5 Nov 2011

Mantan Teroris bertobat dan sekarang menjadi pengikut TUHAN YESUS (Isa Almasih)



Walid Shoebat: Mengapa Saya Meninggalkan Jihad..

“Saya teringat pada satu kesempatan di Betlehem ketika para penonton yang penuh sesak di sebuah bioskop bertepuk-tangan dengan sukacita saat menonton film 21 Hari di Munich. Saat kami melihat orang-orang Palestina …membunuh atlet-atlet Israel, kami…berteriak,’allahu Akbar!’ allahu akbar Sebuah slogan sukacita”.

Salah satu kekuatan yang paling dahsyat di dunia adalah kesaksian yang mengubah hidup. Sebagaimana Parvin dan Homa Darabi, Walid Shoebat juga mengalami jahatnya terorisme karena ia pernah menjalaninya,Pada kenyataannya, ia mempraktekkannya. Sewaktu remaja, ia membom sebuah bank di Tanah Suci dan turut serta memukuli seorang tentara Israel. Ketika istrinya yang beragama katolik menantangnya untuk mempelajari Alkitab, hatinya yang keras kemudian menjadi lembut saat ia belajar tentang anugerah, rekonsiliasi, dan kasih yang diberikan melalui pengorbanan YESUS KRISTUS (Isa Almasih). Sekarang Walid menyerukan perlunya toleransi beragama dan kebebasan pribadi. Dan ia berusaha keras, berjalan dari seorang teroris menjadi seorang yang anti teroris.

Kisah Walid Shoebat dengan tajam menunjukkan pada kita apa yang akan terjadi di lingkungan kita jika kita tidak menghentikan terorisme islam. Ia meninggalkan Islam dengan alasan yang jelas: Islam menghasilkan kekerasan. Ia takut jika kita yang hidup di dunia Barat dan negara-negara non-Muslim lainnya tidak bersatu sekarang, kita akan menghadapi kekerasan Islam yang lebih dahsyat di kemudian hari. Saat itu terjadi, itu tidak terjadi di suatu tempat di seberang lautan, itu akan terjadi di dalam komunitas kita sendiri.

Walid Shoebat : Mengapa Saya Meninggalkan Islam?


Saya lahir dan dibesarkan di Beit Sahour, Betlehem, di Tepi Barat, dalam sebuah keluarga berada. Kakek dari pihak ayah saya adalah seorang mukhtar, atau kepala suku, di desa itu. Ia adalah sahabat dari Haj-Ameen Al-Husseini, Mufti Agung Yerusalem dan sahabat dekat Adolf Hitler. Kakek dari pihak ibu saya, F.W.Georgeson, di sisi lain, adalah sahabat dekat Winston Churchill, dan pendukung keras terbentuknya negara Israel, walau saya tidak terlalu menyadari akan hal ini sampai bertahun-tahun kemudian dalam hidup saya. Saya dilahirkan pada salah satu hari raya penting Islam, yaitu hari kelahiran nabi muhammad. Ini adalah suatu kehormatan besar untuk ayah saya. Untuk merayakan hari itu, ia menamai saya Walid, yang berasal dari kata bahasa Arab mauled, yang artinya “kelahiran”. Itu adalah cara ayah saya untuk mengingat kenyataan bahwa putranya dilahirkan pada hari yang sama dengan kelahiran nabi terakhir dan terbesar dari semua nabi.

Ayah saya adalah seorang Muslim Palestina yang mengajar bahasa Inggris dan studi Islam di Tanah Suci. Ibu saya adalah seorang Amerika yang menikahi ayah saya pada tahun 1956 ketika ayah saya sedang studi di Amerika. Karena mereka takut akan pengaruh dari gaya hidup Amerika terhadap anak-anak mereka, saat ibu saya sedang mengandung saya, orang-tua saya pindah ke Betlehem, yang pada waktu itu adalah bagian dari Yordania. Itu terjadi pada tahun 1960. Tak lama setelah orang-tua saya tiba di Betlehem, saya dilahirkan. Ketika ayah saya berganti pekerjaan, kami pindah ke Arab Saudi dan kemudian kembali ke Tanah Suci,kali ini ke dataran terendah di muka bumi: Yerikho. Saya dibesarkan dan belajar bagaimana membenci namun diselamatkan melalui teladan mengasihi yang ditunjukkan oleh ibu saya yang adalah orang Amerika, yang paham soal belas kasih, keadilan, dan kebebasan.

