28 Apr 2014

Apa kata Alkitab mengenai seks sebelum menikah?

Apa kata Alkitab mengenai seks sebelum menikah?

Jawaban: Sama dengan berbagai percabulan seks sebelum menikah berulangkali dicela dalam Alkitab (Kisah Rasul 15:20; 1 Korintus 5:1; 6:13; 18; 7:2; 10:8, 2 Korintus 12:21; Galatia 5:19; Efesus 5:3; Kolose 3:5; 1 Tesalonika 4:3; Yudas 7). Alkitab mendorong untuk tidak berhubungan seks sebelum menikah. Seks sebelum menikah sama salahnya dengan perzinahan dan bentuk-bentuk percabulan lainnya karena semua itu bersangkut paut dengan berhubungans seks bukan dengan orang yang dinikahi. Seks antara suami dan istri adalah satu-satunya bentuk hubungan seks yang Tuhan restui (Ibrani 13:4).

Seks sebelum menikah menjadi begitu umum karena berbagai sebab. Terlalu sering kita memusatkan perhatian pada aspek “rekreasi” dari seks tanpa memperhatikan aspek “re-kreasi” dari seks. Benar, seks itu menyenangkan. Allah mendesain seks untuk itu. Dia menghendaki laki-laki dan perempuan menikmati aktifitas seksual (dalam lingkup pernikahan). Namun demikian, tujuan utama dari seks bukanlah kesenangan, namun reproduksi. Allah melarang hubungan seks sebelum pernikahan bukan dengan maksud supaya kita tidak mendapat kesenangan, tapi untuk melindungi kita dari kehamilan yang tidak dikehendaki dan anak-anak yang lahir pada orangtua yang menolak mereka atau tidak siap untuk punya anak. Bayang, betapa dunia kita akan menjadi lebih baik jikalau model seks dari Allah diikuti: penyakit kelamin akan berkurang, ibu yang tidak menikah akan berkurang, aborsi akan berkurang, dll. Tidak berhubungan seks sebelum menikah adalah satu-satunya jalan Tuhan. Abstinensi (tidak berhubungan seks sebelum menikah) menyelamatkan nyawa, melindungi para bayi, memberi hubungan seks nilai yang sebenarnya, dan yang paling penting: menghormati Tuhan.

Sumber: GotQuestions

KUASA DARI PENGARUH

Bacaan: 2Tawarikh 22:1-9
NATS: Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? (Galatia 3:1a)

Bertahun-tahun waktu yang dipakai oleh seseorang untuk melatih dirinya memakai tata bahasa yang baik dan benar, tidak akan mampu mengalahkan beberapa jam berbicara dengan seorang sahabat yang memakai bahasa secara serampangan.

Itulah hasil pengamatan saya baru-baru ini ketika secara tidak sengaja saya mendengar percakapan anak saya Steven dengan salah seorang temannya. Saya mendengar teman Steven itu berkali-kali menggunakan bahasa Inggris dengan sangat buruk. Saya sangat heran dengan pilihan kata yang digunakannya. Namun yang lebih mengherankan lagi adalah ketika saya mendengar Steven berbicara seperti anak itu juga. Padahal ia tidak biasa berbicara demikian -- paling tidak sampai saat ia mendapat sedikit pengaruh dari teman sebayanya itu. Itu adalah suatu gambaran akan kuasa pihak lain yang dapat mengubah cara berpikir kita.

Secara hati-hati kita membimbing anak-anak kita agar dapat memakai bahasa yang baik dan benar, akan tetapi pengaruh satu teman saja dapat menghancurkan segala usaha kita. Prinsip ini berlaku pula terhadap perkara-perkara yang jauh lebih penting. Ahazia dalam 2Tawarikh 22:1-12 dikatakan telah dipengaruhi oleh ibunya untuk melakukan yang jahat (2Tawarikh 22:3). Akibatnya, "Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN" (2Tawarikh 22:4). Kakeknya, Yosafat, juga memberi pengaruh, tetapi pengaruh yang jahat dari ibunyalah yang lebih menguasainya.

