17 Jul 2013

SAAT BERBELAS KASIH

SAAT BERBELAS KASIH

Bacaan: Lukas 23:26-34
NATS: Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34)

Pada tahun 2002 saya berada di Jakarta, Indonesia. Saat itu saya menjadi pengajar selama dua malam dalam suatu konferensi Alkitab. Malam pertama, saya berangkat lebih awal ke gereja yang menjadi penyelenggara acara, dan sang pendeta mengajak saya untuk berkeliling gedung. Keindahan gereja itu mengesankan saya.

Kemudian sang pendeta mengajak saya ke ruangan yang besar di tempat yang lebih rendah. Di bagian depan terdapat mimbar dan meja Perjamuan Kudus. Di belakangnya tampaklah dinding beton sederhana dengan salib kayu menempel di dinding. Di bawahnya tertera tulisan berbahasa Indonesia. Saya menanyakan apa bunyi tulisan itu, dan saya terkejut saat ia mengutip perkataan Kristus yang dilontarkan-Nya dari atas kayu salib, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Saya menanyakan apakah ada alasan khusus sehingga tulisan itu tertulis di situ. Ia lalu menjelaskan bahwa beberapa tahun sebelumnya di kota ini pernah terjadi kerusuhan hebat, dan 21 gereja dibakar habis dalam satu hari. Dinding beton itu merupakan satu-satunya yang tersisa -- dari gereja pertama yang dibakar.

Dinding dan ayat tersebut mengingatkan mereka pada belas kasih yang ditunjukkan Kristus di atas kayu salib, dan hal itu menjadi pesan gereja bagi kota mereka. Balas dendam dan kepahitan bukanlah respons yang menyembuhkan kebencian dan kemarahan dunia yang terhilang ini. Akan tetapi, belas kasih Kristus dapat menjadi respons yang memulihkan, seperti halnya yang terjadi 2.000 tahun silam --WEC

BELAS KASIHAN DIBUTUHKAN UNTUK

MENYEMBUHKAN LUKA DAN HATI SESAMA

14 Apr 2013

Doa Yabes Bagi Orang Kristen

Oleh Pdp. Filipus Heryanto, SE, MA

Dalam kitab 1 Tawarikh 4 : 9 -10 menulis : Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya : “Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan.” Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya : “Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku !” Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.

Ayat ini menjelaskan siapa Yabes dan apa yang ia perbuat termasuk apa yang dia doakan dan doa tersebut dikabulkan oleh Allah. Yabes adalah sosok pribadi yang memiliki iman yang kuat dan mengetahui kehendak Allah atas hidupnya dengan pasti.

 Sejak penciptaan manusia Allah mempunyai rencana untuk memberkati ciptaannya ini dengan berkat yang berlimpah-limpah (Kejadian 1 : 28). Saat Yabes menaikkan doa supaya ia diberkati berlimpah-limpah dan daerahnya semakin diperluas serta meminta penyertaan dan perlindungan Allah atas hidupnya. Ini sesuai dengan janji Firman Tuhan atas manusia supaya mereka bertambah banyak, menaklukan bumi dan berkuasa atas segala binatang yang ada di bumi

Ada tiga pokok utama dari doa yang Yabes naikkan kepada Allah dan ketiga hal utama ini juga memiliki arti yang penting bagi setiap orang Kristen pada saat ini :

1. Kiranya Engkau memberkati aku dan memperluas daerahku

Pokok pertama ini berarti Yabes menghendaki suatu kemajuan yang ingin ia capai. Bukan hanya kemajuan dalam hal jasmani saja tetapi juga dalam hal rohani. Ia sadar dengan segala berkat yang Allah beri padanya maka ia sanggup turut memperluas Kerajaan Allah bahkan sampai ke daerah-daerah yang lainnya.

Yabes mengingatkan setiap orang Kristen bahkan gereja Tuhan untuk melihat, mendengar dan ambil bagian dalam memperluas Kerajaan Surga karena saat ini banyak orang Kristen tidak malu jika tidak maju padahal Amanat Agung haruslah kita lakukan bagi pelebaran Kerajaan Allah di bumi (Matius 28 : 19 – 20).

2. Kiranya tangan-Mu menyertai aku

Yabes meminta penyertaan Tuhan dalam segala yang ia kerjakan. Ia sadar bahwa tanpa Tuhan ia tidak dapat melakukan apa-apa. Yesus mengatakan : “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kami tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15 : 5). Kita seharusnya juga selalu meminta penyertaan Tuhan bagi segala yang akan kita kerjakan seperti Elisa meminta bagian dari Roh Allah yang ada di dalam Elia, Yakub terus memegang Malaikat Tuhan untuk memberkatinya. Adalah menjadi bagian orang percaya untuk selalu mengingatkan Tuhan akan janjiNya supaya janji tersebut dapat terjadi dalam kehidupan kita.