Saya tidak pernah melupakan lagu pertama yang saya pelajari di sekolah. Judulnya adalah “Orang-orang Arab Kekasih Kami dan Orang-orang Yahudi Anjing-anjing Kami”. Waktu itu saya baru berumur 7 tahun. Saya ingat waktu itu saya bertanya-tanya siapakah orang Yahudi itu, namun bersama dengan teman-teman sekelas saya, saya mengulangi kata-kata itu tanpa benar-benar memahami apa arti yang sebenarnya.
Saya dibesarkan di Tanah Suci, saya mengalami beberapa pertempuran antara Arab dan Yahudi. Pertempuran pertama, ketika kami masih tinggal di Yerikho, adalah Pertempuran Enam Hari, ketika orang Yahudi menaklukkan Yerusalem tua dan sisa “Palestina”. Sulit sekali menggambarkan betapa hal ini sangat mengecewakan dan mempermalukan orang Arab dan kaum Muslim di seluruh dunia.

Konsul Amerika di Yerusalem datang ke desa kami tidak lama sebelum perang itu terjadi untuk mengevakuasi semua orang Amerika di wilayah itu. Oleh karena ibu saya adalah orang Amerika, mereka menawarkan bantuan kepada kami, tapi ayah saya menolak bantuan apapun dari mereka, karena ia mencintai negerinya. Saya masih ingat banyak hal selama perang itu ,suara ledakan bom yang berlangsung berhari-hari dan bermalam-malam selama 6 hari, penjarahan toko-toko dan rumah-rumah oleh orang-orang Arab di Yerikho, orang-orang mengungsi menyeberangi Sungai Yordan karena takut terhadap orang Israel.

Perang itu dinamai demikian karena hanya berlangsung dalam 6 hari. Orang Israel memperoleh kemenangan atas pasukan multi-nasional Arab yang menyerang dari banyak front. Hanya pada hari ke-7 peperangan ini, Rabbi Shalom Goren, ketua rohaniwan pasukan Pertahanan Israel, mengeluarkan pernyataan yang bergema dishofar, mengumumkan kontrol Yahudi atas Tembok Barat dan kota tua Yerusalem. Banyak orang Yahudi menghubungkan peristiwa ini paralel dengan kejadian yang dicatat dalam Alkitab ketika Yosua dan bangsa Israel menaklukkan Yerikho. Yosua dan orang Israel mengelilingi tembok Yerikho selama 6 hari, dan pada hari yang ke-7, mereka mengelilingi tembok itu 7 kali. Para imam membunyikan shofar bersamaan dengan orang-orang Israel berteriak dengan satu suara. Tembok pun roboh dan orang Israel menguasai kota itu.
Sesuai perang, bagi ayah saya di Yerikho, seakan-akan tembok itu telah roboh langsung menimpanya.

Selama perang, ia duduk lengket dengan radio mendengarkan stasiun radio Yordan. Ia selalu berkata bahwa orang-orang Arab akan memenangkan perang itu , tetapi ia mendengarkan stasiun radio yang salah. Stasiun radio Israel mengabarkan kebenaran mengenai kemenangan telak mereka. Namun ayah saya memilih untuk mempercayai orang Arab yang mengklaim bahwa orang-orang Israel selalu berbohong, mengumumkan propaganda palsu. Banyak diantara kita sekarang yang tentunya masih ingat menteri informasi Saddam, yang dikenal dengan “Baghdad Bob”, dan semua klaim liar dan laporan palsu yang diteriakkannya beberapa hari setelah kejatuhan Baghdad? Dalam dunia Islam, nampaknya ada hal-hal yang tidak pernah berubah.