Kita dapat terkecoh! Karena itu kita harus berhati-hati terhadap apa atau siapa yang mempengaruhi kita, dan hiduplah dekat dengan Bapa kita, sumber segala apa yang baik dan benar! -- JDB

PILIHLAH SAHABAT DENGAN HATI-HATI SEBAB KITA DAPAT MENJADI SEPERTI MEREKA

ALLAH SELALU BESERTA KITA

Bacaan: Yosua 1:1-9
NATS: Seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau (Yosua 1:5)

Bangsa Israel tampaknya mengalami krisis yang hebat. Musa, pemimpin mereka, telah mati. Apa yang akan mereka lakukan? Siapa yang akan memimpin mereka? Apakah ini saatnya mereka binasa di padang gurun? Tentu saja tidak! Meskipun Musa telah mati, Allah tentu saja tidak turut mati! Dia berkata dengan tegas kepada pemimpin baru, Yosua, tentang tindakan selanjutnya yang harus dikerjakan: "HambaKu Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini...." (Yosua 1:2).

Kemudian Tuhan menyampaikan kata-kata jaminan berikut ini kepada Yosua:"...seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu..." (Yosua 1:5-6). Benar bahwa Musa telah mati, tetapi Allah masih tetap hidup. Dan rencana Allah untuk bangsa Israel akan terus berjalan.

Betapa menyenangkannya bagi kita hari ini! Meskipun permasalahan datang menghadang, pemimpin yang besar telah gugur, orang yang kita kasihi telah mati, dan semua pertolongan serta penghiburan manusia gagal, Allah tidaklah mati. Dia selalu beserta kita. Apakah Anda bimbang dengan pemeliharaan dalam hidup ini -- keseian, tidak diperhatikan, dan hancur hati? Ingatlah, iman kita bersandar pada Allah yang hidup.

Seperti Allah menyertai Musa, Yosua, dan bangsa Israel, Allah pun menyertai kita. Renungkanlah bimbingan Allah saat ini dan alamilah damai sejahtera Allah -- RWD

KETIKA KITA TIDAK MEMILIKI APA-APA KITA MENEMUKAN BAHWA ALLAH SAJA SUDAH CUKUP

27 Apr 2014

Adakah Hidup Kekal

Alkitab menunjukan jalan yang jelas untuk mendapatkan hidup kekal. Pertama, kita perlu mengakui bahwa kita telah berdosa kepada Tuhan: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Kita semua telah melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan dan pantas menerima hukuman. Karena pada dasarnya semua dosa kita adalah kepada Tuhan yang kekal, maka hanya penghukuman kekal yang pantas kita terima. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).

Namun demikian, Yesus Kristus, Anak Allah yang kekal dan tanpa dosa (1 Petrus 2:22) telah menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14) dan mati untuk membayar hukuman kita. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8). Yesus Kristus mati di salib (Yohanes 19:31-42), dan menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung (2 Korintus 5:21). Tiga hari kemudian, Dia bangkit dari antara orang mati (1 Korintus 15:1-4), menyatakan kemenanganNya atas dosa dan kematian. “Yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Petrus 1:3).

Dengan iman kita harus meninggalkan dosa kita dan berbalik kepada Kristus untuk mendapatkan keselamatan (Kisah Rasul 3:19). Jika kita menaruh iman kita kepadaNya, percaya kepada kematianNya di atas salib untuk membayar dosa-dosa kita, kita akan diampuni dan diberikan hidup kekal di surga. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9). Hanya iman di dalam karya Yesus yang telah diselesaikan di atas salib yang merupakan satu-satunya jalan kepada hidup kekal! “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

Jikalau Anda ingin menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda, berikut ini adalah sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya dengan percaya kepada Yesus yang dapat menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini hanyalah sebuah cara untuk mengungkapkan iman Anda kepada Tuhan dan berterima kasih kepadaNya untuk menyediakan keselamatan Anda. “Tuhan, saya tahu saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah mengambil hukuman yang sepantasnya saya tanggung supaya melalui iman kepadaNya saya bisa diampuni. Saya bertobat dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk keselamatanku. Terima kasih untuk anugrah dan pengampunanMu yang ajaib, untuk anugrah hidup kekal! Amin!”