3. Kiranya tangan-Mu melindungi aku dari malapetaka

Yabes meminta Allah menjadi pelindung dan perisai bagi keselamatannya. Yabes menyadari segala kelemahan dan kekurangannya bahwa ia tidak akan pernah luput dari malapetaka atau pun kesakitan. Hanya Tuhanlah yang dapat menjagainya dan meluputkannya dari malapetaka dan kesakitan yang dating dalam kehidupannya. Kita sebagi orang-orang Kristen yang telah Yesus tebus dengan darahNya dan Yesus telah memberikan kesembuhan atas segala kelemahan dan sakit penyakit kita dengan rela menderita di kayu salib supaya kita dapat dibebaskan dari hal tersebut.

Yabes mengajarkan kepada setiap orang percaya supaya kita jangan hanya cukup menjadi jemaat atau bahkan menjadi turis rohani saja, yang datang untuk makan kenyang lalu tidur. Seperti Yabes meminta kepada Allah suatu kemajuan dalam hidupnya sehingga mampu memperluas Kerajaan Surga dalam apa yang ia kerjakan. Itu juga yang seharusnya dimiliki setiap orang percaya untuk bangkit membawa Firman Tuhan dan menjadi saksi-saksi Kristus untuk memberitakan Injil Kristus sampai ke ujung-ujung bumi.

Bangkitlah , menjadi teranglah, sebab terangmu datang,

7 Apr 2013

Merespon Panggilan: Bukan Kemampuan Kita, Tapi Kemauan

Ayat bacaan: Filipi 4:19
=================
"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."

Sewaktu kecil saya sering diminta ayah saya untuk pergi ke warung membeli sayur, bawang atau bumbu masak lainnya yang akan ia pakai untuk memasak telur dadar. Pada waktu itu hari minggu adalah satu-satunya hari yang bisa dipakai oleh ayah saya untuk melakukan kegemarannya sibuk-sibuk di dapur, karena di hari kerja jadwalnya penuh dalam bekerja sebagai dokter. Saya masih ingat betul pada mulanya saya ragu apakah saya mampu melakukan itu. Bagaimana jika saya ditipu harga, diberi kembalian yang tidak benar atau kendala-kendala lainnya seperti salah beli sayur, bumbu dan sebagainya? Satu hal yang ayah saya katakan pada waktu itu juga masih membekas dalam memori saya sampai hari ini. Ia berkata bahwa jika saya ia suruh, itu artinya ia percaya saya mampu. Akan halnya soal berhitung uang kembalian, bukankah saya sudah ia beri kesempatan untuk bersekolah, disamping ia dan ibu saya juga rajin mengajari saya dalam banyak hal termasuk matematika? Dan soal salah beli, kalaupun salah saya tinggal menukarkannya kembali, atau saya bisa bertanya kepada si penjual. Kalau begitu tidak ada yang harus saya khawatirkan. Saya tinggal mengaplikasikannya ke dalam bentuk nyata. Pengalaman hidup nyata yang sederhana ini ternyata teraplikasikan dalam kehidupan saya setelah dewasa, dan ternyata pula merupakan sebuah cerminan tentang bagaimana reaksi kita dalam menanggapi panggilan yang diberikan Tuhan.

Keraguan, itu akan selalu hadir ketika kita dihadapkan kepada sebuah tugas, tantangan dan juga sebuah panggilan. Logika kita akan segera mengukur batas kemampuan kita, dan di saat ukuran kita tidak sebanding dengan besarnya tanggungjawab yang dibebankan, maka keraguan pun segera muncul. Padahal apa yang diminta Tuhan bukanlah soal kemampuan kita, tetapi kemauan kita. Bukan kepintaran, kekuasaan, koneksi, keahlian atau gelar kita yang membuat Tuhan tertarik untuk memberi sebuah tanggungjawab lewat panggilan, tetapi kesediaan kita untuk mengerjakannya dengan taat, itulah sebenarnya yang diinginkan Tuhan. Selebihnya serahkan kepada Tuhan. Dia adalah Tuhan yang menyediakan (Jehovah Jireh), dan oleh karenanya segala keperluan kita butuhkan untuk mengerjakan sebuah panggilan tentu Tuhan sendiri yang akan sediakan. Dan lihatlah ayat yang secara tegas menyatakan hal itu. "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19). Jika untuk keperluan-keperluan kecil kita saja Tuhan mau sediakan, apalagi untuk sebuah tujuan besar sesuai rencanaNya yang hadir dalam bentuk panggilanNya bagi kita masing-masing.