Kemudian, pindah kembali ke Betlehem, dan ayah saya memasukkan kami ke sebuah sekolah Anglikan-Lutheran agar dapat menguasai pelajaran-pelajaran bahasa Inggris. Saudara saya laki-laki dan perempuan, dan saya sendiri adalah satu-satunya orang Muslim di sekolah itu. Kami bertiga dibenci. Terutama bukan karena kami orang Muslim, tetapi karena kami setengah Amerika. Walaupun itu adalah sekolah Kristen, sekolah itu masih memiliki jejak kekristenan yang berwarna Islam yang mempengaruhi banyak orang Kristen Palestina hingga saat ini. Agar dapat diterima  dan kadangkala hanya supaya bisa tetap hidup , banyak orang Kristen di negara-negara yang didominasi Islam mengadopsi sikap benci yang dimiliki orang Muslim di sekeliling mereka terhadap Israel, Amerika dan dunia Barat. Karena kami separoh Amerika, guru-guru seringkali memukuli kami sementara murid-murid Kristen menertawakan hal itu.

Akhirnya, ayah saya memindahkan saya ke sekolah pemerintah dimana saya mulai bertumbuh kuat dalam islam. Saya diajari bahwa suatu hari penggenapan sebuah nubuat kuno oleh nabi muhammad akan terjadi. Nubuat ini menceritakan suatu peperangan dimana Tanah Suci akan kembali ditaklukkan Islam dan eliminasi orang Yahudi akan terjadi dalam sebuah pembantaian massal. Nubuat ini ditemukan dalam banyak buku suci tradisi Islam yang dikenal dengan Sahih Hadith. Tradisi ini berbunyi sebagai berikut, dan merupakan pola pikir semua pengikut Islam radikal”
“[muhammad berkata:] Saat terakhir tidak akan datang kecuali orang Muslim memerangi orang Yahudi dan orang Muslim akan membunuh mereka hingga orang Yahudi menyembunyikan diri di balik batu atau pohon dan berkata: Muslim, atau hamba Allah, ada orang Yahudi di belakang saya; datang dan bunuhlah dia; tetapi pohon Gharqad tidak akan berkata, karena itu adalah pohon orang Yahudi”. (Sahih Muslim Buku 041, Nomor 6985). Jika ditanya dimana pembantaian itu akan dilaksanakan, tradisi mengatakan bahwa itu akan terjadi di “Yerusalem dan daerah sekelilingnya”.

Selama masa remaja saya, seperti ayah, saya selalu menyesuaikan diri dengan islam dan apa saja yang diajarkan guru-guru Muslim kepada kami. Saya, seperti halnya teman-teman sekelas saya pada umumnya, sangat terinspirasi oleh visi muhammad yang gelap dan penuh darah. Saya menyerahkan hidup saya untuk jihad, atau perang suci, untuk memenuhi penggenapan nubuat ini. Saya ingin menjadi bagian dari tercapainya rencana muhammad, ketika islam akan memperoleh kemenangan terakhir atas orang Yahudi dan akhirnya tanpa halangan lagi  memerintah dunia. Ini adalah ideologi para mentor saya, dan ketika saya telah meninggalkan paham fanatik ini, jutaan orang di Timur Tengah masih mempercayainya, dan mereka masih berjuang untuk menjadikannya sebuah realita.


Selama masa remaja saya, sering ada kerusuhan di sekolah menentang apa yang kami sebut sebagai pendudukan Israel. Sedapat-dapatnya saya berperan sebagai penghasut dan penggerak. Saya bersumpah untuk memerangi musuh Yahudi, percaya bahwa dengan melakukannya saya sedang melakukan kehendak Tuhan di atas bumi. Saya tetap setia pada sumpah saya saat saya memerangi tentara Israel dalam setiap kerusuhan. Saya menggunakan berbagai alat yang ada untuk menghasilkan kerusakan dan sakit yang sebesar-besarnya. Saya berunjuk rasa di sekolah, di jalanan, dan bahkan di Temple Mount di Yerusalem. Selama sekolah menengah, saya adalah pemimpin aktivis yang memperjuangkan Islam. Saya akan mempersiapkan pidato-pidato, slogan-slogan, dan menulis grafiti anti Israel sebagai usaha untuk memprovokasi murid-murid lain untuk melempari tentara-tentara Israel yang bersenjata dengan batu. Gema bergemuruh teriakan-teriakan kami masih jelas dalam ingatan saya:
Tidak ada damai atau negosiasi dengan musuh!
Darah dan jiwa kami kurbankan untuk Arafat!
Darah dan jiwa kami kurbankan untuk Palestina!
Matilah Zionis!