Sumber: GotQuestions

26 Apr 2014

YANG TERBESAR

Bacaan: Yohanes 3:16-21 NATS: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal (Yohanes 3:16)

Seseorang mengirimi saya sebuah uraian yang unik dan menarik dari Yohanes 3:16, sebuah ayat yang sering disebut sebagai “Alkitab mini Allah.” Demikian isinya:

Allah -- Kekasih terbesar Begitu mengasihi -- tingkat terbesar Dunia ini -- jumlah terbesar Sehingga Dia mengaruniakan -- tindakan terbesar Anak-Nya yang tunggal -- anugerah terbesar Supaya setiap orang -- undangan terbesar Percaya -- kesederhanaan terbesar Kepada-Nya -- Pribadi terbesar Tidak binasa -- janji terbesar Melainkan -- perbedaan terbesar Beroleh -- kepastian terbesar Hidup yang kekal -- harta terbesar

Saya pernah mendengar tentang seorang ibu yang membacakan kitab Yohanes pasal tiga untuk anak perempuannya. Setelah membaca ayat 16, sang ibu berhenti dan berseru, “Bukankah ayat ini menakjubkan, sayang?” Sang anak merenung lalu menjawab, “Tidak.” Karena mengira anaknya salah mengerti, ia mengulang pertanyaannya. Namun sekali lagi sang anak menggelengkan kepalanya, sambil berujar, “Tidak. Akan menakjubkan dan mengejutkan jika yang melakukan itu orang lain. Tapi ini 'kan Allah!” Ternyata, sang anak dengan imannya yang sederhana justru sangat memahami bahwa anugerah keselamatan hanya dapat diharapkan dari Allah yang agung.

Dengan sikap hati yang penuh dengan penyembahan dan rasa hormat kepada-Nya, marilah kita menyadari bahwa Allah, kasih-Nya, dan anugerah-Nya yang kekal adalah hal “yang terbesar” -- HGB

KESELAMATAN ADALAH ANUGERAH YANG HARUS DITERIMA BUKAN TUJUAN YANG HARUS DICAPAI

BALOK DAN SELUMBAR

Bacaan: Matius 7:1-6 NATS: Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu (Matius 7:5)

Kadangkala Yesus memakai humor untuk menyampaikan kebenaran. Renungkanlah hal serius yang terdapat dalam gambaran-Nya yang bernada humor pada bacaan Alkitab hari ini. Dia berkata bahwa para pemimpin agama itu seperti orang yang memiliki balok besar di mata namun menawarkan diri untuk menyingkirkan selumbar kecil di mata saudaranya (Matius 7:1-6). Betapa menggelikan!

Kita sering kali sulit melihat kesalahan diri sendiri, tetapi mudah melihat kesalahan orang lain yang terkecil sekalipun. Dengan demikian kita memiliki dua tongkat pengukur yang berbeda--satu untuk diri sendiri dan satu untuk orang lain. Kita selalu memiliki pasangan istilah. Bila orang lain marah, kita menyebutnya "mudah marah;" sedangkan bila kita marah, kita menyebutnya "kemarahan yang pada tempatnya."

Kita menyebut orang lain "kikir;" namun bila kita sendiri yang berlaku demikian, kita menyebutnya "pola hidup sederhana." Kita juga cenderung menimpakan kesalahan kepada orang lain meski kitalah yang bersalah.

Sepasang suami-istri yang telah menikah selama 20 tahun sedang mengendarai mobil. Sang istri tiba-tiba berkata, "John, kamu tidak lagi seperti pada tahun-tahun awal pernikahan kita--romantis, penuh cinta, dan mesra. Biasanya kita duduk berdekatan saat bepergian naik mobil, tapi sekarang kamu duduk begitu jauh dariku." Sang suami menjawab lembut, "Mary, aku duduk tepat di tempat saya selalu duduk bila mengemudi."

Marilah kita berhati-hati terhadap sikap suka mengkritik. Sikap ini tidak hanya membutakan kita terhadap kesalahan diri sendiri, tetapi juga bisa menjadi bumerang bagi diri kita --MRD

SESEORANG YANG MEMILIKI JIWA KEKRISTENAN YANG BENAR TIDAK AKAN MERASA SENANG KETIKA MELIHAT KESALAHAN ORANG LAIN

TAMBAH USIA, BUKAN TUA

Bacaan: Mazmur 71:1-18 NATS: Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib (Mazmur 71:17)

Tulisan ini ditujukan bagi orang yang mulai memasuki usia senja. Namun, bagi Anda yang masih muda, teruslah membaca artikel ini, karena Anda juga sedang menuju "tahun-tahun keemasan" itu.