Jadi lihatlah bahwa ada perbedaan antara ukuran kesanggupan kita menurut penilaian kita sendiri dan pandangan Tuhan tentang kesanggupan kita menurut hematNya. Kita bisa melihat sebuah contoh akan kebimbangan ini lewat kisah Musa pada saat ia dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan untuk menuju tanah terjanji. Musa seperti kebanyakan dari kita langsung mengarahkan pandangan kepada keterbatasannya sebagai pribadi yang punya kelemahan fundamental yang bagi manusia mungkin akan dianggap sebagai nilai minus atau bahkan penghalang menuju keberhasilan. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (4:10). Berat mulut dan berat lidah, slow of speech and have a heavy and awkward tounge dalam bahasa Inggrisnya. Mungkin itu sejenis gagap, atau sekedar bukan orang yang pintar berbicara seperti layaknya orator ulung. Musa segera mengarah kepada kelemahannya dan lupa bahwa Tuhanlah sebenarnya yang menjadi pelaku utamanya, bukan dia. Itulah yang kemudian diingatkan Tuhan. "Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (3:14). Dalam versi bahasa Inggrisnya dikatakan "I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE." Tuhan secara jelas menyatakan bahwa siapa Tuhan itu jauh lebih penting daripada siapa Musa. "Akulah Aku", itu jauh lebih penting dari 'siapa aku.' Tuhan tidak melihat atau mengukur kehebatan diri kita, tetapi apa yang Dia minta adalah kemauan atau kesediaan kita. Itu saja. Selebihnya, Dialah yang akan melengkapi segala sesuatu yang kita butuhkan agar bisa berhasil menggenapi panggilanNya dengan baik.

Sikap sebaliknya kita dapati ketika Yesaya berada dalam situasi mirip dengan Musa saat mendapat panggilan Tuhan. Berbeda dengan Musa, Yesaya langsung menyatakan kesiapannya tanpa menghitung-hitung kemampuannya terlebih dahulu. "Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" (Yesaya 6:8). Singkat namun tegas, demikian reaksi Yesaya. "Here am I, send me." Apakah Yesaya termasuk orang yang percaya diri berlebihan? Narsis? Sok hebat? Saya percaya bukan itu. Saya yakin Yesaya sangat tahu sampai dimana batas kemampuannya sebagai manusia. Tetapi ia menyadari betul bahwa ia hanyalah seorang utusan, seorang hamba. Ia tidak perlu takut. Bukankah ia memiliki "Tuan" dengan kuasa yang tidak terbatas? Bukankah ketika sang tuannya yang menyuruh, itu artinya tuannya tahu ia mampu, dan tuannya pula yang akan melengkapi apapun yang ia perlukan untuk melaksanakan tugas? Ini sebuah sikap yang seharusnya segera muncul dalam diri kita ketika Tuhan memberi sebuah panggilan. Bukan segera melihat kekurangan atau keterbatasan kemampuan kita, tetapi segera mengarahkan pandangan kepada Sang Pemberi tugas. Bukan mengeluh, tetapi sudah sepantasnya kita bersyukur karena kita dipilih Tuhan untuk melakukan pekerjaan yang mulia. Bukan kemampuan kita yang penting, tetapi kemauan kita. Selebihnya biarkan Tuhan yang berkreasi diatas segalanya lewat diri kita.

Dalam dua renungan terdahulu kita sudah melihat bagaimana caranya agar kita bisa mengerjakan panggilan secara maksimal. Hari ini marilah kita sadari bahwa apa yang diminta Tuhan adalah kesediaan kita, what He wants from us is simply our willingness, our obedience, our immidiate positive response based on trust and faith. Adakah panggilan Tuhan kepada anda yang hingga hari ini masih anda tunda karena ragu? Adakah panggilan Tuhan yang masih anda abaikan karena anda masih tidak percaya bahwa anda sanggup? Jangan tunda lagi, terimalah segera dan beranilah berkata seperti Yesaya: "Ini aku, utuslah aku!"

Bukan kemampuan kita, tetapi kemauan kita, itulah yang diminta Tuhan

Sumber: Renungan Harian Online

5 Apr 2013

Bergembira Dalam Kelelahan

Ayat bacaan: Amsal 15:13
====================
"Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat."

