31 Mar 2010

Selamat !, Anda diampuni Tuhan Yesus

Jawaban: Kisah Rasul 13:38 menyatakan, “Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa.”

Apa itu pengampunan dan mengapa saya membutuhkannya?

Kata “mengampuni” berarti menghapus sampai bersih, memaafkan, membatalkan hutang. Ketika kita bersalah terhadap seseorang, kita minta pengampunan dari orang tsb. supaya relasi kita dapat dipulihkan kembali. Pengampunan bukan diberikan karena orang yang minta ampun pantas untuk diampuni. Tidak seorangpun yang pantas untuk diampuni. Pengampunan adalah tindakan kasih, kemurahan dan anugerah. Pengampunan adalah keputusan untuk tidak mendendam untuk apapun yang orang lakukan terhadap diri Anda.

Alkitab memberitahukan kita bahwa kita semua membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Kita semua telah berdosa. Pengkhotbah 7:20 mengatakan, “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!” 1 Yohanes 1:8 mengatakan, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” Semua dosa pada dasarnya adalah pemberontakan terhadap Tuhan (Mazmur 51:6) Akibatnya, kita sangat membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Jikalau dosa-dosa kita tidak diampuni, kita semua akan melewatkan kekekalan dalam penderitaan sebagai konsekwensi dari dosa-dosa kita (Matius 25:46; Yohanes 3:36).

Pengampunan – Bagaimana saya mendapatkannya?

Kita bersyukur, Tuhan adalah Pengasih dan Pemurah, rindu untuk mengampuni dosa-dosa kita. 2 Petrus 3:9 mengatakan, “Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Tuhan ingin mengampuni kita, maka Dia menyediakan jalan pengampunan bagi kita.

Satu-satunya hukuman yang adil untuk dosa-dosa kita adalah kematian. Bagian pertama dari Roma 6:23 menyatakan, “Sebab upah dosa ialah maut …” Kematian kekal adalah upah dari dosa-dosa kita. Tuhan, dalam rencanaNya yang sempurna, datang menjadi manusia, Yesus Kristus (Yohanes 1:1,14). Yesus mati di salib menanggung hukuman yang kita seharusnya tanggung – kematian. 2 Korintus 5:21 mengajar kita, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Yesus mati di salib untuk menggantikan kita menerima hukuman yang seharusnya kita terima! Sebagai Allah, kematian Yesus menyediakan pengampunan dosa bagi seluruh dunia. 1 Yohanes 2:2 memproklamirkan, “Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” Kebangkitan Yesus memproklamirkan kemenanganNya atas dosa dan kematian (1 Korintus 15:1-28). Puji Tuhan, melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, bagian kedua dari Roma 6:23 menjadi nyata, “…tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Maukah Anda menerima pengampunan untuk dosa-dosa Anda? Apakah Anda merasakan perasaan bersalah yang tidak kunjung lenyap? Pengampunan atas dosa-dosa Anda tersedia jika Anda menaruh iman percaya anda pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda. Efesus 1:7 mengatakan, “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya.” Yesus membayar hutang dosa kita supaya kita bisa diampuni. Satu-satunya yang perlu Anda lakukan adalah memohon pengampunan kepada Tuhan di dalam Yesus Kristus, percaya bahwa Yesus sudah mati untuk membayar harga pengampunan, dan Tuhan akan mengampuni Anda. Yohanes 3:16-17 berisi berita yang indah ini, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

Pengampunan – semudah itu?

Benar, semudah itu. Anda tidak dapat melakukan apa-apa untuk mendapatkan pengampunan. Anda tidak dapat membeli pengampunan dari Allah. Anda hanya dapat menerimanya, dengan iman, melalui anugrah dan kemurahan Tuhan. Jika Anda mau menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda dan menerima pengampunan dari Tuhan, Anda dapat berdoa dengan doa ini. Doa ini, atau doa apapun, tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya kepada Yesus Kristus yang menyediakan pengampunan dosa. Doa ini hanyalah cara untuk mengungkapkan iman Anda kepada Tuhan dan untuk berterimakasih kepadaNya untuk pengampunan yang diberikan kepada Anda. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan saya pantas dihukum. Namun Yesus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk keselamatanku. Terima kasih untuk anugrah dan pengampunan dariMu! Amin!”

Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di sini? Jika demikian, klik pada tombol “Saya telah menerima Kristus pada hari ini” di bawah.



Kuk Kemiskinan

Kita bertanya-tanya, mengapa pemulihan dan kesembuhan tidak datang-datang? Mengapa kesusahan yang terus menerus mengikuti kita, bukannya kemuliaan Tuhan? Mengapa janji-janjiNya tidak digenapi bagi kita yang telah sekian tahun percaya? Kita berseru kepada Tuhan, namun Ia tidak menjawab; bahkan telah berteriak kepadaNya, namun tidak dapat menemukanNya. Mungkin kita berkata bahwa kita sedang diuji kesetiaan dan iman kita kepadaNya. Ada baiknya kita mencoba merenungkan FirmanNya dalam

Yesaya pasal 58 ayat 8 dan 9 :
Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran akan menjadi barisan depanmu dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! APABILA engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesama mu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah.

Alasannya hampir selalu sama, ternyata tanpa sadar kita memiliki kuk di tengah-tengah kita yang berupa “menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah” yaitu roh kritis. Ia berjanji melalui Yesus, bahwa kehidupan kita akan berubah secara radikal kalau kita menyingkirkan kuk tersebut. Kalau kita mengecam anak orang lain, siapa yang akan sakit hati? Jelas orangtuanya! Demikian pula dengan Tuhan. Sewaktu kita menghakimi salah satu umatNya, kita sebenarnya menghakimi Dia. Sewaku kita mengkritik sesama saudara kita, kita sebenarnya mengatakan ciptaan Allah itu tidak sesuai dengan standar kita, bahwa kita dapat membuatnya lebih baik.

Ada dua pelayanan yang terus berlangsung terus-menerus di hadapan takhta Allah: pertama adalah pelayanan syafaat (doa), yang lain adalah pelayanan dakwaan. Bila kita ada di dalam Dia, Yesus akan memakai kita untuk bersyafaat (Roma 8:27); kita menjadi “rumah doa bagi segala bangsa”( Yesaya 56:7). Bersyafaat adalah berdoa untuk orang lain. RumahNya adalalah tempat bersyafaat. Tuhan tidak pernah mengatakan rumahNya sebagai rumah khotbah, rumah penyembuhan, ataupun rumah penghakiman. Iblis disebut “pendakwa saudara-saudara”dan disebutkan pelayanan ini berlangsung siang dan malam di hadapan Allah ( Wahyu 12:10 ).

Sulit untuk dimengerti bagaimana cara iblis bisa mendakwa orang-orang kudus di hadapan Allah siang dan malam padahal ia telah dilemparkan dari sorga dan tidak diperkenankan untuk menghadap takhta Allah? Ternyata ia memakai orang-orang kudus, yang memang diperkenankan untuk datang ke takhtaNya, untuk melakukan pekerjaan kejam ini bagi dia. Ini dapat terjadi bila kita membiarkan iblis ada di dalam hidup kita bukannya Yesus dan tanpa sadar kita telah menjadi kaki tangannya untuk mendakwa dan mengecam. Sewaktu kita “menunjuk-nunjuk dengan jari” untuk mengkritik, kita memasang kuk pada diri kita sendiri sehingga kita tidak dapat diberkati dan berada di bawah cengkeraman roh kemiskinan.

Tuhan memperingatkan kita : Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya (Amsal 18:1). Kita jangan pernah mengenakan kuk kemiskinan karena penghakiman kita terhadap orang lain : Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu (Matius 7:1-2). Banyak jemaat mengkritik cara jemaat yang lain dalam memberikan persembahan. Banyak hamba Tuhan juga mengkritik cara hamba Tuhan yang lain dalam mengambil persembahan. Karena penghakiman itu, mereka sendiri tetap bersalah sekalipun mereka memberikan persembahan maupun mengambil persembahan secara alkitabiah. Sewaktu penghakiman kita berbalik kepada diri kita sendiri, kita pun hanya menghadapi kegelapan dan doa yang terjawab atas kebutuhan-kebutuhan kita. Hal ini berlaku baik dalam hal keuangan maupun dalam hal karunia-karunia rohani. Roh yang mengkritik akan mendatangkan kemiskinan.