Tatkala kita semakin tua, kita membutuhkan pertolongan Allah untuk mengenali kelemahan-kelemahan dan godaan-godaan yang biasanya datang di usia senja. Usia senja memang merupakan suatu masa yang berbahaya.

Karena itu tidak mengherankan bila penulis Mazmur 71 berdoa memohon perlindungan di masa tua (Bacalah lebih dulu, apabila Anda belum membacanya.) Ketika berkunjung ke Florida, saya menemukan sebuah artikel pada buletin gereja yang berbunyi demikian: Sebuah Doa di Kala Aku Semakin Tua "Tuhan, Engkau tahu diriku semakin tua kini! Jangan biarkan aku menutup mata terhadap fakta ini. Jangan biarkan aku menjadi pengganggu dalam kehidupan ini, terutama dengan egoku yang selalu ingin berbicara tentang banyak hal, dalam setiap kesempatan.

Biarlah aku beristirahat untuk tidak lagi memikirkan pengalaman masa lalu yang selalu terulang dalam pikiran dan detil-detil jalan hidupku yang tak ada akhirnya. Kuncilah bibirku agar tak mengeluh tentang kepedihan dan penderitaanku. Aku tidak meminta ingatan yang lebih baik, tetapi tolonglah agar orang lain tidak merendahkanku karena ingatanku yang berkurang. Ajarilah aku untuk mengakui bahwa kadangkala aku juga salah. Jadikan aku semakin indah dan dewasa seiring dengan pertambahan usiaku. Jangan biarkan aku sekadar bertambah tua. Kiranya aku dapat berkata, 'meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari' (2Korintus 4:16)."

Biarlah pertambahan usia kita diimbangi dengan tumbuhnya keserupaan dengan Kristus --MRD

TATKALA ALLAH MENAMBAHKAN USIA DALAM KEHIDUPAN ANDA IZINKANLAH DIA MENAMBAHKAN KEHIDUPAN DALAM USIA ANDA

SURAT WASIAT YANG SAH

Bacaan: 1 Petrus 1:3-12
NATS: Allah ... telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus ... kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Petrus 1:3)

Anda mungkin mengenal seseorang yang tidak mendapatkan warisan yang telah disiapkan oleh orangtuanya karena adanya kekeliruan dalam surat wasiat. Dalam artikel berjudul “Uang dan Hukum”, pengacara Jim Flynn mengatakan jika Anda ingin mewariskan tanah Anda kepada penerima yang Anda pilih dan bukan pada pejabat hukum, sebaiknya jangan membuat surat wasiat sendiri. Dokumen ini memang sah, tetapi sering tidak jelas sehingga gagal memberikan kepastian hukum dalam situasi tak terduga. Flynn menganjurkan agar kita membuat surat wasiat resmi yang memastikan bahwa keinginan kita tersampaikan.

Surat wasiat yang dibuat oleh tangan manusia bisa saja gagal, tetapi tak ada kata-kata yang kurang jelas tentang warisan yang disediakan Allah bagi kita. Rasul Petrus menegaskan bahwa Allah “telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu” (1 Petrus 1:3,4).

Tak ada fluktuasi ekonomi yang dapat mengurangi warisan ini. Warisan ini tak dapat ditinjau ulang oleh pengadilan atau diperdebatkan dalam keluarga yang tidak akur. Tak ada penderitaan atau pencobaan yang dapat mengurangi atau mengubah apa yang telah disediakan Allah bagi kita. Warisan kita pasti dan kekal (Ibrani 9:15).

Dan jika kita hidup bagi Dia, kita beroleh kepastian bahwa surat wasiat-Nya bagi hidup kita hari ini adalah “baik, berkenan, dan sempurna” (Roma 12:2) --David McCasland

WARISAN UMAT KRISTIANI TERJAMIN SELAMA-LAMANYA!