Impian saya adalah untuk mati sebagai sahid, seorang martir untuk Islam. Pada saat berunjuk rasa saya akan membuka baju saya berharap untuk ditembak, tetapi karena orang Israel tidak pernah menembaki tubuh, saya tidak pernah berhasil. Ketika gambar-gambar sekolah diambil, saya dengan sengaja berpose dengan wajah yang cemberut mengantisipasi bahwa pada koran berikut wajah sayalah yang akan dimuat sebagai martir berikutnya. Banyak kali saya hampir terbunuh waktu unjuk rasa siswa dan kerusuhan dengan tentara Israel. Jantung saya berdebam; tak ada yang dapat menyingkirkan keinginan saya,kebencian dan kemarahan saya ,selain dari mujizat. Saya adalah salah seorang dari orang-orang muda yang mungkin anda lihat di CNN melempar batu dan bom molotov pada hari-hari Intifada atau “kebangkitan”. Pada waktu itu, saya akan membenci label itu; tetapi sebenarnya saya adalah seorang teroris muda. Pencucian otak dengan paham Islam-Nazi oleh para guru dan imam dalam keseluruhan budaya saya mencapai pengaruh yang dicita-citakannya.

Apa yang saya ketahui sekarang adalah bahwa saya tidak hanya meneror orang lain, tetapi dalam banyak hal, saya sedang meneror diri saya sendiri dengan apa yang saya percayai. Perjuangan utama saya adalah untuk mendapatkan nilai yang cukup  untuk membangun catatan teror yang hebat agar disukai allah swt. Saya hidup dengan takut akan penghakiman dan neraka dan berpikir bahwa hanya dengan bersikap jahat seperti itu saya mempunyai kesempatan untuk masuk janna(surga, atau nirwana). Saya tidak pernah yakin bahwa semua “perbuatan baik” saya dapat melebihi perbuatan-perbuatan jahat saya jika ditimbang pada Hari Penghakiman. Saya tidak hanya digerakkan oleh kemarahan dan kebencian, tetapi juga oleh rasa tidak aman dan ketakutan secara spiritual. Saya percaya pada apa yang telah diajarkan pada saya: cara yang paling pasti untuk meredakan kemarahan allah swt terhadap dosa-dosa saya adalah dengan mati memerangi orang Yahudi. Mungkin, jika saya berhasil, saya akan diberi pahala tempat khusus di Surga dimana wanita-wanita cantik bermata besar akan memenuhi hasrat saya yang terdalam.

Sulit untuk menggambarkan sampai pada tahap seperti apa pencucian otak yang dialami orang seperti saya, yang dibesarkan di bawah sistem pendidikan Palestina. Semua pihak berotoritas menyuarakan pesan yang sama: pesan Islam adalah jihad atau kebencian terhadap orang Yahudi dan hal-hal yang seharusnya tidak berkuasa atas pikiran orang muda.


Saya teringat satu kejadian di Sekolah Menengah Dar-Jaser di Betlehem saat sedang studi tentang islam, ketika salah seorang teman kelas saya bertanya kepada gurunya, apakah seorang Muslim diijinkan memperkosa wanita Yahudi setelah mengalahkan mereka. Jawabannya adalah, ”Wanita yang ditangkap dalam pertempuran tidak mempunyai pilihan dalam hal ini, mereka adalah gundik-gundik dan mereka harus menaati tuannya. Berhubungan seks dengan budak tawanan bukanlah “sebuah pilihan bagi para budak”. Ini bukanlah pendapat guru itu semata-mata, tetapi jelas sekali diajarkan di dalam alquran yaitu:
“Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (allah swt telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapannya atas kamu”. Surah 4:24
Dan juga dikatakan dalam alquran:

“Hai Nabi, sesungguhnya kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada nabi kalau nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang Mukmin”. Surah 33:50.