Kritik adalah salah satu bentuk utama kesombongan karena orang yang mengkritik menganggap dirnya lebih hebat. Kesombongan akan mendatangkan sesuatu yang seharusnya paling menakutkan bagi manusia yang rasional : pertentangan Allah ! “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”(Yakobus 4:6). Lebih baik seluruh roh jahat di neraka menentang kita daripada Allah menentang kita. “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil” (Yohanes 7:24). Ayat ini sebenarnya menegaskan keadaan kita sebagai manusia lemah yang tidak akan pernah bisa menghakimi sesuatu dengan adil. Kita selalu saja menghakimi apa yang nampak di depan mata, namun Tuhan melihat hati dan menghakimi hati, bukan perbuatan (Roma 2:16). Oleh sebab itu hanya Tuhan yang berhak menghakimi dan kita tidak layak. Dengan jalan kita menghakimi, kita telah bertindak melampaui hakNya sebagai satu-satunya Hakim (Yakobus 4:12) dan kita telah menjadi Tuhan atas orang lain, ini sangat berbahaya.

Kritik kita dapat pula bersumber dari kepekaan yang benar. Isunya adalah bagaimana kita memanfaatkan kepekaan itu; apakah kita akan menggunakannya untuk mendakwa atau untuk bersyafaat? Orang-orang mungkin bersalah dan layak untuk dikritik tetapi Tuhan telah memberikan kepada kita instruksi yang jelas mengenai cara menghadapi saudara yang berbuat dosa dalam Matius 18. Ia melakukan hal itu untuk mencegah kita menjadi batu sandungan. Dalam kasus semacam ini, kita seharusnya tidak mendakwa, tetapi bersyafaat. Tuhan sanggup menghakimi rumahNya sendiri dan Ia sanggup membuka jalan bagi kita kalau Ia memang mau memakai kita. Kalau Ia tidak membuka jalan bagi kita, kita harus percaya bahwa Ia akan melakukannya pada waktu yang telah ditetepkanNya. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Penulis: Tomin Moiras
Email: tominmoiras@gmail.com

29 Mar 2010

PASKAH: Arti Pengorbanan Anak Domba


Ketika Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah dalam Yohanes 1:29 dan 1:36, hal ini adalah merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk dosa. Untuk memahami siapakah Kristus dan apa yang Dia lakukan, kita harus memulai dengan Perjanjian Lama yang mengandung nubuat-nubuat mengenai kedatangan Kristus sebagai “korban penebus salah” (Yesaya 53:10). Bahkan sebetulnya seluruh sistim korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang adalah korban yang sempurna yang Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya (Roma 8:3, Ibrani 10).

Mempersembahkan domba memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan agama orang-orang Yahudi dan sistim persembahan mereka. Ketika Yohanes Pembaptis merujuk pada Yesus sebagai “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29), orang-orang Yahudi yang mendengarnya mungkin langsung memikirkan salah satu dari beberapa korban persembahan yang penting. Menjelang Hari Raya Paskah, pikiran yang pertama mungkin adalah korban persembahan Anak Domba Paskah. Hari Raya Paskah adalah salah satu hari raya utama orang Yahudi dan suatu perayaan untuk memperingati saat Allah melepaskan orang-orang Israel dari perbudakan di Mesir. Kenyataannya, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah agar supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Keluaran 12:11-13) adalah merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.

Persembahan lain yang melibatkan domba adalah persembahan sehari-hari di Bait Suci di Yerusalem. Setiap pagi dan petang seekor domba dipersembahkan di Bait Allah bagi dosa-dosa orang banyak (Keluaran 29:38-42). Persembahan sehari-hari ini, sama seperti semua lainnya, sekedar menunjuk kepada persembahan Kristus yang sempurna di atas salib. Kenyataannya saat kematian Yesus di atas salib bertepatan dengan saat korban petang dilakukan di Bait Suci. Orang-orang Yahudi pada waktu itu akan kenal baik dengan nabi-nabi Perjanjian Lama, yaitu Yeremia dan Yesaya, yang nubuatnya sudah lebih dahulu memberitahukan datangnya seseorang yang akan dituntun “seperti seekor domba ke pembantaian” (Yeremia 11:19, Yesaya 53:7) dan yang penderitaan dan pengorbananNya akan menebus Israel. Sudah barang tentu orang yang dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama ini tidak lain adalah Yesus Kristus, “sang Anak Domba Allah.”

Sekalipun konsep mengenai sistim korban persembahan mungkin asing bagi kita pada zaman sekarang, konsep penebusan atau penggantian adalah sesuatu yang dapat kita pahami dengan mudah. Kita tahu bahwa upah dosa adalah kematian (Roma 6:23) dan bahwa dosa kita memisahkan kita dari Allah. Kita juga tahu bahwa Alkitab mengajarkan bahwa kita semua adalah orang berdosa dan tidak seorangpun yang benar di hadapan Allah (Roma 3:23). Karena dosa kita, kita terpisah dari Allah dan kita bersalah di hadapanNya; oleh karena itu, satu-satunya harapan kita adalah kalau Dia bersedia menyediakan jalan untuk kita diperdamaikan dengan diriNya dan itulah yang dilakukanNya dalam mengutus AnakNya Yesus Kristus untuk mati di salib. Kristus mati untuk menebus dosa dan untuk membayar hukuman dosa dari semua yang percaya kepadaNya.

Melalui kematianNya di atas salib sebagai korban yang sempurna untuk dosa dan kebangkitanNya tiga hari kemudian maka kita sekarang dapat memiliki hidup kekal jikalau kita percaya kepadaNya. Fakta bahwa Allah sendiri yang telah menyediakan korban yang menebus atau membayar dosa kita adalah bagian dari kabar baik yang mulia dari Injil yang begitu jelas dinyatakan dalam 1 Petrus 1:18-21, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.”

28 Mar 2010

Iman Yang Sejati


Ada perbedaan antara percaya dengan pikiran kita dan percaya dengan hati kita. Ada perbedaan antara menyetujui fakta tentang Kebenaran Firman Tuhan secara intelektual atau doktrinal dan memiliki iman akan Kebenaran Firman Tuhan. Rasul Paulus dalam suratnya menegaskan bahwa orang diselamatkan karena iman :

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan (Roma 10:9-10).


Iman ada didalam hati (1Tim 3:8-9), dan jelas apa yang keluar dari mulut berasal dari hati tempat adanya iman (Mat 15:18). Ketika Yesus masih melayani didunia, Dia selalu mengajarkan betapa pentingnya iman bagi orang yang percaya untuk memperoleh Keselamatan (Mat 9:22). Tuhan Yesus datang bukan untuk menyembuhkan penyakit manusia dan memenuhi kebutuhan manusia tetapi untuk menyembuhkan apa yang menyebabkan penyakit manusia : dosa, dan memenuhi kebutuhan paling dasar daripada manusia : Keselamatan.

Iman lebih kuat dari sekedar percaya. Percaya berarti menyetujui secara intelektual atau terbukti dahulu secara fakta; beriman berarti menjadi tak terpisahkan dengan objek penyembahan kita. Kepercayaan dapat berubah atau hilang oleh argumentasi yang lebih kuat. Ini dapat dijelaskan dalam Injil Yohanes 20:25 tentang bagaimana Tomas sulit untuk percaya tanpa bukti yang nyata.

Perbedaan antara “percaya” dan “iman” adalah perbedaan antara orang yang bersungguh-sungguh dan orang yang berpura-pura, yang menipu dirinya sendiri untuk menenangkan hati nuraninya. Orang tanpa iman adalah ibarat mobil tanpa mesin. Meskipun mungkin penampilannya bagus, namun mobil itu tidak akan kemana-mana. Sekedar percaya hanya bersifat di permukaan dan hanya dapat menenangkan emosi. Iman adalah kuasa yang hidup, yang dapat memindahkan gunung yang menghalanginya. Iman semacam inilah yang memindahkan segala rintangan, namun tidak tergoyahkan oleh rintangan apapun. Iman yang sejati akan menduduki tanah perjanjian.

Padang Gurun atau Pencobaan adalah dimaksudkan untuk menguji iman dan membuatnya menjadi seteguh batu karang (Ul 8:2-3).Gejala paling menonjol yang merupakan musuh iman adalah menggerutu dan mengeluh. Orang yang mengeluh berarti telah kehilangan imannya; hatinya telah putus asa. Orang yang benar-benar beriman menghadapi rintangan sebagai kesempatan untuk meraih kemenangan yang lebih besar.Tetapi ini bukanlah optimisme buta yang antara lain persetujuan intelektual yang diajarkan oleh dunia dan yang menyamar sebagai iman yang sejati. Optimisme buta atau iman palsu akan layu terpanggang oleh panasnya padang gurun, namun iman yang sejati justru menjadi semakin kuat sewaktu suhu meningkat.