DIA ADA DISINI

Bacaan: Lukas 24:36-45
NATS: Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Lukas 24:36) 

Kejutan! Kejutan! Kesebelas rasul berkumpul bersama pada hari kebangkitan Yesus. Mereka sedang membicarakan peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi hari-hari itu, dan baru saja mendengar sebuah laporan dari dua orang yang mengatakan telah melihat Yesus. Lalu, tiba-tiba saja Dia hadir di situ! Sang Juruselamat berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Lukas 24:36). Saya bertanya-tanya apakah kita sadar bahwa ketika berkumpul bersama teman-teman di gereja, di rumah, di persekutuan doa, dan di berbagai pertemuan, sesungguhnya Yesus juga ada di sana. 

Dia berkata, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Apakah kita sungguh-sungguh percaya Dia bersama kita, mendengarkan setiap ucapan kita, dan melihat semua yang kita lakukan? Beberapa pelajar membicarakan tentang pengarang-pengarang besar di masa lalu. Lalu seseorang bertanya, “Bagaimana jika Milton tiba-tiba masuk ruangan ini?” “Ah!” jawab yang lain. “Kita akan menghormatinya dan memberi perhatian lebih karena ia hanya menerima sedikit pengakuan semasa hidup.” Orang ketiga berkomentar, “Bagaimana jika Shakespeare yang datang? Tidakkah kita semua akan berdiri dan memproklamirkannya sebagai Raja Penyair?” Kemudian seseorang memberanikan diri berkata, “Dan, jika Yesus Kristus yang datang?” Mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya seseorang berkata, “Tapi teman-teman, Dia kan ada di sini!” 

Ya, ingatlah bahwa Yesus ada di sini! Dia melihat, Dia mendengar, dan Dia tahu segalanya! --M.R. DeHaan, M.D. 

KEISTIMEWAAN KITA YANG TERBESAR ADALAH MENIKMATI KEHADIRAN KRISTUS

PENGGERUTU

Bacaan: Amsal 18:1-7 NATS: Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi hatinya (Amsal 18:2)

Nyonya Gerutu berkeluh kesah sebab teman-temannya tampaknya menghindarinya, padahal ia sungguh tidak mengerti apa sebabnya. Seandainya saja ia dapat mendengar rekaman suaranya sendiri, ia pasti akan tahu mengapa ia tidak disukai. Ia selalu membicarakan keluhan-keluhan pribadinya, kelemahan-kelemahannya, penyakit-penyakitnya, dan memaksa orang mendengarkan kisah detailnya saat ia harus dirawat di rumah sakit.

Jika Anda ingin menjaga persahabatan, janganlah menjadi penggerutu. Kebanyakan orang sudah memiliki masalah sendiri, jadi mereka tidak perlu mendengar masalah-masalah Anda.

Di gereja tempat saya melayani, seorang yang sudah berusia lanjut mengharap agar saya dapat mengunjunginya sedikitnya seminggu sekali. Sepanjang masa pelayanan saya, belum pernah saya merasa takut melakukan pelayanan kunjungan seperti ketika mengunjunginya. Setiap minggu ia memaksa saya mendengar cerita tentang kelima operasi yang pernah dijalaninya.

Ia tidak pernah menyatakan kebahagiaan dan sukacita atas kesehatan yang saat ini ia miliki atau pemulihan luar biasa yang ia alami. Ia selalu kembali pada hari-hari penderitaannya. Tampaknya ia "menikmati" kesehatannya yang buruk.

Padahal, ia masih hidup bertahun-tahun setelah itu. Ia mengingatkan saya pada peribahasa: "Gerbong kereta yang berderit-derit justru akan paling tahan lama."

Hari ini, arahkan mata kita pada donatnya, bukan pada lubangnya.

Bagikan kebahagiaan Anda pada orang lain, dan serahkan masalah-masalah Anda pada Tuhan --M.R.De Haan, M.D.

GUNAKANLAH WAKTU UNTUK MENGHITUNG BERKAT BUKAN UNTUK MENGELUH

25 Apr 2014

ANDA SERING KUATIR ?

Bacaan: Matius 6:25-34
NATS: Janganlah kamu kuatir akan hari besok .... Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Matius 6:34) Kekuatiran adalah dosa.

