberi diri semaksimal mungkin untuk merampungkan tugas. Dan ia tak boleh menyerah dan tak boleh marah pada deadline, sebab untuk itulah deadline ditetapkan.
Ketika tiba saatnya Yesus menyelesaikan misi-Nya di dunia, Dia tahu waktu-Nya tak banyak. Maka, inilah kalimat kunci yang muncul dalam masa tiga tahun pelayanan-Nya: Dia selalu melayani dengan total! Dia memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengajar, menasihati, menegur, menyampaikan kabar baik, menyelamatkan orang berdosa. Tak heran jika beberapa kali kita membaca, Dia sampai kelelahan (ayat 6). Namun, dalam kondisi demikian pun, Yesus tak henti melakukan tugas-Nya. Dia menjangkau hati perempuan Samaria yang sengaja Dia temui, agar terjadi keselamatan baginya dan kaum sebangsanya (ayat 29,39). Karena tak selamanya Dia akan ada di dunia, Yesus selalu berkarya dengan totalitas.
"Untuk segala sesuatu ada masanya” (Pengkhotbah 3:1), kata firman Tuhan, ada deadline-nya. Tak ada tugas yang takkan berakhir di muka bumi ini. Tugas kita sebagai anak, sebagai orangtua, sebagai pasangan, sebagai pemimpin, sebagai staf perusahaan, dan sebagainya, suatu saat harus berakhir. Tak untuk seterusnya kita akan melakukan hal-hal yang kita lakukan sekarang ini. Suatu hari setiap peran itu akan berakhir, bahkan masa hidup kita di dunia pun akan berakhir. Maka seperti Yesus, mari lakukan setiap peran setotal mungkin kita bisa.

6 Jul 2011

KEKUATAN IMAN

Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya. Ibrani 11:30
Seberapa besar iman yang harus kita miliki? Bisa jadi inilah pertanyaan yang mendorong para murid untuk meminta kepada Tuhan Yesus, “Tambahkanlah iman kami!” Dan, jawaban yang mereka terima sangat mengejutkan, “Sekiranya kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada po-hon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu” (Lukas 17:6). Biji sesawi tergolong biji-bijian yang sangat kecil. Diameter biji ini kurang lebih satu milimeter, bahkan ada yang lebih kecil dari itu. Ada yang berwarna kekuningan, ada yang kecoklatan, ada juga yang berwarna hitam. Begitu kecil ukuran biji sesawi ini, sehingga orang bisa sangat sulit memegangnya. Dan biji sesawi yang sangat kecil ini justru dijadikan “ukuran” oleh Tuhan untuk menunjukkan kekuatan iman yang besar. Iman melewati batas-batas perhitungan akal. Apa yang menurut akal sulit, bahkan tidak mungkin, bisa terjadi di dalam iman. Tembok Yerikho menjadi bukti betapa kekuatan iman mampu meruntuhkan tembok (Yosua 6:1-27). Akal sehat kita tentu akan sangat sulit membayangkan tembok yang kokoh dan kuat itu runtuh, tetapi iman memungkinkan segala sesuatu terjadi. Karena itu, jangan berkecil hati jika kita tengah menghadapi “jalan buntu”; kesulitan dan hambatan bertumpuk di depan kita seolah-olah mustahil dilampaui. Jangan undur. Tetaplah berpaut pada iman, sebab di dalam iman selalu ada pengharapan akan adanya jalan keluar. Kadang-kadang hal itu dapat terwujud dengan cara dan waktu yang sama sekali tidak terduga.

5 Jul 2011

Bukan Superstar

Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Yohanes 1:8
Lagu Ku Bukan Superstar dari Project Pop merupakan lagu yang mengutarakan kejujuran. Lirik lagu tersebut dengan jujur mengatakan bahwa saya bukan superstar, melainkan hanya orang biasa. Perlu sebuah keberanian untuk memiliki kejujuran seperti ini. Dan, hal tersebut hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang memiliki pengenalan yang baik terhadap dirinya sendiri. Yohanes Pembaptis memiliki kesempatan untuk menjadi seorang superstar. Ia bisa saja mengaku kepada orang-orang bahwa dirinya adalah Mesias atau sedikitnya Nabi Elia, tetapi ia tidak melakukan hal itu (ayat 20,21). Mengapa? Karena ia tahu siapa dirinya dan apa yang harus dilakukannya. Yohanes tahu bahwa ia hanyalah saksi yang tugasnya adalah membuka jalan agar Mesias Sang Superstar yang sesungguhnya itu, dapat dikenal oleh banyak orang. Yohanes Pembaptis tidak merasa rendah diri karena hal itu dan juga tidak merasa terpaksa melakukannya. Yohanes Pembaptis tidak pernah mengatakan, “Mengapa Dia, bukan saya?” Kejujuran Yohanes membuat dirinya tampil sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai orang lain. Dengan demikian, ia memenuhi tujuan yang Allah tetapkan dalam hidupnya. Dan saya yakin inilah yang diingini oleh Allah. Sesungguhnya, Allah menciptakan kita sebagai pribadi yang unik dan istimewa. Allah telah mengaruniakan banyak kelebihan dalam diri kita. Jadi, untuk apa tampil di dunia ini sebagai orang lain? Tampillah secara jujur. Tunjukkanlah keunikan, kelebihan, dan keistimewaan yang telah dikaruniakan Allah kepada kita secara pribadi.(RH)