Iman adalah sesuatu yang batiniah (rohani), bukan lahiriah (Jasmani), ia tidak ditentukan oleh keadaan lahiriah (yang kelihatan/jasmani). Iman yang sejati tidak tergoyahkan oleh kekecewaan tetapi justru dikuatkan. Iman akan selalu mengubah kekecewaan menjadi kesempatan. Kalau kekecewaan membuat kita mengeluh maka pembinasa iman kitapun dilepaskan (Bil 11:1). Ujian yang beratlah yang akan menghasilkan iman yang sejati. Sesuatu itu diuji dahulu untuk bisa diberi nilai (2Kor13:8).

Iman yang sejati berjalan dan percaya pada sesuatu yang telah diselesaikan oleh Yesus, dan tidak akan patah semangat oleh segala sesuatu yang terjadi di dunia fana. Sangatlah penting untuk dipahami bahwa iman yang sejati bukanlah iman pada seseorang! Iman yang sejati mempunyai Objek dan Sumber kuasa yang jauh lebih besar daripada kita sendiri. Iman yang sejati tidak ditentukan oleh kualitas iman kita; iman yang sejati adalah iman kepada Allah ( Firman yang telah keluar dariNya).


Orang yang meletakkan imannya kepada diri sendiri hanya akan menyelesaikan hal-hal yang mementingkan diri sendiri. Keegoisan selalu membawa kepada penyesatan sama seperti Adam dan Hawa yang segera memusatkan perhatian kepada diri sendiri dan menyadari ketelanjangan mereka akibat buah pertama dari dosa mereka setelah mendengar nasihat iblis dan memakan buah terlarang. Sewaktu kita mulai melihat kepada diri sendiri (pengertian dan pengetahuan sendiri), kita akan kehilangan anugerah dan kuasa iman yang sejati.

Tuhan Yesus sendiri adalah teladan iman yang sejati dalam melaksanakan karya Bapa ketika masih di dunia. Ketika baru satu orang muridNya menerima wahyu tentang siapa diriNya, Ia menyatakan hal itu cukup sebagai dasar untuk membangun gerejaNya dan tibalah waktuNya untuk pergi ke kayu salib dan meninggalkan mereka ( Matius 16:15-21 ). Kemudian, sewaktu Dia sangat membutuhkan kesetiaan mereka, mereka semua kecuali satu orang terserak, mengkhianati dan menyangkali Dia. Yang paling tragis lagi Sang Pemimpin pun harus mati sebelum rencanaNya terwujud! Menurut pengamatan kita secara manusia, cara Dia memimpin, mempersiapkan para calon pemimpinNya dan kematianNya, jelas sekali adalah sebuah kekalahan besar dan hal itu tentu akan sangat menggoncangkan penalaran manusiawi kita.

Kelihatannya Ia sama sekali tidak mengerti prinsip manajemen yang baik! Itu adalah sebuah karya yang gagal, sama seperti penilaian kebanyakan orang pada masa kini. Mungkin saja kita lebih tahu untuk membangun dan mempersiapkan jemaat dengan memakai prinsip manajemen yang lebih baik daripada Dia, dan memang seperti itulah yang sedang terjadi dalam kehidupan bergereja sekarang ini. Tetapi kita lupa bahwa dengan rencanaNya, Ia menopang segala sesuatu dengan firmanNya yang penuh kuasa. Ia tetap berkeyakinan teguh bahwa gerejaNya akan menang atas alam maut dan bertahan hidup. Bahkan menjelang kematianNya, Dia berkata :” Sudah selesai!”( Yohanes 19:30 ) dan kita telah melihat buah dari keyakinanNya. Bagaimana bisa Ia memiliki keyakinan seperti itu? Karena keyakinanNya bukan kepada orang, sekalipun orang yang telah dipilh dan dilatihNya. PengharapanNya ada pada Roh Kudus, dan iniah yang disebut Iman yang sejati.

Bila seseorang memahami iman yang sejati, ia tidak pergi ke gereja; ia menjadi gereja . Iman para rasul diabdikan untuk membangun suatu bait bagi Tuhan, bait yang tidak mungkin dibangun dengan tangan manusia, dan hanya dapat diwadahi di dalam hati manusia. Para rasul dan nabi telah melihat rumah yang penuh dengan iman sejati, yang bukan dibangun oleh manusia, melainkan dibangun dari manusia. Iman yang sejati tidak menyembah bait Allah, melainkan menyembah Allah yang berdiam dalam baitNya. Orang-orang agamawi dangkal telah merendahkan iman yang sejati menjadi sekedar upacara dan bentuk-bentuk hampa yang menghancurkan jiwa manusia serta memusatkan perhatian kepada hal-hal yang lahiriah untuk berbakti kepada Allah. Justru orang-orang yang paling taat beragama dan warga negara paling terhormatlah yang menyalibkan Yesus. Demikian pula, lembaga yang paling agamawi dan yang paling terhormatlah yang sering menghancurkan iman yang sejati di dalam Dia. Konon, ketika Napoleon membaca Injil Yohanes, ia menyatakan bahwa Yesus adalah Si Penulis Injil tersebut! Napoleon menyadari bahwa kecerdasan yang ada di balik kekristenan sejati melampaui kemampuan kreatif intelektual manusia. Kemudian, ia melihat pada lembaga kristen saat itu dan melihat lembaga tersebut tidak mencerminkan Yesus yang disampaikan dalam Injil.

Iman yang sejati tidak mati di dalam suatu lembaga. Iman yang sejati adalah kekuatan yang tidak dapat dihancurkan. Iman melekat sedemikian kuat dengan diri orang itu, sehingga hanya dapat diambil oleh maut. Ia bahkan sanggup mengubah sejumlah nelayan yang tidak berpendidikan dan orang biasa menjadi pasukan yang paling dashyat dalam sejarah manusia. Kekuatan iman sejatilah yang menjadikan surat-surat yang ditulis oleh orang-orang sederhana ini mampu mempengaruhi sejarah jauh lebih hebat daripada pengaruh gabungan semua buku lainnya. Hanya dengan sebagian kecil iman sejati ini, hidup kita akan berubah amat radikal.

Bila orang-orang yang mempunyai iman yang sejati ini ditanya tentang iman mereka, mereka tidak akan menunjuk pada gedung atau organisasi, pada doktrin atau bahkan pada konsep tentang kebenaran, mereka menunjuk kepada Allah Yang Benar( Ibrani 11:6 ). Dan, orang-orang yang memiliki iman yang sejati inilah yang disebut orang benar dihadapan Allah : Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya ( Yohanes 7:18 ).

Penulis: Tomin Moiras
Email: tominmoiras@gmail.com

Filter itu Penting...!

1 Korintus 15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.

Setiap hari buat ku adalah anugerah. Aku bersyukur dengan kehidupan yang kurasakan. Banyak hal yang bisa kulakukan dengan melayani orang lain. Aku belajar untuk melayani siapa saja tanpa membedakan-bedakan. Pekerjaan yang sangat sulit jika ini berhubungan dengan hati dan kepercayaan.

Aku belajar mendekatkan dengan siapa saja meskipun dengan orang yang tidak menyukai kita sekalipun. Belakangan ini aku perlu “filter” yang baik agar informasi yang masuk ketelingaku tidak kuserap dan kubenarkan begitu saja. Aku tidak mau jadi “sekutu” orang yang membenci orang lain sebelum mengetahui kebenaran yang pasti. Pernah aku terbawa emosi mempercayai informasi seorang teman tentang seseorang sehingga ada kekecewaan yang kualami sesaat. Hingga pada suatu saat aku disadarkan kembali bahwa aku tidak boleh membiarkan informasi itu lolos begitu saja ke pikiranku dan menimbulkan benci pada orang lain. Aku tahu bahwa manusia memiliki akal untuk merenungkan terlebih dahulu informasi sebelum kita seutuju dengan informasi itu.

Bisa anda bayangkan betapa kecewanya aku mengetahui orang yang kupercaya membicarakan orang lain dibelakang orang lain dan tampak tenang serta baik-baik saja dihadapan orang lain. Ini membuatku bingung dan tidak yakin apakah teman sekaligus sahabatku itu adalah orang yang seperti itu. Aku sangat mempercayainya hingga suatu ketika ada cerita negatif tentang dirinya yang sempat membuatku bimbang untuk mempercayainya kembali.

Aku berkata pada diriku sendiri “Tuhan, aku tahu Kau yang maha tahu dan apapun cerita yang kedengar harus aku tempatkan pada suatu saringan supaya aku bisa tahu kebenarannya”. Hal ini menguatkanku dan aku percaya hanya kepada Tuhanlah aku menemukan kebenaran. Aku tidak sadar terkadang kebencian seseorang memperalat hubungan persaudaraan diantara kami sehingga mampu mengaduk-aduk emosiku.

Aku tidak henti-hentinya memperingatkan diriku sendiri bahwa aku harus punya filter terhadap informasi yang kuterima. Sebaik apapun informasi itu disampaikan aku harus menempatkannya dalam sebuah pertimbangan agar tidak meluakaiku.