Kekuatiran disebabkan oleh kurangnya iman, atau tidak adanya keyakinan akan firman Allah. Meski sudah menyadari hal ini, namun banyak orang Kristen sulit mengatasi dosa ini.

Renungkanlah sejenak hal-hal yang pernah Anda kuatirkan. Berapa banyak yang betul-betul terjadi? Dan, berapa banyak hal yang terjadi namun tak pernah terpikirkan sebelumnya? Kita cenderung mencemaskan apa yang mungkin akan terjadi namun tidak pernah terjadi.

Saya pernah membaca tentang seorang peterjun payung dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat yang telah melakukan lebih dari 50 kali penerjunan dengan sukses tanpa pernah mengalami cedera yang serius. Namun pada hari pertamanya di rumah setelah dipensiunkan dari Angkatan Bersenjata, ia tersandung sebuah karpet, kemudian jatuh menubruk meja sehingga empat tulang rusuknya patah! Ia sangat menguatirkan penerjunannya, namun tak sesuatu pun terjadi. Malah apa yang tak pernah ia kuatirkan justru terjadi, yakni tersandung karpet.

Jadi untuk apa kita kuatir? Yesus berkata bahwa kuatir itu sia-sia, karena kekuatiran tidak akan mengubah apa pun (Matius 6:27). Kita harus ingat bahwa Bapa surgawi tahu betul keadaan kita dan selalu menjagai kita (ayat 28-34). Kita harus yakin bahwa Dia akan memenuhi semua kebutuhan kita apa pun yang terjadi esok. Jadi, jauh lebih baik bila kita berlaku bijak dan percaya kepada Tuhan.

Ingat, kekuatiran tidak pernah menyelesaikan masalah! Jadi, janganlah menjadi orang yang suka kuatir!--MRD

KEKUATIRAN TIDAK MEMPERBAIKI MASA DEPAN KEKUATIRAN HANYA MERUSAK MASA KINI

SUMUR TUA

Bacaan: Kejadian 26:12-18
NATS: Ishak menggali kembali sumur-sumur yang digali dalam zaman Abraham, ayahnya (Kejadian 26:18)

Beberapa tahun yang lampau sebuah majalah menerbitkan kisah tentang seorang pria yang mengunjungi sebuah kota kecil di Cape Cod. Ia membeli sebuah rumah yang telah reyot dan merencanakan untuk memperbaiki tanah miliknya itu dengan menggali sebuah sumur lebih dulu.

Namun seorang petani tua yang sejak awal telah mengenal tempat itu berkata, "Mengapa Anda tidak membuka sumur tua itu saja? Dulu sumur itu memiliki air yang bermutu baik di dalamnya." Rupanya itu adalah nasihat yang bagus sehingga sang pemilik menyuruh para pekerjanya untuk membersihkan sumur tua tersebut.

Beberapa hari kemudian sumur tersebut mulai dipenuhi dengan air yang segar dan enak rasanya. Cerita ini mengingatkan saya pada kisah dalam Kejadian 26. Ishak "menggali kembali sumur-sumur" yang digali dalam zaman ayahnya, Abraham, yang telah ditutup oleh bangsa Filistin. Di sumur itu ia menemukan kesegaran yang sama seperti pada zaman nenek moyangnya.

Saya melihat sebuah perumpamaan rohani dalam semuanya ini. Tidak ada yang salah dengan kebenaran-kebenaran Alkitab yang dipercayai dan dipegang teguh oleh nenek moyang kita. Hanya, dunia dan Iblis telah berusaha untuk menutup sumber rohani kita dengan teori buatan manusia, pola pikir duniawi, dan sikap ragu-ragu terhadap pewahyuan Alkitab.