hati yang gembira, lelahTerkadang saya berpikir betapa manusia cenderung untuk sulit merasa puas. Selalu ada saja yang dikeluhkan, selalu ada yang kurang. Hal yang sama pun terjadi pada saya. Dulu, ketika saya belum memiliki pekerjaan, saya mengeluh dan terus berusaha dan meminta agar kiranya Tuhan memberkati saya dengan pekerjaan. Saat ini, ketika saya diberkati dengan pekerjaan yang begitu banyak sehingga saya tidak berhenti bekerja sejak pagi hingga lewat tengah malam selama beberapa hari terakhir ini, akhirnya malam ini tubuh saya terasa berontak. Saya merasa capai, uring-uringan dan akhirnya mengeluh. Jadi pengangguran mengeluh, punya pekerjaan banyak mengeluh. Tapi barusan saya mendapat teguran dalam hati saya, bahwa saya tidak boleh berlarut-larut membiarkan hal itu terjadi. Apa persisnya yang saya dengar? "manusia ini ya.. tidak punya kerja mengeluh, dikasih kerja mengeluh.." Itu perkataan yang saya dengar. Tuhan mengingatkan lagi pada saya, bahwa semua itu adalah berkat. Berkat yang bukan biasa-biasa, tapi luar biasa. Ada banyak orang yang mencari satu pekerjaan saja sulitnya bukan main, sedangkan saya tengah dipercayakan untuk melakukan banyak hal. Betapa keterlaluan jika saya malah mengeluh dan bukannya bersyukur bukan? Apalagi baru saja kemarin seorang murid saya berkata bahwa dia salut melihat saya, yang walaupun sedang sangat sibuk tapi tetap terlihat ceria seperti tanpa beban pikiran. Itu bentuk yang seharusnya ada dalam hidup anak-anak Tuhan. Tapi malam ini saya malah terpeleset dan kehilangan rasa gembira akibat terlalu lelah. Saya pun melakukan doa singkat, dan saat menulis renungan ini, saya sedang tersenyum. Saya kembali merasakan sukacita, merasakan kegembiraan ditengah kelelahan saya. Dan tubuh saya rasanya jauh lebih ringan.

Salomo menulis serangkaian hikmat mengenai hati yang gembira. Salah satunya adalah ayat bacaan hari ini: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Hati yang dipenuhi sukacita akan selalu membuat kita kelihatan ceria, sedangkan keluhan-keluhan akan mematahkan semangat kita. Selanjutnya Salomo berkata: "Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta." (Amsal 15:15) Bagaimana tidak buruk? Orang yang bersungut-sungut dan dipenuhi keluhan tidak akan bisa merasa senang dan bahagia. Tidak saja akan membuat perasaannya menjadi semakin tidak baik, tapi juga akan mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Istri/suami, anak, orang tua, saudara, teman, tetangga, dan lain-lain, semua bisa kena getahnya. Padahal mereka tidak punya salah apa-apa. Dan ketika hati hanya dipenuhi amarah, kekesalan dan keluhan, semuanya pun terasa buruk. Lalu Salomo mengingatkan lagi: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Sebuah penelitian menyebutkan bahwa 9 dari 10 penyakit disebabkan oleh pikiran. Dan benarlah apa yang dikatakan Salomo, hati yang gembira merupakan obat yang manjur, tapi semangat yang patah (bandingkan dengan Amsal 15:13 diatas) akan mendatangkan penyakit, atau membuat kita terlihat jauh lebih tua sebelum waktunya.

Saat ini saya berpikir betapa pentingnya kita mengucap syukur dalam segala hal. Anda merasa lelah? Ada Tuhan Yesus yang meringankan beban kita dan memberi kelegaan. (Matius 11:28). Ketika anda merasa beban pekerjaan menyita begitu banyak waktu anda dan membuat anda begitu letih, segera arahkan pikiran anda untuk melihat dari sudut pandang bahwa semua pekerjaan itu adalah berkat dari Tuhan, yang dipercayakan pada anda sesuai talenta yang telah Dia anugrahkan. Jangan fokus pada keletihan dan kesusahan anda dalam menyelesaikan pekerjaan. It's a blessing from God, sesuatu yang seharusnya kita syukuri dan bukan malah membuat kita dipenuhi keluh kesah. Daud mengalami banyak permasalahan dalam hidupnya, tapi Dia tetap fokus kepada rasa syukur pada Tuhan ketimbang tenggelam dalam permasalahannya. "dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4). Paulus juga mengingatkan kita untuk terus bersyukur dalam segala hal, baik maupun buruk. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:8). Sesulit-sulitnya hidup, kita punya Kristus yang telah menyelamatkan kita dan menjanjikan kehidupan kekal penuh damai dan sukacita. Itu adalah hal yang luar biasa besar yang seharusnya mampu membuat kita selalu gembira dalam kondisi apapun.

Senyum saya semakin lebar sekarang, saat renungan ini mencapai akhir. Karena apa yang saya tuliskan juga sedang mengingatkan diri saya sendiri. Saya tidak merasa lelah lagi, karena beban itu telah diangkat dan digantikan dengan sukacita berlimpah. Haleluya. Saya mau bekerja dengan baik dalam segala perkerjaan yang telah dianugrahkan Tuhan pada saya dengan hati yang gembira, dan melakukannya sepenuh hati dengan sungguh-sungguh seperti sedang melakukannya untuk Tuhan (Kolose 3:23). Saya rindu mengajak teman-teman sekalian yang mungkin sedang merasakan kelelahan dalam pekerjaan juga untuk bersama-sama dengan saya mengembalikan kegembiraan dalam hati anda. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4).

Gembira itu menyehatkan dan membuat awet muda. Gembira datang dari rasa syukur. Bergembiralah senantiasa

(C) Renungan Harian Online

1 Apr 2013

Bagaimana saya percaya ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS ?