Memiliki “filter” dalam hubungan komunikasi sangatlah penting untuk mencegah anda menjadi pribadi-pribadi yang mempergunjingkan kekurangan serta keterbatasan orang lain. Hubungan kita dengan Tuhan menentukan seberapa baik kita memperbesar filter itu agar tidak merusak relasi kita dengan siapapun. So...tetaplah miliki “filter” yang baik agar pikiran dan hati anda tetap sehat.

Efesus 6:11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;
Efesus 6:13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

All the Best,
H e l e n a

Penulis: Helena Frianti
Email: vallena_s@yahoo.com

Online...Online....

"siang malam ku selalu menatap layar terpaku untuk on line on lineon line on linejari dan keyboard beradu pasang earphone dengar laguaku on line onlineon line on line
verse 1:tidur telat bangun pagi pagi nyalain komputer online lagibukan mau ngetik kerjaane-mail tugas diserahkan" ………dan seterusnya….

Lirik lagu di atas adalah lagu yang dibawakan oleh Saykoji. Group musik rapp yang terkenal dengan lirik-liriknya yang gokil. Aku melihat dalam kehidupanku. Sejak aku mengenal dunia maya dan aku semakin mudah mengakses internet dengan cepat, kapan saja dan dimana saja membuatku semakin tergantung dengan dunia maya. Fasilitas yang ada saat ini sangatlah mudah dan murah. Banyak provider menawarkan “kemurahan” mengakses internet melalui provider mereka.

Terkadang aku menertawakan diriku sendiri seakan membenarkan lirik lagu dari Saykoji bahwa aku menjadi pribadi yang tergantung dengan kecanggihan dan kemudahan teknologi yang ditawarkan pebisnis. Aku pernah beberapa kali memulai bangun tidurku dengan “online” dan mencari informasi melalui dunia maya. Entah apa yang membuatku dengan sangat mudah memenuhi kebutuhan kedaginganku disaat aku bangun tidur yang seharusnya aku mulai dengan ucapan syukur atas kebaikan Tuhan yang telah melindungiku saat aku tidur.

Doa sudah menjadi nomor sekian bagiku sehingga komunikasiku dengan Tuhan jadi sedikit error. Jika aku amati terkadang kita sebagai manusia sangat mudah melakukan sesuatu yang mampu memuaskan kedangingan kita namun sulit sekali melakukan apa yang menjadi harapan Tuhan bagi kita. Disaat dunia informasi semakin cepat dan teknologi semakin hebat tapi Tuhan tidak pernah mengharapkan kita harus memiliki segala kecanggihan itu agar bisa “online” denganNya.

Aku teringat akan Kristus saat di taman Getsemani sebelum DIA disalibkan. Kristus sendiri “Online” dengan Bapa kita di Surga karena DIA butuh Allah dan dengan doalah Kristus berkomunikasi. Seberapa banyak dari kita yang melakukan hal tersebur? Memulai aktivitas kita “online” dengan Tuhan. Kita tidak perlu khawatir pulsa atau tagihan telpon kita akan menjadi besar jika “online” dengan Tuhan. Berhubungan dengan Tuhan itu gratis tidak ada biaya sama sekali.

Anda cukup menyediakan waktu dan hati anda untuk datang dan “online” denganNya. Online dengan Allah akan membuat hati kita lebih “sehat” dan memberikan damai sejahtera dalam setiap aspek kehidupan kita.

Saat saya mengalami konflik sekalipun saya cukup “online” dengan Allah maka hati saya ditenangkan. Menaruh seluruh pengharapan hanya kepada Bapa dan meyakini bahwa Bapa adalah sumber jawaban dan sumber kekuatan dalam setiap kelemahan kita. Tidak hanya dalam konflik saja ketika kita menemukan kebahagiaan

"Meskipun doa merupakan hal yang sedemikian sederhana sehingga seorang anak kecil pun dapat melakukannya, namun doa juga merupakan suatu pekerjaan yang teramat mulia dan kudus. Doa adalah persekutuan dengan Yang Mahakudus . . . adalah esensi dari ibadah yang benar, saluran bagi segala berkat, dan rahasia kuasa dan kehidupan." ANDREW MURRAY, With Christ in the School of Prayer

Doa adalah cara supaya kita bisa terkoneksi dengan Tuhan. Mampukah kita menjadikan doa sebagai kebutuhan seperti kita membuat dunia maya menjadi kebutuhan kita dalam berelasi. Mulailah setiap aktivitas kita dengan doa, setiap nafas kita dipenuhi dengan doa karena doa akan membuat kita semakin dekat denganNya. Tuhan hanya bisa diakses dengan doa. Semakin sering anda terkoneksi denganNya maka semakin akrab kita denganNya.

Tetap “online”!
Tetap Semangat!
Yang terbaik bagi kita semua.
Jesus love us!


Regard’s
H e l e n a

Penulis: Helena Frianti
Email: vallena_s@yahoo.com

Yesus itu Tuhan

Yesus adalah Allah banyak membingungkan orang, oleh sebab itu saya mau berbagi kesaksian dan pengalaman yang Tuhan berikan kepada saya pribadi. Ketika seseorang mau mengenal orang lain maka hal yang terpenting adalah kita harus melihat asal-usul orang tersebut: begitu juga dengan Tuhan Yesus Kristus ketika kita mau mengetahui siapakah Yesus sebenarnya maka kita harus melihat asal usul-Nya.Yesus yang dikandung oleh perawan Maria adalah Roh Kudus dalam kitab

Matius 1:18 "Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut:pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan denga Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suaimi istri.


Ayat ini dengan jelas memperlihatkan Yesus Kristus adalah juga Roh Kudus karena anak yang dikandung oleh perawan Maria adalah Roh Kudus/ Roh Allah. Dari pernyataan ini dengan jelas dan tegas Yesus adalah juga Allah ibarat bibit mangga akan tumbuh pohon mangga juga. Fakta dan kenyataan ini tidak mungkin dapat dibantah oleh siapapun, bahkan Agama lain dalam kitabnya mempercayai nabi Isa/Yesus adalah Rohullah atau Roh Allah.

Kebingungan timbul ketika seseorang mau mengenal dan memperkenalkan seseorang dengan menjelaskan jabatan dan panggilan orang tersebut sehingga kebenaran orang tersebut semakin kabur. Kebanyakan pedeta dan orang-orang Kristen memperkenalkan Yesus Kristus dengan karya-karyanya semasa Yesus hidup kemudian jabatan Yesus ini dijadikan kebenaran Pribadi-Nya, inilah kesalahan terbesar karena jabatan dan panggilan dijadikan asal usulnya maka kebenaran akan Yesus semakin kabur dan membingung orang lain.

Yesus adalah Allah adalah fakta dan kebenaran! yang tidak mungkin terbantahkan, sehingga Allah sudah menubuatkan kebenaran ini didalam kitab

Yesaya 35:4-6 "Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati:\"Kuatkanlah hati, janganlah takut!Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah, IA SENDIRI DATANG MENYELAMATKAN KAMU ".
Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; ayat tersebut diatas dengan jelas memperlihatkan: Allah datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia, yang tidak dapat diterima oleh manusia kenapa Allah lahir dan menjadi manusia yang amat sangat sederhana? Allah bisa saja menjadi makhluk dan manusia yang memiliki kekutan yang amat sangat berkuasa sehingga banyak orang yang lebih percaya akan Dia.

Alasan Allah menjadi manusia adalah untuk menebus dosa manusia pertama yaitu Adam dan Hawa yang jatuh dalam dosa. untuk memulihkan hubungan manusia dan Allah hanya mungkin dilakukan pengorbanan manusia yang tidak berdosa (manusia suci), tetapi dikatakan Alkitab bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa, maka tidak mungkin manusia mampu menyelamatkan manusia lain kecuali manusia yang suci ibarat manusia buta yang dllahirkan dalam keadaan buta, obata apapun dan dokter darimanapun tidak akan mampu dan sanggup untuk menyembuhkannya kecuali dengan menggantikan mata yang buta itu dengan mata yang sempurna dan sehat tanpa cacat, begitu juga dengan manusia sudah berdosa hanya mungkin dipulihkan dengan pengorbanan manusia yang suci tanpa cacat dan cela. Yesus adalah manusia yang suci karena Ia adalah Roh Kudus; Roh Kudus adalah Roh Suci, tidak mungkin suci itu berdosa maka Yesus adalah manusia yang suci.

Penulis: Armin
Email: armin.kwan@yahoo.co.id

27 Mar 2010

Artikel Anda


Anda mempunyai artikel rohani atau artikel umum yang menurut anda dapat menguatkan iman percaya kita semua silakan kirimkan artikel anda ataupun kesaksian. Sertai Nama dan Alamat email anda agar kami dapat mencantumkan Nama Penulis artikel.