Kami tidak mempermasalahkan soal muhammad mengambil keuntungan dari hak istimewa ini saat ia menikahi sekitar 14 istri dan mempunyai beberapa budak wanita yang dikumpulkannya sebagai rampasan beberapa perang yang dimenangkannya. Kami tidak benar-benar tahu berapa banyak istri yang dimilikinya dan pertanyaan itu senantiasa merupakan hal yang kami perdebatkan.Salah seorang dari istri-istrinya diambil dari anak angkatnya sendiri, yaitu Zayd. Setelah Zayd menikahi wanita itu, muhammad tertarik padanya. Zayd memberikannya kepada muhammad, tetapi muhammad tidak menerima pemberian Zayd itu hingga turunlah wahyu dari allah swt. Istri-istri muhammad yang lainnya adalah para tawanan Yahudi yang dipaksa menjadi budak, setelah muhammad memenggal kepala para suami dan keluarga mereka. Inilah hal-hal yang kami pelajari dalam studi kami mengenai Islam di sekolah menengah. Inilah orang yang harus kami teladani dalam segala hal. Inilah nabi kami, dan dari dia dan perkataannyalah kami belajar untuk membenci orang Yahudi.


Saya teringat pada satu kesempatan di Betlehem ketika para penonton yang penuh sesak di sebuah bioskop bertepuk tangan dengan sukacita saat mereka menyaksikan film 21 Hari di Munich. Saat kami menyaksikan orang-orang Palestina melempar granat ke dalam helikopter dan membunuh para atlet Israel, kami semua dan ratusan penonton berteriak, “allahu akbar, allahu akbar!" sebagai sebuah slogan sukacita.
Dalam suatu usaha untuk mengubah hati orang Palestina, stasiun televisi Israel menayangkan film dokumentasi mengenai Holocaust. Saya duduk dan menonton, menyoraki orang Jerman sambil makan pop corn. Hati saya begitu keras, mustahil bagi saya untuk mengubah sikap saya terhadap orang Yahudi, kecuali melalui “pencangkokan hati”.

Oleh karena kemurahan Tuhan, saya memiliki sesuatu yang hanya dimiliki oleh sedikit dari teman-teman sekelas saya. Saya mempunyai seorang ibu yang berbelas kasih dan memiliki suara yang lembut  dengan sabar berusaha menggapai saya di tengah-tengah hiruk pikuk suara kebencian yang menulikan di sekitar saya. Ia berusaha mengajari saya di rumah tentang apa yang disebutnya dengan “rencana yang lebih baik”. Namun demikian, pada waktu itu apa yang diajarkannya hanya berdampak sedikit pada saya, karena tekad saya sudah teguh , saya akan hidup atau mati memerangi orang Yahudi. Tetapi seorang ibu tidak pernah menyerah.

Saya tidak menyadarinya waktu itu, tetapi ibu saya telah dipengaruhi oleh sepasang misionaris Amerika. Ia bahkan telah dengan diam-diam meminta mereka untuk membaptisnya. Namun, ketika ia menolak untuk dibaptis di kolam yang penuh dengan ganggang hijau, pendeta misionaris itu harus meminta YMCA di Yerusalem untuk mengosongkan kolam yang dikhususkan untuk pria, dan kemudian ibu saya dibaptis disana. Tak seorang pun anggota keluarga kami mengetahuinya.

Seringkali ibu mengajak saya mengunjungi berbagai museum di Israel. Ini berdampak positif pada saya dan saya jatuh cinta pada arkeologi. Saya terpesona pada arkeologi. Dalam banyak argumentasi saya dengan ibu, secara langsung saya katakan padanya bahwa orang Yahudi dan orang Kristen telah berubah dan memalsukan Alkitab. Ia menanggapinya dengan membawa saya ke Museum Gulungan Kitab di Yerusalem dimana ibu menunjukkan pada saya gulungan kuno kitab Yesaya yang masih utuh. Ibu saya berhasil menyampaikan argumennya tanpa berkata-kata. Walaupun ibu berusaha mencapai saya dengan sabar dan lembut, saya tidak tergoyahkan. Saya akan menyiksanya dengan hinaan. Saya menyebutnya seorang “kafir” yang mengklaim bahwa YESUS (Isa Almasih) adalah Anak Tuhan dan saya menyebut ibu “seorang penjajah terkutuk Amerika”. Saya menunjukkan padanya gambar-gambar di surat kabar tentang semua remaja

Palestina yang telah menjadi “martir” sebagai akibat dari perselisihan dengan tentara Israel dan saya menuntut ibu untuk memberikan jawaban. Saya membencinya dan meminta ayah untuk menceraikannya dan menikahi seorang wanita Muslim yang baik.