Foto: Bagaimana saya percaya ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS ?


Kesaksian Professor Faouzi Arzouni
Bagaimana saya menjadi seorang pengikut Isa ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS ?

Perjalanan......
Pada intinya adalah perjalanan dari agama ke penyelamatan, saya gambarkan perjalanan hidup saya, dalam proses menjadi pengikut ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS, sebagai perjalanan dari ritual ke perdamaian. Dan ini sangat penting, karena saya dibesarkan dalam pedoman agama islam. Saya tumbuh dan memeluk agama islam dengan seluruh hatiku, sebaik yang bisa dilakukan sebagai seorang anak kecil di keluarga muslim.

Saya lahir di Senegal, Afrika Barat, dari keluarga berdarah Libanon, beragama Shia Muslim dan kami mengikuti pedoman dalam Alquran dan Hadits sebaik mungkin. Keluarga kami sangat beragama dalam semua aspek. Jadi, mengapa saya butuh lebih dari yang kami telah miliki ? Saya tidak pernah membutuhkan apa-apa. Sampai krisis kehidupan yang saya alami dan yang juga dialami semua orang, pada suatu waktu.

Membuat saya bertanya tentang beberapa hal terpenting dalam hidup :

Siapa saya ?

Kenapa saya dilahirkan ?

Apa artinya keberadaanku di dunia ini ?

Mengapa ada masalah ini ?

Mengapa kita mengalami pergumulan dalam hidup ?

Itulah sifat alami dalam manusia.

Untuk bergumul mencari jawaban dan untuk mencari belas kasihan TUHAN YESUS KRISTUS dan berkata, “TUHAN, kenapa?” TUHAN, kenapa aku ?

Apakah aku berbuat salah waktu kecil ?” orang tuaku bercerai dan keluargaku berantakan.

Kenapa kami mengalami pergumulan ketika sedang bertumbuh ?

Kenapa seorang dari latar belakangku membenci orang berkulit hitam ?

Dan kenapa walaupun kami semua muslim, kami semua tidak ada yang akur ?
Saya mulai mengerti saat saya sangat muda bahwa walaupun dengan pembicaraan mulai kami tentang Allah dan agama dalam keluarga, semua itu tidak menutup pintu kesengsaraan dan kerusakan yang dibawa masuk oleh dosa ke keluarga kami dan kehidupan masa mudaku. Saya mengalami semua ini.

Lalu saya mulai tugas untuk mereformasi hidupku karena saya mengira semua yang telah saya alami, semua hal buruk yang saya alami, terjadi karena saya bukanlah muslim yang baik. Saya pun mulai mengubah hidup saya dengan bersikap lebih hati-hati, membaca Alquran, mencoba mengikuti semua tradisi dan tentu melakukan segala ritual dan apapun yang diharuskan.

Tapi tahu tidak ada yang terjadi padaku ? Semakin aku melakukan semua itu, semakin aku mencoba, semakin aku menyadari ada sesuatu yang tidak beres, ada sesuatu yang salah.

Apakah ada masalahnya didalam hidup saya ? Atau saya tidak melakukannya dengan benar ? Saya mulai memperhatikan orang-orang lain. Saya memperhatikan siapa saja yang mengaku muslim, baik muslim fundamentalis atau muslim ktp. Dari satu ke yang lain.

Saya lihat secara keseluruhan semua jenis muslim yang mungkin ada, dan aku memperhatikan ada hal yang sama dalam hidup mereka dan saya. Yaitu, bahwa tidak ada kepastian pengampunan dosa, bahwa tidak ada damai yang sejati walaupun kami selalu berbicara tentang kedamaian, dan bahwa sejujurnya dalam hati saya dan juga hati teman-temanku yang muslim waktu itu, walaupun kami bilang 5x sehari dan ribuan kali disaat lain “Ar-Rahman Ar-Rahim”, kami tidak pernah benar-benar yakin kalau Allah ada di sisi kami. Kami tidak tahu apa yang dia telah tetapkan untuk kami. Kami tidak memiliki kepastian sama sekali.

Dan dalam situasi ini, pergumulan untuk mengubah diri, membuat saya merasa kesepian, sendiri, dan terasa sangat sulit. Namun, sebenarnya TUHAN melihat hati kami. Dan TUHAN melihat hatiku dan saya lihat hatiku sendiri dan saya tahu, saya tidak menemukan jawaban yang saya cari didalam agama. Apa lagi selain, cara kehidupan ? Apa lagi selain iman ? Apa lagi perlu saya lakukan supaya saya bisa naik ke tingkatan selanjutnya, ke langkah berikutnya. Aku tidak tahu, kemana saya harus berpaling ?