Artikel terpilih akan dimuat dalam postingan blog ini, dan kami berhak untuk melakukan editing bahasa dengan tanpa menghilangkan maksud penulisan, partisipasi saudara/saudari sangat kami harapkan. Silakan menulis...

Tips
untuk lebih mempermudah pengisian artikel lakukan CoPas (copy paste) dari file artikel pada kolom "Isi Artikel"

Nama Anda
Alamat Email
Judul Artikel
Isi Artikel
Image Verification
captcha
Masukan Angka yang terlihat:
[ Ganti Kode ] [ What's This? ]

Hipostatik; Yesus = Allah 100% dan Manusia 100%

Kesatuan hipostatik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana Allah Putra, Yesus Kristus mengambil natur kemanusiaan, namun pada saat yang sama tetap merupakan Allah yang sempurna. Yesus selamanya adalah Allah (Yohanes 8:58; 10:30), namun dalam inkarnasi Yesus mengambil tubuh manusia – Dia menjadi manusia (Yohanes 1:14). Penambahan natur kemanusiaan kepada natur keillahian adalah Yesus, Allah-manusia. Inilah kesatuan hipostatik, Yesus Kristus, satu Pribadi, Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna.

Kedua natur Yesus, kemanusiaan dan keillahian, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Yesus selamanya adalah Allah-manusia, Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna, dua natur yang berbeda dalam satu Pribadi. Kemanusiaan dan keillahian Yesus tidak bercampur, namun bersatu tanpa kehilangan keunikan identitas. Kadang Yesus berfungsi dengan keterbatasan sebagai manusia (Yohanes 4:6; 19:28), dan di waktu lain dengan kuasa keillahianNya (Yohanes 11:43; Matius 14:18-21). Dalam keduanya, tindakan-tindakan Yesus bersumber dari PribadiNya yang satu. Yesus memiliki dua natur, namun hanya satu pribadi atau kepribadian.

Doktrin kesatuan hipostatik adalah upaya untuk menjelaskan bagaimana Yesus dapat merupakan Allah dan manusia pada saat yang sama. Namun demikian, pada akhirnya ini adalah sebuah doktrin yang kita tidak mampu pahami secara sempurna. Adalah tidak mungkin bagi kita untuk dapat secara sempurna memahami cara kerja Allah. Kita, sebagai manusia yang terbatas, tidak bisa mengharapkan dapat memahami Allah yang tidak terbatas. Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian Dia dilahirkan dari Roh Kudus (Lukas 1:35). Namun hal ini tidak berarti bahwa Yesus belum ada sebelum Dia dikandung. Yesus selalu ada (Yohanes 8:58, 10:30). Ketika Yesus dikandung, Dia menjadi manusia selain Dia adalah Allah (Yohanes 1:1, 14).

Yesus adalah Allah dan manusia. Yesus senantiasa adalah Allah, namun Dia tidak menjadi manusia sampai Dia dikandung di dalam diri Maria. Yesus menjadi manusia sehingga Dia dapat mengidentifikasikan diri dengan kita dalam kelemahan-kelemahan kita (Ibrani 2:17), dan yang lebih penting adalah sehingga Dia dapat mati di salib untuk membayar hutang dosa kita (Filipi 2:5-11). Secara singkat, kesatuan hipostatik mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah dan manusia yang sempurna, bahwa tidak ada percampuran atau pengurangan dari salah satu natur tsb., dan bahwa Dia adalah Pribadi yang bersatu, untuk selamanya.

26 Mar 2010

Perbedaan Roh dan Jiwa

Apa perbedaan antara roh dan jiwa? Kata “roh” menunjuk pada aspek non-materi dari manusia. Manusia memiliki roh, namun kita bukan roh. Namun demikian, di dalam Alkitab, hanya orang-orang percaya, mereka yang didiami oleh Roh Kudus, yang disebut sebagai “makhluk hidup secara rohani” (1 Korintus 2:11; Ibrani 4:12; Yakobus 2:26). Orang-orang yang tidak percaya “mati secara rohani” (Efesus 2:1-5; Kolose 2:13). Dalam tulisan Paulus, “roh” sangatlah penting bagi kehidupan rohani orang percaya (1 Korintus 2:14; 3:1; 15:45; Efesus 1:13; 5:19; Kolose 1:9; 3:16). Roh adalah elemen dalam diri manusia yang memungkinkan dia memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Setiap kali kata “roh” dipergunakan, biasanya kata itu merujuk pada bagian non-materi dari manusia, termasuk jiwanya.

Kata “jiwa” merujuk bukan saja pada bagian non-materi dari manusia, namun juga bagian materi. Berbeda dengan manusia memiliki “roh,” manusia adalah jiwa. Arti kata “jiwa” yang paling mendasar adalah “hidup.” Namun demikian, dalam Alkitab, kata tsb bukan hanya berarti “hidup” namun juga memiliki pengertian-pengertian lain. Salah satunya adalah keinginan manusia untuk berbuat dosa (Lukas 12:26). Pada dasarnya manusia adalah jahat dan jiwanya telah dikotori. Hidup berakhir pada saat kematian fisik (Kejadian 35:18; Yeremia 15:2). “Jiwa” dan “roh” adalah pusat dari banyak pengalaman rohani dan emosional (Ayub 30:25; Mazmur 43:5; Yeremia 13:17). Setiap kali kata “roh” dipergunakan, kata tsb dapat menunjuk pada pribadi orang itu secara keseluruhan, hidup maupun setelah kematian.

“Jiwa” dan “roh” adalah sama dalam hal penggunaaannya dalam kehidupan rohani orang percaya. Perbedaannya adalah dalam hal acuannya. “Jiwa” adalah pandangan manusia secara horizontal terhadap dunia. “Roh” adalah pandangan manusia secara vertikal dengan Tuhan. Adalah penting untuk memahami bahwa keduanya merujuk pada bagian non-materi dari manusia, namun hanya “roh” yang menunjuk pada kehidupan manusia dengan Tuhan. “Jiwa” menunjuk pada kehidupan manusia dalam dunia, baik secara materi maupun non-materi.

24 Mar 2010

Yesus adalah Allah, mengapa menderita dan mati ?


Yesaya 52:14 menyatakan, “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia—begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.” Yesus amat menderita selama diadili, disiksa dan disalibkan (Matius pasal 27, Markus pasal 15, Lukas pasal 23, Yohanes pasal 19). Sengeri apapun penderitaanNya secara fisik, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan rohani yang harus dijalaniNya. 2 Korintus 5:21, “ Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Yesus menanggung dosa seluruh dunia di atas diriNya (1 Yohanes 2:2). Adalah dosa yang mengakibatkan Yesus berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46). Jadi sekeji apapun penderitaan jasmaniah Yesus, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Dia harus menanggung dosa-dosa kita – dan mati bagi dosa-dosa kita (Roma 5:8).

Yesaya 53, khususnya ayat 3 dan 5 menubuatkan penderitaan Yesus, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. “ Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” Mazmur 22:14-18 adalah bagian Alkitab lain yang menubuatkan penderitaan sang Mesias, “Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.”

Mengapa Yesus harus menderita separah itu? Sebagian orang memikirkan bahwa penderitaan Yesus secara jasmaniah adalah merupakan bagian dari hukuman yang ditanggungNya untuk dosa-dosa kita. Pada saat yang sama penganiayaan yang dialami oleh Yesus lebih berbicara keras mengenai kebencian dan kekejian umat manusia daripada mengenai hukuman Allah untuk dosa. Kebencian Iblis kepada Allah dan Yesus secara mutlak jelas merupakan bagian dari motivasi di balik penganiayaan dan perlakuan semena-mena itu. Penderitaan Yesus adalah contoh terutama mengenai apa yang dirasakan oleh manusia yang berdosa terhadap Allah (Roma 3:10-18).

Yesus harus menderita dan merasakan perih secara fisik manusiawi agar sempurnalah penebusan dosa yang diperbuat oleh manusia, Allah tidak mungkin menebus / turut menderita jika Dia tetap Allah!, Dia harus mati sebagai bukti maut dikalahkan! Ya Benar-benar di bangkit secara fisik sebagaimana kematiannya adalah kematian fisik. Dalam kesemuaan itu Yesus membuktikan Dia tetap Allah !

Filipi 2:5-8
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai

23 Mar 2010

Sejarah Kristen

Sejarah keKristenan pada dasarnya adala sejarah peradaban Barat. KeKristenan memiliki pengaruh yang luas dalam masyarakat umum – kesenian, bahasa, politik, hukum, kehidupan keluarga, penanggalan, musik, dan cara berpikir kita semua ini telah diwarnai oleh pengaruh keKristenan hampir 2000 tahun lamanya. Karena itu kisah tentang Gereja adalah sesuatu yang penting untuk diketahui.