Dengan pencerahan dari Roh Kudus, mari kita bersihkan sumur kebenaran tersebut sehingga airnya dapat mengalir kembali dengan lancar. Sumur tua yang berisi kebenaran Alkitab itu akan memuaskan kita --HGB

ALKITAB BOLEH SEMAKIN TUA TETAPI KEBENARANNYA SELALU BARU

POPCORN BERLAPIS GULA

Bacaan: Mazmur 119:97-104
NATS: Lebih indah daripada emas, bahkan daripada banyak emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah (Mazmur 19:11)

Saya tak tahu apakah saya mulai memasuki fase kanak-kanak yang kedua atau bagaimana, namun akhir-akhir ini saya begitu menginginkan sekotak Cracker Jack, yaitu popcorn berlapis gula dengan kotak bergambar Jack sang Pelaut. Saya teringat pada slogannya: "Semakin banyak Anda memakannya, Anda semakin menginginkannya!" Popcorn ini sangat nikmat, tetapi ada yang jauh lebih baik.

Daud menyebutnya "lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah" (Mazmur 19:11). Kenikmatan yang ditawarkannya senikmat rasa popcorn tersebut, "semakin banyak Anda memakannya, Anda semakin menginginkannya." Semakin sering Anda membaca Alkitab, semakin besar kerinduan Anda untuk terus membacanya.

Kerinduan ini akan bertumbuh saat Anda membaca Firman Allah, dan Firman Allah akan terus dibaca sementara kerinduan ini bertumbuh. Pemahaman Alkitab adalah kebiasaan yang harus dibentuk; seperti kebiasaan minum teh atau kopi. Salah satu aktivitas pertama yang saya lakukan di pagi hari adalah menjerang air. Ini menjadi kebiasaan, karena saya ingin minum kopi. Lalu, saya duduk membaca Alkitab sambil menikmati secangkir kopi.

Jika membaca Alkitab dijadikan aktivitas pertama yang dilakukan di pagi hari, hal itu dapat menjadi kebiasaan yang sangat baik bagi Anda. Bila Anda tidak akan bekerja tanpa sarapan lebih dulu, akankah Anda menghabiskan waktu sepanjang hari tanpa menyantap makanan rohani lebih dulu?

Jadikanlah pembacaan Alkitab di pagi hari sebagai suatu kebiasaan dan lakukanlah terus-menerus hingga Anda tidak dapat lagi meninggalkannya. Bacalah Alkitab Anda! --MRD

ORANG YANG HANYA MENCICIPI ALKITAB TIDAK AKAN PERNAH MENIKMATI RASA YANG SESUNGGUHNYA

KESULITAN DAN KEBERHASILAN

Bacaan: Ibrani 12:1-11 NATS: Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12:11)

Bertahun-tahun yang lalu, saya adalah seorang kristiani yang selalu diliputi kekhawatiran. Saat saya mulai mengalami kemerosotan emosi, Allah tidak campur tangan karena Dia tahu saya perlu turun ke dasar terendah dari diri saya. Jadi ketika akhirnya saya mencapai dasar terendah tersebut, “batu” tempat saya berpijak adalah Yesus Kristus.

Tuhan segera membangun diri saya kembali, dengan menerapkan kebenaran firman-Nya untuk mengajarkan kepercayaan dan iman kepada saya. Setahap demi setahap Dia mengubah saya menjadi seseorang yang penuh sukacita dan bergantung kepada-Nya, dengan demikian sesuai kehendak-Nya atas saya.

Melalui pengalaman yang menyakitkan namun menguntungkan ini, saya belajar bahwa saat Allah mendidik kita, hasil terpenting bukanlah apa yang kita peroleh, melainkan menjadi orang seperti apa kita nanti. Dalam Ibrani 12, kita membaca bahwa Bapa surgawi begitu mengasihi kita sehingga tidak membiarkan kita tetap kanak-kanak. Sebagaimana ayah-ayah lain yang penuh kasih, Dia mendisiplin, memperbaiki, dan melatih kita--kerap kali melalui situasi yang sulit.

Allah memakai saat-saat pergumulan untuk membantu kita bertumbuh dan membuat kita semakin kudus (ayat 10,11). Banyak orang termotivasi untuk hidup demi kesehatan, kekayaan, dan kenyamanan, sehingga mereka berusaha menghindari kesulitan sekecil apa pun. Namun, hidup berkelimpahan yang Allah kehendaki bagi umat-Nya bukanlah hidup tanpa masalah.