Pesan ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS

Apa yang ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS berikan kepada kita, bukanlah hanya sekumpulan peraturan atau hukum, amal-amal yang bisa dibawa supaya kita layak untuk dihargai dan berikan hadiah, seperti doa atau memberi zakat taupun juga, ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS datang untuk mengajari kita bahwa yang kita butuhkan adalah suatu hubungan, bukan agama. Dan hubungan tidak terjadi antara TUHAN dan kita, ketika kita belum memiliki pendamaian antara kita dengan TUHAN. Ini harus dimulai dengan adanya pendamaian di dalam hati. Ini yang saya dapat dari pesan ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS, yang seseorang ceritakan padaku.

Pertama kali orang itu berbicara kepadaku, saya marah sekali. Saya bilang, “Jangan pernah bicara soal itu lagi !!! Kamu pikir siapa kamu?” dan saat itulah saya belajar ada perbedaan besar antara mereka yang mengaku mengikuti Alkitab dan pangikut ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS yang sejati. Orang yang berbicara pada saya adalah pengikut ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS yang sejati.

Saya ingat pertama kalinya saya mendengar seseorang berkobtah tentang injil. Dan orang yang memberi kotbah tentang itu, saya tidak pernah lupakan. Bagaimana dia mengangkat buku itu, Alkitab, yang berisikan semua wahyu-wahyu suci dari ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS dari Taurat sampai Injil. Dan dia mulai mengatakan, “ TUHAN YESUS adalah yang memberi janji-janji dan menepati janji-janji-NYA. Dan YESUS KRISTUS-lah yang menjamin bahwa kita bisa berpegang pada Firman-NYA.”

Itu adalah kata-kata yang menghiburku, karena dia mengatakan bahwa hal-hal yang TUHAN YESUS katakan yang tidak mungkin sekedar main-main, yang sungguh-sungguh memberikan kepastian. Karena saya besar di suatu sistem yang di dalamnya saya tidak pernah yakin kalau Allah benar-benar ada di sisiku. Saya diajari bahwa Allah lebih dekat kepadaku dari pada urat leherku tetapi setelah aku membaca Alquran untuk membaca ayat itu ternyata ini bukan berbicara soal kedekatan yang penuh kasih lebih lemah lembut kepadaku tetapi suatu peringatan kepada orang-orang yang sesungguhnya tidak taat. Jadi saya berada dalam ketakutan bukan dalam kedamaian.

Hari itu, di antara janji-janji yang saya dengar, salah satunya yang diberikan kepada kita, didalam kitab Kisah Para Rasul fasal ke 4 : 1 - 12 yang berbunyi: tidak ada nama lain di bawah langit dan di atas bumi, yang berikan kepada kita yang oleh-NYA kita dapat diselamatkan. Dan jika kita percaya, TUHAN YESUS akan mengampuni kita. YESUS KRISTUSlah satu-satunya yang bisa memberikan nyawa-NYA sebagai tebusan, korban yang TUHAN YESUS telah siapkan. Keyakinan itu menusuk hatiku. Itu bukan sesuatu yang saya cari selama ini. Saya tidak berpikir ke sana. Dan Puji TUHAN ! Ini bukanlah suatu ajakan untuk pindah agama. Tidak, ini bukan soal itu. Tapi saya mendapat kepastian dan jaminan mutlak 100% dari TUHAN YESUS KRISTUS akan hidup yang kekal.

Ini bukan soal agama, ini soal pendamaian, inilah pesan dari injil, berita suka cita. Inilah yang dibawa ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS : Pendamaian. Jadi saat ini, kepada siapa saja yang mendengarkan, saya ingin bersaksi. Bahwa Injil itu Benar !!! Injil itu benar dan bersembunyi: yang artinya: hanya ada satu TUHAN dan tidak ada perantara lain antara manusia dan TUHAN kecuali YESUS KRISTUS, ANAK MANUSIA. Dan itulah yang saya inginkan saat ini, bahwa jika dengan iman, kamu menerima apa yang diberikan oleh Injil, kamu menemukan solusi hidup. Kehidupanku berubah karena kebenaran itu.

Apa yang tidak bisa ketemukan dalam agama, agama apapun juga itu sama saja, bisa agama apa saja, apa yang tidak bisa kutemukan dalam agama, saya temukan keselamatan lewat penebusan dosa dalam nama ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS, saya mendapat pendamaian dengan TUHAN yang mengubah hatiku dan hal itu memberikan damai sejati. Dan itu kenapa saya mau mengikuti ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS dan kenapa saya mengikut ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS, karena saya selalu bilang ke surga, mari dapatkan pendamaian dirimu dengan TUHAN. Dalam nama ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS dan jadilah pengikut-NYA.

Catatan :
Kesaksian ini saya posting untuk mencerikatan suatu Kebenaran yang harus di sampaikan, bukan untuk mau menyinggung yang berbeda agama. Biarlah Kebenaran yang dari TUHAN YESUS yang menenari hati kita.