Sejarah KeKristenan – Permulaan Gereja
Gereja dimulai 40 hari sesudah kebangkitan Yesus (sekitar 30 A.D.) Yesus sudah berjanji bahwa Dia akan mendirikan gerejaNya (Matius 16:18), dan dengan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah 2:1-4), Gereja (“kumpulan yang dipanggil keluar”) secara resmi dimulai. Tiga ribu orang menerima khotbah Petrus pada hari itu dan memilih untuk mengikuti Kristus.

Petobat-petobat pertama kepada keKristenan adalah orang-orang Yahudi atau peganut-penganut Yudaisme, dan gereja berpusat di Yerusalem. Karena itu keKristenan pada mulanya dipandang sebagai sekte Yahudi, sama seperti orang-orang Farisi, Saduki, atau Essenes. Namun demikian, apa yang dikhotbahkan para Rasul berbeda secara radikal dari apa yang diajarkan oleh kelompok-kelompok Yahudi lainnya. Yesus adalah Mesias orang Yahudi (Raja yang Diurapi) yang datang untuk menggenapi Hukum Taurat (Matius 5:17) dan mendirikan Perjanjian Baru yang berdasarkan pada kematianNya (Markus 14:24). Berita ini, dan tuduhan bahwa mereka telah membunuh Mesias mereka sendiri, membuat banyak pemuka Yahudi menjadi marah, dan beberapa orang, seperti Saul dari Tarsus, mengambil tindakan untuk memusnahkan “Jalan” itu (Kisah 9:1-2).

Adalah amat tepat untuk mengatakan bahwa keKristenan berakar pada Yudaisme. Perjanjian Lama meletakkan landasan bagi Perjanjian Baru dan tidak mungkin untuk memahami keKristenan secara penuh tanpa pengetahuan akan Perjanjian Lama (lihat kitab Matius dan Ibrani). Perjanjian Lama menjelaskan kebutuhan akan seorang Mesias, mengandung sejarah umat kepunyaan Mesias, dan menubuatkan kedatangan Mesias. Perjanjian Baru adalah mengenai datangnya Mesias dan karyaNya untuk menyelamatkan kita dari dosa. Dalam hidupNya, Yesus menggenapi lebih dari 300 nubuat yang terinci, membuktikan bahwa Dialah yang dinanti-nantikan oleh Perjanjian Lama.

Sejarah KeKristenan – Pertumbuhan Gereja Mula-Mula
Tidak lama setelah Pentakosta, pintu gereja terbuka kepada orang-orang bukan Yahudi. Rasul Filipus berkhotbah kepada orang-orang Samaria (Kisah 8:5), dan banyak dari mereka yang percaya kepada Kristus. Rasul Petrus berkhotbah kepada rumah tangga Kornelius yang bukanlah orang Yahudi (Kisah 10) dan mereka juga menerima Roh Kudus. Rasul Paulus (mantan penganiaya gereja0 memberitakan Injil di seluruh dunia Greko-Romawi, sampai ke Roma sendiri (Kisah 28:16) dan bahkan mungkin sampai ke Spanyol.

Pada tahun 70, tahun di mana Yerusalem dihancurkan, kitab-kitab Perjanjian Baru telah lengkap dan beredar di antara gereja-gereja. Untuk 240 tahun berikutnya, orang-orang Kristen dianiaya oleh Roma, kadang secara acak, kadang atas perintah pemerintah.

Pada abad kedua dan ketiga, kepemimpinan gereja mejadi makin hirakhis seiring dengan peningkatan jumlah. Beberapa ajaran sesat diungkapkan dan ditolak pada zaman ini, dan kanon Perjanjian Baru disepakati. Penganiayaan terus meningkat.

Sejarah KeKristenan – Bangkitnya Gereja Roma
Kemudian pada tahun 312 A.D. Kaisar Roma, Konstantin mengaku mendapatkan pengalaman pertobatan. Sekitar 70 tahun kemudian, pada masa pemerintahan Theodosius, keKristenan menjadi agama resmi dari kekaisaran Romawi. Para Bishop diberi tempat terhormat dalam pemerintahan, dan pada tahun 400 A.D. istilah Romawi dan Kristen pada dasarnya sama.

Setelah Konstantin, orang-orang Kristen tidak lagi dianiaya. Pada waktu itu, orang-orang tidak percaya yang mengalami penganiayaan, kecuali kalau mereka “bertobat” kepada keKristenan. Pertobatan yang dipaksa semacam ini mengakibatkan banyak orang yang bergereja tanpa mengalami perubahan hati yang sejati. Orang-orang ini membawa berhala-berhala mereka dan kebiasaan-kebiasaan mereka, dan gereja berubah: ikon-ikon, desain arsitektur yang ruwet, perjalanan ziarah, dan pemujaan orang-orang suci ditambahkan kepada ibadah gereja mula-mula yang sederhana. Kira-kira pada saat yang hampir sama, beberapa orang Kristen meninggalkan Roma dan memilih untuk tinggal secara terpencil sebagai biarawan, dan baptisan bayi diperkenalkan sebagai cara untuk menyucikan dosa asal.

Dalam abad-abad berikutnya, berbagai konsili gereja dilakukan untuk menentukan doktrin resmi gereja, untuk mengecam perlakuan salah terhadap para pelayan Tuhan, dan untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai. Dengan makin melemahkan Kekaisaran Roma, gereja menjadi makin berkuasa dan makin banyak pertentangan antara gereja-gereja di Barat dan Timur. Gereja Barat (Latin), berpusat di Roma, mengklaim otoritas kerasulan terhadap semua gereja. Bishop Roma bahkan mulai menyebut diri “Paus” (Bapa). Hal ini tidak dapat diterima dengan baik oleh Gereja Timur (Gerika) yang berpusat di Konstantinopel. Perbedaan teologis, politis, prosedural dan bahasa mengakibatkan Perpecahan Besar pada 1054 di mana Gereja Katolik (Universal) Roma dan Gereja Ortodoks Timur saling mengucilkan satu dengan yang lainnya dan memutuskan hubungan.

Sejarah KeKristenan – Abad Pertengahan
Selama Abad Pertengahan di Eropah, Gereja Katolik Roma terus memegang kekuasaan, dengan Paus sebagai pemegang kekuasaan atas semua jenjang kehidupan dan hidup seperti raja. Korupsi dan ketamakan dalam kepemimpinan gereja adalah hal yang umum. Dari tahun 1095 sampai 1204 para Paus mendukung serangkaian perang salib yang berdarah dan mahal dalam usaha untuk mengusir kaum kaum Muslimin dan membebaskan Yerusalem.

Sejarah KeKristenan - Reformasi
Selama bertahun-tahun berbagai individu telah berusaha menyoroti penyalahgunaan teologis, politis, dan hak asasi manusia yang dilakukan oleh Gereja Roma. Semua dibungkamkan dengan satu atau lain cara. Namun pada tahun 1517, seorang biarawan Jerman bernama Martin Luther mengambil sikap melawan Gereja, dan semua orang mendengarnya. Dengan Luther hadirlah Reformasi Prostestan, dan Abad Pertengahan berakhir.

Para Reformator, termasuk Luther, Calvin, and Zwingli, berbeda dalam banyak detil teologia, namun mereka konsisten dalam penekanan mereka akan Alkitab sebagai otoritas tertinggi yang melampaui tradisi gereja dan fakta bahwa orang-orang berdosa diselamatkan oleh anugrah melalui iman semata, bukan karena pekerjaan (Efesus 2:8-9).

Sekalipun Katolisisme muncul kembali di Eropah, dan serangkai peperangan antara Protestan dan Katolik terjadi, Reformasi berhasil meruntuhkan kekuasaan Gereja KaIolik Roma dan membantu membuka pntu kepada abad modern.

Sejarah KeKristenan – Abad Misi
Pada tahun 1790 sampai 1900 gereja memperlihatan minat yang luar biasa pada pekerjaan misi. Kolonisasi telah mebuka mata pada pentingnya misi dan industrialisasi menyediakan orang dengan kekuatan dana untuk mendanai para misionari. Para misionari pergi ke seluruh dunia memberitakan Injil dan gereja berdiri di mana-mana.

Sejarah KeKristenan – Gereja Modern
Saat ini Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan mereka yang rusak, sebagaimana dilakukan pula oleh Katolik dan Lutheran. Gereja injili berdiri sendiri dan berakar kuat dalam teologia Reformed. Gereja juga menyaksikan bangkitnya Pentakostalisme, gerakan Karismatik, oikumenisme dan berbagai ajaran sesat.