4 Jul 2011

Makna Kehilangan

katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Ayub 1:21

Siapa yang tidak sedih ketika kehilang­an sesuatu yang berharga dalam hi­dup­nya? Seorang ibu menangis pedih ka­re­na kehilangan anak tunggalnya yang me­ninggal karena sebuah kecelakaan. Se­mua orang akan mengerti kepedihan ha­ti sang ibu dan memakluminya apabila sang ibu menangisi kepergian si anak se­demi­kian rupa. Bicara tentang kehilangan, sesung­guh­nya tidak ada yang dapat menandingi ke­pe­dihan Ayub. Bayangkan, dalam seke­jap hartanya habis. Bukan hanya itu, ke­pe­­dihannya makin bertambah ketika se­mua anaknya pun tewas seketika, bahkan kesehatannya pun hilang. Dalam sekejap, Ayub, yang semula adalah orang yang ka­ya raya, menjadi orang yang sangat mis­kin. Dari orang yang memiliki anak menjadi ayah yang tanpa anak lagi. Dari orang yang sehat menjadi orang yang memiliki sakit borok di sekujur tubuhnya. Ditambah lagi dengan cibiran dari sang istri—orang yang seharusnya menjadi penolong dalam hidupnya. Kurang apa lagi derita yang dirasakan oleh Ayub? Namun yang luar biasa, da­ri mulut Ayub tidak keluar kata-kata keluhan, tetapi sebuah kata pu­jian, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah na­ma Tuhan!” (ayat 21). Ayub sadar bahwa semua yang ia miliki bukan miliknya, melainkan milik Tuhan, sehingga tatkala Tuhan mengambil se­mua yang ada pada Ayub, Ayub tidak memprotes dan menuduh Tuhan sebagai tokoh yang kejam dan tidak adil. Ada kalanya dalam hidup, kita mengalami kehilangan. Memang be­rat dan pedih jika kita mengalaminya. Namun, mari kita meman­dang semuanya itu sebagaimana Ayub memandangnya supaya kita da­pat menghadapi peristiwa kehilangan dengan tetap berpengha­rap­an. (RH)

3 Jul 2011

Jika Kamu Percaya

Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"  Yohanes 11 : 40

Ketika ibu saya sakit, saya sangat ingin Tuhan menyembuhkannya lewat mukjizat, sehingga tak perlu operasi. Namun, saya harus menerima kenyataan yang berbeda. Ibu saya harus dioperasi dan menjalani kemoterapi. Iman saya harus berhadapan dengan ujian untuk tetap teguh percaya walau jalan yang ditempuh tampak berbeda. Akan tetapi, mukjizat itu tetap ada. Iman orangtua saya—yang saat itu baru mengenal Tuhan—tetap teguh bertahan menghadapi semua proses tersebut. Bahkan, mereka mengakui kebesaran dan kebaikan Tuhan lewat peristiwa ini. Ibu saya pun sembuh dari sakit. Sampai akhirnya, kedua orangtua saya justru dibaptis setelah pengalaman tersebut, bahkan juga nenek dan bibi saya.
Kerap kali kita memiliki pemikiran yang berbeda dengan Tuhan, sehingga kita menjadi kecewa, bingung, dan sedih. Demikian pula dengan Maria. Ia berharap Tuhan Yesus datang saat Lazarus masih terbaring sakit, sehingga ia tidak akan mati (ayat 32). Kenyataannya, justru sebaliknya. Tuhan menunda datang. Namun, di tengah ketidakmengertian Maria akan pemikiran Tuhan, Dia meminta agar Maria tetap percaya. Sebab ketika orang percaya, maka ia akan melihat kemuliaan Tuhan (ayat 40). Dan inilah yang Tuhan tunjukkan; kebangkitan Lazarus membuat banyak orang menjadi percaya (ayat 45).
Ketika hal-hal yang terjadi di hadapan kita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dan kita sama sekali tidak mengerti rencana Tuhan, maukah kita tetap percaya? Sebab, Dia hendak menunjukkan kemuliaan-Nya, hingga akhirnya membuat kita mengerti apa maksud dan rencana Tuhan di balik semua yang terjadi.

1 Jul 2011

Cinta Sejati

Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Markus 10:9

Owa Jawa (hylobates moloch) adalah sejenis kera kecil (lesser apes) yang hidup di Pulau Jawa, meskipun banyak penduduk di Pulau Jawa yang tidak mengetahui keberadaan satwa yang sudah di ambang kepunahan ini. Owa Jawa, sebagaimana beberapa jenis owa lain, biasanya hidup berpasangan dan monogami. Untuk mendapatkan pasangan yang cocok, Owa Jawa kadang memerlukan waktu yang panjang. Namun setelah mendapatkannya, pasangan ini akan bertahan seumur hidup. Benar-benar tak tergantikan. Jika pasangannya mati, owa tersebut biasanya tidak akan mencari pasangan lagi. Sampai mati. Pengagungan cinta kasih manusia tentu saja dan semestinya melebihi cinta kasih satwa. Walaupun kini tengah marak fenomena perpisahan dalam hubungan suami-istri, tetapi yang Tuhan kehendaki adalah hubungan yang harmonis layaknya Tuhan dengan jemaat-Nya. Efesus 5 dengan jelas menggambarkan hubungan ini. Ada cinta kasih dan kesetiaan yang dituntut dalam hubungan antara suami dan istri—yakni seperti Kristus dengan jemaat-Nya. Dan, hubungan yang dipersatukan oleh Allah harus dipelihara dengan baik sebagai wujud ungkapan syukur terhadap Tuhan, “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Markus 10:9) Bahkan kematian pun seyogianya hanya memisahkan manusia secara fisik. Apakah kita sudah mengasihi pasangan kita layaknya Kristus mengasihi jemaat? Atau, mungkin kita masih harus belajar dari kera kecil yang hampir punah di beberapa kawasan hutan yang tersisa di Pulau Jawa?

Followers