TUHAN YESUS Memberkati. Kesaksian Professor Faouzi Arzouni
Bagaimana saya menjadi seorang pengikut Isa ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS ?

Perjalanan......
Pada intinya adalah perjalanan dari agama ke penyelamatan, saya gambarkan perjalanan hidup saya, dalam proses menjadi pengikut ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS, sebagai perjalanan dari ritual ke perdamaian. Dan ini sangat penting, karena saya dibesarkan dalam pedoman agama islam. Saya tumbuh dan memeluk agama islam dengan seluruh hatiku, sebaik yang bisa dilakukan sebagai seorang anak kecil di keluarga muslim.

Saya lahir di Senegal, Afrika Barat, dari keluarga berdarah Libanon, beragama Shia Muslim dan kami mengikuti pedoman dalam Alquran dan Hadits sebaik mungkin. Keluarga kami sangat beragama dalam semua aspek. Jadi, mengapa saya butuh lebih dari yang kami telah miliki ? Saya tidak pernah membutuhkan apa-apa. Sampai krisis kehidupan yang saya alami dan yang juga dialami semua orang, pada suatu waktu.

Membuat saya bertanya tentang beberapa hal terpenting dalam hidup :

Siapa saya ?

Kenapa saya dilahirkan ?

Apa artinya keberadaanku di dunia ini ?

Mengapa ada masalah ini ?

Mengapa kita mengalami pergumulan dalam hidup ?

Itulah sifat alami dalam manusia.

Untuk bergumul mencari jawaban dan untuk mencari belas kasihan TUHAN YESUS KRISTUS dan berkata, “TUHAN, kenapa?” TUHAN, kenapa aku ?

Apakah aku berbuat salah waktu kecil ?” orang tuaku bercerai dan keluargaku berantakan.

Kenapa kami mengalami pergumulan ketika sedang bertumbuh ?

Kenapa seorang dari latar belakangku membenci orang berkulit hitam ?

Dan kenapa walaupun kami semua muslim, kami semua tidak ada yang akur ?
Saya mulai mengerti saat saya sangat muda bahwa walaupun dengan pembicaraan mulai kami tentang Allah dan agama dalam keluarga, semua itu tidak menutup pintu kesengsaraan dan kerusakan yang dibawa masuk oleh dosa ke keluarga kami dan kehidupan masa mudaku. Saya mengalami semua ini.

Lalu saya mulai tugas untuk mereformasi hidupku karena saya mengira semua yang telah saya alami, semua hal buruk yang saya alami, terjadi karena saya bukanlah muslim yang baik. Saya pun mulai mengubah hidup saya dengan bersikap lebih hati-hati, membaca Alquran, mencoba mengikuti semua tradisi dan tentu melakukan segala ritual dan apapun yang diharuskan.

Tapi tahu tidak ada yang terjadi padaku ? Semakin aku melakukan semua itu, semakin aku mencoba, semakin aku menyadari ada sesuatu yang tidak beres, ada sesuatu yang salah.

Apakah ada masalahnya didalam hidup saya ? Atau saya tidak melakukannya dengan benar ? Saya mulai memperhatikan orang-orang lain. Saya memperhatikan siapa saja yang mengaku muslim, baik muslim fundamentalis atau muslim ktp. Dari satu ke yang lain.

Saya lihat secara keseluruhan semua jenis muslim yang mungkin ada, dan aku memperhatikan ada hal yang sama dalam hidup mereka dan saya. Yaitu, bahwa tidak ada kepastian pengampunan dosa, bahwa tidak ada damai yang sejati walaupun kami selalu berbicara tentang kedamaian, dan bahwa sejujurnya dalam hati saya dan juga hati teman-temanku yang muslim waktu itu, walaupun kami bilang 5x sehari dan ribuan kali disaat lain “Ar-Rahman Ar-Rahim”, kami tidak pernah benar-benar yakin kalau Allah ada di sisi kami. Kami tidak tahu apa yang dia telah tetapkan untuk kami. Kami tidak memiliki kepastian sama sekali.

Dan dalam situasi ini, pergumulan untuk mengubah diri, membuat saya merasa kesepian, sendiri, dan terasa sangat sulit. Namun, sebenarnya TUHAN melihat hati kami. Dan TUHAN melihat hatiku dan saya lihat hatiku sendiri dan saya tahu, saya tidak menemukan jawaban yang saya cari didalam agama. Apa lagi selain, cara kehidupan ? Apa lagi selain iman ? Apa lagi perlu saya lakukan supaya saya bisa naik ke tingkatan selanjutnya, ke langkah berikutnya. Aku tidak tahu, kemana saya harus berpaling ?