Sejarah KeKristenan – Apa Yang Kita Pelajari Dari Sejarah Kita
Kalaupun kita hanya belajar satu hal dari sejarah Gereja, kita perlu mengenali pentingnya “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya (Kolose 3:16). Setiap kita bertanggung jawab untuk mengetahui apa kata Alkitab dan untuk hidup menaatinya. Ketika gereja melupakan apa yang diajarkan Alkitab dan mengabaikan pengajaran Yesus, kekacauan merajalela.

Saat ini ada banyak gereja, namun hanya satu injil. Itu adalah “mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.” (Yudas 3). Mari kita dengan hati-hati mempertahankan iman itu dan meneruskannya tanpa mengubahnya. Dan kiranya Tuhan terus memenuhi janjiNya untuk membangun gerejaNya.

21 Mar 2010

Untuk yang Mengasihi TuhanYesus Kristus

Di dalam nama diatas segala nama: Tuhan Yesus Kristus, sebelum melanjutkan saya teringat bunyi ayat berikut ini:

Kolose 2:8 Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.

Ketika anda berada dalam pergaulan luas dunia Online, tentunya yang terggambar saat ini adalah PERDEBATAN !!, dan sangat wajar/manusiawi anda berpikir untuk apa HAL yang TAK BERGUNA ini, namun tujuan saya dan teman-teman yang lainnya (Pro. Yesus adalah TUHAN) bukan untuk bermaksud memamerkan apa yang kami pahami tentang KEKRISTENAN atau tentang agama lain. TIDAAKK !!

Sebagai orang yang menaruh harapan kepada Tuhan YESUS KRISTUS, kami telah mengetahui bahwa debat-debat semacam ini, sudah ada dan tidak bisa tidak di abaikan, STATEMENT kami sebagai wujud bahwa kami ada dalam SUATU KEYAKINAN yang PASTI !!, KEYAKINAN yang berlandaskan pada AJARAN KRISTUS, dan semua tertuang pada ALKITAB. Ketidak Bersalahannya ALKITAB (Inerrancy) akan KELIHATAN BERSALAH (Un-Inerrancy) ketika kita sebagai orang percaya tidak mampu mempertanggung jawabkan.

Ayat diatas Kolose 2:8, sebagai BUKTI bahkan Para Rasul Kristus-pun, tidak luput dari Hal semacam ini, anda mungkin bertanya KENAPA HAL INI harus terjadi? Disinilah BUKTI KEBESARAN Firman-NYA, bahkan anda mugkin KAGET sebelum Kelahiran Yesus Kristus, nubuatan perdebatan tentang YESUS sudah di Ucapkan :

……"Sesungguhnya Anak ini (Yesus) ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan…. Lukas 2:34

Bahkan kitab AGAMA lain menyatakan hal yang sama:
Qs. 43 Az Zukhruf 63. Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaKu."

Yah..PERBANTAHAN dan BERSELISIH inilah gambaran 2 ayat dari 2 Kitab yang berbeda yang memiliki MAKNA yang sama. Lewat Forum DISKUSI ini PERBANTAHAN dan BERSELISIH, dengan tidak bermaksud untuk MEMICU keributan (SARA) tanpa di sadari kita sementara menggenapi akan nubuatan-nubuatan tersebut. LUAR BIASA dan DHASYAT ALLAH KITA !!

Akhirnya….
Apapun yang dinilai orang lain, bagi kita (yang mengasihi Tuhan YESUS KRISTUS) JANJI KESELAMATAN dan JAMINAN KEPASTIAN KESELAMATAN, ini adalah bagian sukacita kita, karena tidak satupun Agama lain yang BERANI dengan TEGAS menjamin umatnya pada SATU KESELAMATAN !!

HANYA…YESUS KRISTUS TUHAN yang dengan KEPASTIANNYA menjamin KESELAMATAN UMATNYA.

Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya (Yesus Kristus) tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Kisah 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia(Yesus Kristus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

Roma 10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa YESUS ADALAH TUHAN, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

Ibrani 7:22 demikian pula Yesus adalah jaminan dari suatu perjanjian yang lebih kuat.

Keyakinan kita terhadap YESUS KRISTUS Tuhan, bukan soal:
Siapa Allah,
Siapa Tuhan,
Siapa Bapa dan
Siapa Anak.

YESUS KRISTUS sendiri MENGATAKAN :

Lukas 10:22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."

Siapakah Orang yang berkenan? … Jawabannya Roma 10 : 9

Apakah YESUS mebiarkan yang lain? TIDAAKK !! Dengan Jelas DIA memberi PENGERTIAN:
Yohanes 14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

---------LEBIH JELAS LAGI-------------
Yohanes 10:30 Aku dan Bapa adalah satu

Semoga pembaca, mengerti posisi kita (orang percaya) ditengah perdebatan luas didunia Internet.

19 Mar 2010

Meditasi ? Bolekah Orang Kristen melakukannya?


Mazmur 19:15 menyatakan, “Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan (Inggris: meditasi) hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.” Kalau begitu apa itu meditasi Kristen dan bagaimana seharusnya orang Kristen bermeditasi? Ketika kata “meditasi” digunakan sekarang ini, biasanya terkandung makna mistis di dalamnya. Bagi sebagian orang, meditasi adalah menjernihkan pikiran sambil duduk dalam posisi yang tidak lumrah. Bagi yang lainnya, meditasi adalah berhubungan dengan dunia roh di sekeliling kita. Konsep-konsep semacam ini jelaslah bukan meditasi Kristen.

Meditasi Kristen tidak ada sangkut pautnya dengan praktek-praktek yang memiliki mistisisme Timur sebagai dasarnya. Praktek-praktek itu meliputi lectio divina, meditasi transendental, dan berbagai bentuk yang disebut sebagai “doa kontemplasi.” Semua ini pada intinya adalah premis yang berbahaya bahwa kita perlu “mendengar suara Allah,” bukan melalui Firman-Nya, namun melalui wahyu khusus melalui meditasi. Beberapa gereja dipenuhi dengan orang-orang yang berpikir bahwa mereka mendengar “Firman dari Tuhan,” sering secara berkontradiksi dan akibatnya mengakibatkan perpecahan dalam Tubuh Kristus. Orang-orang Kristen tidak boleh mengabaikan Firman Allah, yang “diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2Timotius 3:16-17). Kalau Alkitab sudah cukup untuk memperlengkapi kita secara menyeluruh untuk setiap perbuatan baik, bagaimana mungkin kia berpikir bahwa kita perlu mencari pengalaman mistis?

Bagi seorang Kristen, meditasi semata-mata hanyalah pada Firman Allah dan apa yang dinyatakan mengenai Dia. Daud memahami hal ini dan menggambarkan bahwa orang yang “berbahagia” adalah orang “yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:2). Meditasi Kristen yang sejati adalah proses pikiran secara aktif (memikirkan), di mana kita mendedikasikan diri untuk mempelajari Firman Allah, mendoakan, dan meminta Allah memberi kita pengertian melalui Roh yang telah berjanji untuk memimpin kita ke dalam “seluruh kebenaran” (Yohanes 16:13). Kemudian kita menerapkan kebenaran ini, mendedikasikan diri kita kepada Kitab Suci sebagai pedoman hidup dan perbuatan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan rohani dan kedewasaan dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah sebagaimana kita diajarkan oleh Roh Kudus-nya. Itulah meditasi Kristen.

17 Mar 2010

Yesus adalah Allah, Apakah Yesus berdoa pada diri sendiri ?

Untuk memahami Yesus sebagai Allah dalam dunia berdoa kepada BapaNya yang adalah Allah di surga kita perlu mengerti bahwa Bapa yang kekal dan Anak yang kekal memiliki hubungan yang kekal sebelum Yesus menjadi manusia. Silahkan baca Yohanes 5:19-27, khususnya 5:23 di mana Yesus mengajarkan bahwa Bapa mengutus sang Anak (baca juga Yohanes 15:10). Yesus bukan baru menjadi Anak Allah ketika Dia dilahirkan di Betlehem bertahun-tahun yang lalu. Dari kekekalan, Yesus senantiasa adalah Anak Allah, sekarang dan untuk selamanya.

Yesaya 9:6 memberitahu kita bahwa seorang Putra telah diberikan dan seorang Anak dilahirkan. Yesus senantiasa merupakan bagian dari hubungan Tri-tunggal bersama dengan Roh Kudus. Ke Tri-tunggalan selalu ada, Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Bukan tiga allah, namun satu Allah yang berada sebagai tiga pribadi. Yesus mengajarkan bahwa Dia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30). Yang dimaksudkan Yesus adalah bahwa Dia dan Bapa, dan tentunya Roh Kudus, memiliki substansi yang sama, esensi yang sama, Allah atau keillahian. Ketiga Pribadi yang setara ini berada sebagai Allah. Ketiganya sudah dan terus menerus memiliki hubungan yang kekal.