Pertumbuhan dan perubahan kerap kali terasa mengganggu, tetapi hasilnya sepadan dengan segala kesulitan itu --Joanie Yoder

TUHAN MEMAKAI KEMUNDURAN UNTUK MENDORONG KITA MAJU

BAGAI SEKUNTUM BUNGA

Bacaan: Mazmur 103:8-18
NATS: Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia (Mazmur 103:15,16)

Beberapa tahun lalu, seorang anak laki-laki berjalan dari satu kotak ke kotak lain di toko permen. Ia tengah menimbang-nimbang permen apa yang akan dibelinya. Ibunya, yang telah lelah menunggui, memanggilnya, “Ayo, cepat beli permennya! Kita harus segera pergi.” Namun anak laki-laki itu menjawab, “Tapi Bu, uangku hanya satu penny, jadi aku harus membelanjakannya dengan hati-hati.”

Kita pun hanya punya kesempatan hidup satu kali. Jadi, kita harus menjalaninya dengan hati-hati! Jika kita punya kesempatan hidup sepuluh kali, mungkin kita dapat menjalani salah satu di antaranya sekadar untuk bersenang-senang atau mencari uang. Untuk menekankan betapa singkatnya hidup ini, Alkitab menggunakan beberapa ilustrasi, di antaranya tentang sekuntum bunga (Mazmur 103:15,16).

Bunga adalah sesuatu yang indah. Sebagai tempat penampung madu, biasanya bunga mengeluarkan aroma yang wangi dan berperan penting dalam menghasilkan bibit baru. Namun, yang paling mengejutkan saya adalah kecantikannya berlalu begitu cepat! Karena hari-hari kita di dunia begitu singkat, maka kita seharusnya menggunakan dengan cermat “saat-saat kita berbunga”.

Madu kasih Allah yang ada dalam hati kita seharusnya membawa orang-orang kepada Sang Juruselamat. Selain itu, hidup kita juga harus diwarnai dengan pelayanan rohani, karena kita diizinkan untuk mekar dan menghasilkan bibit baru (membawa orang lain kepada Kristus). Hidup begitu singkat.

Jadikan hidup Anda indah! --Henry Bosch

MENJALANI HARI-HARI YANG SINGKAT DENGAN BIJAK DAPAT MEMBUAT PERUBAHAN YANG KEKAL

PERKATAAN YANG BAIK

PERKATAAN YANG BAIK

Bacaan: Amsal 12:17-28
NATS: Kekhawatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia (Amsal 12:25)

Seorang pria diundang makan malam oleh beberapa kawannya. Makanannya luar biasa, kecuali pai apelnya. Walau demikian, ia masih dapat menemukan kata-kata yang baik mengenai pai itu.

Beberapa minggu kemudian, pria itu mengunjungi teman-temannya lagi untuk makan malam. Kali ini mereka menghidangkan pai ceri yang benar-benar lezat. Namun ia tidak berkomentar sedikit pun mengenai pai ceri tersebut. Ini membuat si nyonya rumah merasa heran, sehingga memberanikan diri berkata, "Terakhir kamu kemari, saya menghidangkan pai yang memalukan, tetapi kamu memberikan pujian. Malam ini saya menghidangkan pai terlezat yang pernah saya buat, tetapi kamu tidak berkomentar sedikit pun. Mengapa?"

Pria itu tersenyum dan menjawab, "Pai ceri yang kamu sajikan malam ini sungguh luar biasa. Dan memang pai apel yang kamu sajikan pada waktu yang lalu tidak selezat pai ini. Karena itu pai apellah yang lebih memerlukan pujian!"

Demikian pula hubungan kita dengan orang lain. Sebagian orang butuh semangat dan dorongan lebih daripada yang lainnya. Tak peduli betapa tidak sempurnanya penampilan seseorang atau betapa buruknya apa yang ia lakukan, sudah seharusnya kita senantiasa berusaha menemukan hal yang baik untuk memujinya. Di sekitar kita ada banyak orang yang patah semangat. Bahkan mungkin di rumah kita sendiri. Mereka memerlukan "perkataan yang baik" dari kita untuk membuat mereka gembira (Amsal 12:25). Marilah kita mencari cara untuk memuji mereka yang membutuhkan dorongan semangat! -RWD

JIKA ANDA BERTEMU SESEORANG YANG TANPA SENYUM
BERILAH MEREKA SENYUMAN ANDA

Followers