Di samping semua hal ini, ibulah yang membantu saya ketika saya dijebloskan ke Penjara Muscovite di Yerusalem yang pergi ke konsulat Amerika di Yerusalem dan berusaha untuk mengeluarkan saya. Penjara Muscovite dulunya adalah kamp Rusia yang digunakan sebagai penjara pusat di Yerusalem bagi mereka yang kepergok menghasut orang untuk melakukan kekerasan terhadap Israel. Ibuku yang kekasih sangat kuatir akan arah hidup yang saya ambil sehingga rambutnya mulai rontok. Kekuatirannya bukannya tanpa alasan. Selama saya di penjara saya menjadi anggota kelompok teror Fatah milik Yasser Arafat. Tak lama kemudian, saya direkrut oleh seorang pembuat bom yang sangat terkenal dari Yerusalem yang bernama Mahmoud Al-Mughrabi.

Sudah tiba saatnya bagi saya untuk melakukan yang lebih besar daripada sekedar protes dan membuat kerusuhan. Al-Mughrabi dan saya berencana untuk bertemu di Jalan Bab-El-Wad di Klub Bela Diri Judo-Star yang dikelola ayahnya di dekat Temple Mount di Yerusalem. Ia memberi saya bahan peledak yang rumit yang telah dirakitnya sendiri. Saya harus menggunakan bom  berbahan peledak yang disembunyikan dalam seketul roti untuk meledakkan cabang Bank Leumi di Betlehem. Mahmoud menolong saya menyelundupkan bom itu, seperti halnya Wakf Muslim, polisi agama di Temple Mount. Dari Temple Mount, saya berjalan keluar menuju podium dengan bahan peledak dan pengatur waktunya di tangan saya.

Kami berjalan di sepanjang Dinding Ratapan dan menghindari semua titik pemeriksaan. Dari sana, saya berjalan ke stasiun bis dan naik bis ke Betlehem. Saya sudah sangat siap untuk menyerahkan hidup saya jika memang harus demikian. Saya berdiri di depan bank itu dan tangan saya sudah benar-benar siap untuk meledakkan bom di pintu depan, ketika saya melihat beberapa anak Palestina berjalan di dekat bank. Pada saat terakhir, saya malah melemparkan bom itu ke atap bank. Dan saya berlari. Ketika saya sampai di Church of the Nativity (gereja yang dibangun di tempat Yesus dilahirkan,Red), saya mendengar ledakan. Saya sangat ketakutan dan sangat depresi sehingga saya tidak dapat tidur berhari-hari. Saya hanyalah seorang remaja berusia 16 tahun. Saya bertanya-tanya apakah saya telah membunuh orang hari itu. Itulah kali pertama saya mengalami bagaimana rasanya memiliki tangan yang berlumuran darah. Saya tidak menikmati apa yang telah saya perbuat, tetapi saya merasa harus melakukannya karena itu adalah tugas saya.