Pesan ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS

Apa yang ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS berikan kepada kita, bukanlah hanya sekumpulan peraturan atau hukum, amal-amal yang bisa dibawa supaya kita layak untuk dihargai dan berikan hadiah, seperti doa atau memberi zakat taupun juga, ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS datang untuk mengajari kita bahwa yang kita butuhkan adalah suatu hubungan, bukan agama. Dan hubungan tidak terjadi antara TUHAN dan kita, ketika kita belum memiliki pendamaian antara kita dengan TUHAN. Ini harus dimulai dengan adanya pendamaian di dalam hati. Ini yang saya dapat dari pesan ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS, yang seseorang ceritakan padaku.

Pertama kali orang itu berbicara kepadaku, saya marah sekali. Saya bilang, “Jangan pernah bicara soal itu lagi !!! Kamu pikir siapa kamu?” dan saat itulah saya belajar ada perbedaan besar antara mereka yang mengaku mengikuti Alkitab dan pangikut ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS yang sejati. Orang yang berbicara pada saya adalah pengikut ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS yang sejati.

Saya ingat pertama kalinya saya mendengar seseorang berkobtah tentang injil. Dan orang yang memberi kotbah tentang itu, saya tidak pernah lupakan. Bagaimana dia mengangkat buku itu, Alkitab, yang berisikan semua wahyu-wahyu suci dari ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS dari Taurat sampai Injil. Dan dia mulai mengatakan, “ TUHAN YESUS adalah yang memberi janji-janji dan menepati janji-janji-NYA. Dan YESUS KRISTUS-lah yang menjamin bahwa kita bisa berpegang pada Firman-NYA.”

Itu adalah kata-kata yang menghiburku, karena dia mengatakan bahwa hal-hal yang TUHAN YESUS katakan yang tidak mungkin sekedar main-main, yang sungguh-sungguh memberikan kepastian. Karena saya besar di suatu sistem yang di dalamnya saya tidak pernah yakin kalau Allah benar-benar ada di sisiku. Saya diajari bahwa Allah lebih dekat kepadaku dari pada urat leherku tetapi setelah aku membaca Alquran untuk membaca ayat itu ternyata ini bukan berbicara soal kedekatan yang penuh kasih lebih lemah lembut kepadaku tetapi suatu peringatan kepada orang-orang yang sesungguhnya tidak taat. Jadi saya berada dalam ketakutan bukan dalam kedamaian.

Hari itu, di antara janji-janji yang saya dengar, salah satunya yang diberikan kepada kita, didalam kitab Kisah Para Rasul fasal ke 4 : 1 - 12 yang berbunyi: tidak ada nama lain di bawah langit dan di atas bumi, yang berikan kepada kita yang oleh-NYA kita dapat diselamatkan. Dan jika kita percaya, TUHAN YESUS akan mengampuni kita. YESUS KRISTUSlah satu-satunya yang bisa memberikan nyawa-NYA sebagai tebusan, korban yang TUHAN YESUS telah siapkan. Keyakinan itu menusuk hatiku. Itu bukan sesuatu yang saya cari selama ini. Saya tidak berpikir ke sana. Dan Puji TUHAN ! Ini bukanlah suatu ajakan untuk pindah agama. Tidak, ini bukan soal itu. Tapi saya mendapat kepastian dan jaminan mutlak 100% dari TUHAN YESUS KRISTUS akan hidup yang kekal.

Ini bukan soal agama, ini soal pendamaian, inilah pesan dari injil, berita suka cita. Inilah yang dibawa ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS : Pendamaian. Jadi saat ini, kepada siapa saja yang mendengarkan, saya ingin bersaksi. Bahwa Injil itu Benar !!! Injil itu benar dan bersembunyi: yang artinya: hanya ada satu TUHAN dan tidak ada perantara lain antara manusia dan TUHAN kecuali YESUS KRISTUS, ANAK MANUSIA. Dan itulah yang saya inginkan saat ini, bahwa jika dengan iman, kamu menerima apa yang diberikan oleh Injil, kamu menemukan solusi hidup. Kehidupanku berubah karena kebenaran itu.

Apa yang tidak bisa ketemukan dalam agama, agama apapun juga itu sama saja, bisa agama apa saja, apa yang tidak bisa kutemukan dalam agama, saya temukan keselamatan lewat penebusan dosa dalam nama ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS, saya mendapat pendamaian dengan TUHAN yang mengubah hatiku dan hal itu memberikan damai sejati. Dan itu kenapa saya mau mengikuti ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS dan kenapa saya mengikut ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS, karena saya selalu bilang ke surga, mari dapatkan pendamaian dirimu dengan TUHAN. Dalam nama ISA AL-MASIH/ TUHAN YESUS KRISTUS dan jadilah pengikut-NYA.

Catatan :
Kesaksian ini saya posting untuk mencerikatan suatu Kebenaran yang harus di sampaikan, bukan untuk mau menyinggung yang berbeda agama. Biarlah Kebenaran yang dari TUHAN YESUS yang menenari hati kita.

TUHAN YESUS Memberkati.
 

Sumber Akun FB: Samuel Benny

Followers