Yang terjadi adalah ketika Yesus, sang Anak Allah yang kekal menjadi manusia yang tak berdosa Dia juga mengambil wujud seorang hamba, meninggalkan kemuliaan surgawiNya (bdk. Filipi 2:5-11). Sebagai Allah-manusia, Dia belajar untuk taat (Ibrani 5:8) kepada BapaNya ketika Dia dicobai oleh Iblis, difitnah oleh manusia, ditolak oleh sesamaNya, dan akhirnya disalibkan. DoaNya kepada Bapa surgawinya adalah untuk meminta kuasa (Yohanes 11:41-42) dan hikmat (Markus 1:35; 6:46). Doanya memperlihatkan bahwa dalam kemanusiaanNya Dia bergantung kepada Bapa untuk menjalankan rencana BapaNya untuk penebusan (perhatikan doa Yesus sebagai Imam Besar dalam Yohanes 17); dan pada akhirnya tunduk kepada kehendak BapaNya di Taman untuk naik ke salib untuk membayar hutang dosa karena kita melanggar hukum Allah, yaitu kematian (Matius 26:31-46). Tentulah Dia bangkit secara fisik dari kubur, memenangkan pengampunan dan hidup kekal untuk kita yang menerima Dia sebagai Juruselamat secara pribadi.

Tidak ada masalah dengan sang Anak sebagai Allah berdoa atau bercakap-cakap dengan Bapa sebagai Allah. Sebagaimana yang telah disebutkan, mereka memiliki hubungan kekal sebelum Kristus menjadi manusia. Dalam kemanusiaanNya hubungan ini digambarkan dalam Injil sehingga kita dapat melihat bagaimana Anak Allah dalam kemanusiaanNya menjalankan kehendak BapaNya sehingga penebusan dapat tersedia bagi semua orang (Yohanes 6:38). Ketaatan Kristus secara terus menerus kepada Bapa surgawiNya diberikan kekuatan dan fokusnya terus dipelihara melalui kehidupan doaNya. Contoh doa Yesus disediakan untuk kita ikuti.

KeAllahan Yesus Kristus tidaklah berkurang ketika di dalam dunia Dia berdoa kepada Allah Bapa di surga. Dia menggambarkan bahwa sekalipun sebagai manusia yang tidak berdosa, adalah perlu untuk tetap memiliki kehidupan doa yang vital agar dapat menjalankan kehendak BapaNya. Yesus berdoa kepada Bapa menunjukkan hubunganNya, dalam ketritunggalan, dengan Bapa, dan menjadi contoh bagi kita, bahwa kita mesti bersandar kepada Allah melalui doa untuk kekuatan dan hikmat yang kita perlukan. Karena Kristus, sebagai Allah-manusia membutuhkan kehidupan doa yang bersemangat, demikian pula seharusnya para pengikut Kristus zaman ini!

16 Mar 2010

Pertayaan dan Jawaban !


Anda mungkin memiliki beberapa pertanyaan atau hal-hal kecil yang mengganjal dalam kehidupan sehari-hari menyangkut pekerjaan, status sosial, atau persoalan yang belum memiliki solusi yang anda cari, halaman ini adalah halaman yang tepat untuk anda BERTANYA atau memberikan KOMENTAR yang akan bermanfaat bagi banyak orang !!


Tuliskan Pertanyaan atau komentar anda,
pada "kolom komentar" dibawah ini.

Sebaiknya sertai nama dan alamat email anda, pertanyaan yang bersifat pribadi kami jawab via email.

Siapa saja dapat bertanya atau menjawab!

15 Mar 2010

Pernakah Yesus mengklaim diri sebagai Allah ?

Alkitab tidak pernah mencatat Yesus secara persis mengucapkan kalimat, “Saya adalah Allah.” Namun ini tidak berarti bahwa Dia tidak memproklamirkan bahwa Dia adalah Allah. Ambil sebagai contoh kata-kata Yesus dalam Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu." Sekilas sepertinya ini bukan sebuah pengakuan sebagai Allah. Namun coba perhatikan reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan Yesus, "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah" (Yohanes 10:33).

Orang-orang Yahudi memahami pernyataan Yesus sebagai pengakuan bahwa Dia adalah Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya, Yesus tidak pernah mengoreksi apa yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi dengan mengatakan, “Saya tidak mengklaim sebagai Allah.” Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berkata bahwa Dia adalah Allah dengan mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30). Yohanes 8:58 adalah contoh lainnya. Yesus mengatakan, “Sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Kembali, sebagai responnya, orang-orang Yahudi mengambil batu dan berusaha merajam Yesus (Yohanes 8:59). Mengapa orang-orang Yahudi berusaha merajam Yesus jikalau Dia tidak mengucapkan sesuatu yang mereka percaya sebagai penghujatan, yaitu mengakui diri sebagai Allah?

Yohanes 1:1 mengatakan, “Firman itu adalah Allah.” Yohanes 1:14 mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia.” Ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia. Kisah Rasul 20:28 memberitahu kita, “… untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kisah Rasul 20:28). Siapa yang telah membeli gereja dengan darahNya sendiri? Yesus Kristus. Kisah Rasul 20:28 mengatakan bahwa Allah telah membeli gereja dengan darahNya sendiri. Karena itu Yesus adalah Allah!

Mengenai Yesus, Thomas, sang murid berseru, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Yesus tidak mengoreksi dia. Titus 2:13 mendorong kita untuk menantikan kedatangan Allah dan Juruselamat kita – Yesus Kristus (lihat pula 2 Petrus 1:1). Dalam Ibrani 1:8, Bapa berbicara mengenai Yesus, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: `Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.’”

Dalam Wahyu, malaikat menginstruksikan Rasul Yohanes untuk hanya menyembah kepada Allah (Wahyu 19:10). Beberapa kali dalam Alkitab Yesus menerima penyembahan (Matius 2:11; 14:33; 28:9, 17; Lukas 24:52; Yohanes 9:38). Dia tidak pernah menegur orang-orang yang menyembah Dia. Kalau Yesus bukan Allah, Dia pasti akan melarang orang-orang menyembah Dia, sama seperti malaikat dalam kitab Wahyu. Masih banyak lagi ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai keillahian Yesus.

Alasan paling utama Yesus haruslah Allah adalah bahwa jikalau Dia bukan Allah, kematianNya tidak cukup untuk membayar hukuman dosa dunia (1 Yohanes 2:2). Hanya Allah yang sanggup membayar hukuman yang begitu besar. Hanya Allah yang dapat menanggung dosa seisi dunia (2 Korintus 5:21), mati dan dibangkitkan – membuktikan kemenanganNya atas dosa dan kematian.

Ingin mengetahui lebih banyak lagi bukti ALKITAB? Bergabunglah dalam kelompok belajar, bersama kami. Klik disini dan daftarkan diri anda, SEGERA ! 100 peserta pertama gratis pendaftaran.

14 Mar 2010

Allah adalah Roh

Yohanes 4:24
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."


Kesatuan Allah:

Markus 12:29

Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.

And Jesus answered him, The first of all the commandments is, Hear, O Israel; The Lord our God is one Lord:

o de ihsouv apekriyh autw oti prwth paswn twn entolwn akoue israhl kuriov o yeov hmwn kuriov eiv estin


1 Korintus 8:6 namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

But to us there is but one God, the Father, of whom are all things, and we in him; and one Lord Jesus Christ, by whom are all things, and we by him.

all hmin eiv yeov o pathr ex ou ta panta kai hmeiv eiv auton kai eiv kuriov ihsouv cristov di ou ta panta kai hmeiv di autou


Perhatikan kedua ayat ini sangat berhubungan:

PENEKANAN nya Markus 12:29 …..Tuhan itu esa….latin=kuriov eiv estin.

Penggunaan kuriov menunjuk pada YESUS KRISTUS seperti dalam 1 korintus 8:6 …… eiv auton kai eiv kuriov ihsouv cristov.


Lebih Rinci lagi: Yesus Kristus adalah Tuhan dan tidak bisa dipisahkan dari makna ke-Allah-an, dengan demikian kita akan mengerti dengan jelas bunyi ayat Markus 12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa

perhatikan bagian terakhir Tuhan itu esa = Kurios itu esa= Yesus itu esa. Jadi dengan demikian sebagaimana kata Tuhan dan Allah tidak dipisahkan atau pengertiannya sama, bagian awal Markus 12:29…,TUHAN ALLAH kita,…. Maka YESUS tidak Terpisahkan sebagai Allah.


Ayat ini Menekankan:

Yohanes 14:10-11
Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Roma 11:36

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Ayat terakhir:
Roma 15:6
sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.

Followers