Kisah yang akan saya ceritakan pada anda berikut ini juga merupakan pergumulan. Itulah kali pertama saya berusaha untuk membunuh seorang Yahudi. Seperti jutaan belalang, batu-batu beterbangan dimana-mana saat kami bertikai dengan tentara Israel. Sekelompok orang dari pihak kami telah menyalakan api dengan cara membakar ban untuk digunakan sebagai blokade. Seorang tentara terluka kena lemparan batu. Ia mengejar anak yang telah melemparinya. Namun kami berhasil menangkap tentara itu. Bagaikan segerombolan binatang liar, kami menyerangnya dengan apa saja yang ada di tangan kami. Saya memegang pentungan dan saya menggunakan pentungan itu untuk memukuli kepalanya sampai pentungan itu patah. Seorang remaja lain memegang tongkat dengan paku-paku yang mencuat keluar. Ia terus memukuli kepala tentara yang masih muda itu hingga ia berlumuran darah. Kami hampir saja membunuhnya. Ajaibnya, seakan-akan dengan didorong ledakan adrenalin yang terakhir, dia lari sekencangnya menyeberangi blokade ban-ban berapi dan berhasil lolos ke seberang dimana para tentara Israel menggotong dan menyelamatkannya. Saya tidak tahu dari mana ia mendapatkan kekuatan itu. Tapi sekarang saya merasa senang karena ia berhasil melarikan diri. Sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu, sulit sekali bagi saya mengekspresikan bagaimana saya sangat menyesal dan pedih jika mengingat bahwa saya pernah melakukan hal-hal seperti itu. Sekarang saya bukan orang yang sama seperti waktu itu.



Setelah saya menyelesaikan sekolah menengah atas, orang-tua saya mengirim saya ke Amerika untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Saya masuk di sekolah yang kemudian dikenal dengan Loop College, yang terletak di jantung kota Chicago. Ketika saya tiba disana, saya langsung terlibat dengan banyak acara sosial politik yang anti Israel. Saya masih benar-benar percaya bahwa akan datang harinya dimana seluruh dunia akan tunduk kepada Islam dan kemudian dunia akan menyadari betapa dunia sangat berhutang kepada orang-orang Palestina yang telah mengalami banyak kehilangan oleh karena mereka adalah barisan terdepan dalam perang islam melawan Israel.

Loop College dipenuhi oleh berbagai organisasi islam. Ketika saya berjalan ke kantin, rasanya seperti masuk ke sebuah kafe Arab di Timur tengah. Berbagai kelompok islam beroperasi di luar jam sekolah pada waktu itu, tiap kelompok bersaing untuk merekrut siswa lain. Dengan segera saya mengabdikan tenaga saya untuk melayani sebagai seorang aktifis PLO ,Organisasi Pembebasan Palestina. Secara resmi saya harus bekerja sebagai penerjemah dan konselor bagi siswa-siswa Arab melalui sebuah program Amerika yang disebut CETA (Comprehensive Employment and Training Act) dimana saya dibayar dengan bantuan dari pemerintah Amerika Serikat. Namun, sebenarnya, apa yang saya lakukan, meliputi menerjemahkan iklan-iklan untuk acara-acara yang bertujuan memenangkan simpati orang Amerika atas perjuangan Palestina. Kenyataannya, “memenangkan simpati” adalah ekspresi yang palsu. Kami berusaha untuk mencuci otak orang-orang
Amerika ,semua yang kami pandang sangat mudah tertipu. Dalam bahasa Arab, iklan-iklan untuk acara-acara semacam itu dengan terang-terang menggunakan jihadist, sebuah deskripsi anti semitis seperti: “Akan ada sungai darah…Datang dan dukunglah kami untuk mengirim siswa-siswa ke Selatan Libanon untuk memerangi orang Israel…” Di lain pihak, dalam versi bahasa Inggris, kami akan menggunakan deskripsi yang halus dan tidak merusak, seperti: “pesta budaya Timur tengah, datanglah dan bergabung dengan kami, kami akan menyajikan domba gratis dan baklava…” Waktu itu tahun 1970.

Kemudian terjadilah Septembar Hitam. September Hitam adalah bulan yang dikenal di seluruh Timur Tengah sebagai saat ketika Raja Hussein dari Yordania bergerak menggagalkan sebuah usaha PLO di Yordania meruntuhkan kekuasaannya sebagai Raja. Banyak orang Palestina terbunuh dalam konflik yang berlangsung hampir setahun lamanya itu hingga bulan Juli 1971. Hasil akhir dari semua ini adalah pengusiran PLO dan ribuan orang Palestina dari Yordania masuk ke Lebanon.
Tentu saja, konflik itu berkembang dan mempengaruhi berbagai organisasi siswa Arab di Loop College. Saya sangat kecewa dan frustrasi menyaksikan hal ini, karena saya menyadari bahwa tanpa persatuan, tujuan jihad di Amerika tidak akan berhasil. Pada saat itulah saya bergabung dengan Al-Ikhwan,

Persaudaraan Muslim.
Persaudaraan Muslim adalah organisasi yang membawahi sejumlah oragnisasi teroris lainnya di seluruh dunia. Saya tidak sendirian saat bergabung dengan Persaudaraan ini; ada ratusan siswa Muslim lain dari seluruh penjuru Amerika yang juga bergabung ketika itu. Saya percaya bahwa bekerja sebagai seorang aktifis untuk Persaudaraan Muslim adalah cara yang terbaik untuk membawa kesatuan diantara orang Muslim; bukan Muslim Palestina atau Muslim Yordania, melainkan satuummah Muslim – satu komunitas Muslim universal – di bawah satu payung Islam. Hingga akhirnya, seorangsheikhYordania bernama Jamal Said datang ke Amerika untuk merekrut siswa-siswa. Pertemuan perekrutan itu diadakan di gudang bawah tanah atau dengan menyewa kamar hotel. Para siswa Muslim berkumpul dari seluruh penjuru Amerika untuk menghadiri pertemuan itu dan mendengarkan Sheikh Jamal Said. Jamal memiliki status dan reputasi yang legendaris. Dia adalah sahabat Abdullah Azzam, yang terkenal di seluruh Timur tengah sebagai mentor dari

Osama Bin Laden.
Orang seringkali bertanya pada saya apakah menurut saya ada kelompok-kelompok sel teroris yang beroperasi di Amerika.Tidak diragukan lagi bahwa kelompok-kelompok itu memang ada. Sementara banyak mahasiswa Amerika di tahun 70-an bereksperimen dengan narkoba, memprotes pemerintah mereka, dan berpartisipasi dalam melahirkan gerakan “anak bunga”, mereka tidak memperkirakan adanya revolusi bawah tanah lainnya yang dilahirkan oleh para siswa Muslim radikal di seluruh negeri itu. Di dalam Islam, diajarkan bahwa jika seorang Muslim memasuki sebuah negara untuk menaklukkannya bagi Allah, ada beberapa tahapan sebelum mencapai “invasi” itu jika anda menginginkannya. Itu adalah tahap-tahap awal dari gerakan paling subversif yang akan dialami oleh negara itu. Itulah kelahiran gerakan jihadis di Amerika.

Akhirnya saya pindah ke California, dimana saya bertemu dengan istri saya, seorang Katolik dari Meksiko. Saya ingin mentobatkannya kepada Islam. Saya mengatakan padanya bahwa orang Yahudi telah memalsukan Alkitab dan ia meminta saya untuk menunjukkan beberapa contoh pemalsuan itu. Ia menantang saya: ia menantang saya untuk mempelajari Alkitab itu sendiri supaya saya sendiri melihat apakah semua yang telah diajarkan kepada saya mengenai Alkitab dan orang Yahudi itu benar atau tidak. Itu membuat saya memulai sebuah perjalanan yang mengubah hidup saya secara radikal. Pada saat itu saya harus pergi membeli Alkitab dan saya mulai membacanya dan ada banyak sekali kata “Israel” di dalamnya. Kata yang paling saya benci itu ada dimana-mana di dalam kitab itu. Saya berpikir, bagaimana ini harus dijelaskan?
Saya mulai berpikir bahwa orang-orang Yahudi sesungguhnya tidak menyakiti kami tetapi kami membenci mereka dan menuduh mereka melakukan hal-hal yang mengerikan ini.

Ini adalah sebuah perjalanan, yang dalam beberapa waktu lamanya hingga saya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya, lebih merupakan sebuah obsesi. Saya akan begadang sampai larut malam dan membaca dengan tekun kitab suci orang Yahudi dan Kristen ini. Saya membaca Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Saya mempelajari sejarah Yahudi. Saya berdoa dan menggumuli hal-hal yang saya temukan. Banyak hal dalam kepercayaan saya yang membentuk dasar-dasar cara berpikir saya yang Islami mulai bertumbangan. Karena dikonfrontasi dengan konflik yang jelas terlihat antara cara saya memandang dunia ini dan agama saya semenjak remaja dan kebenaran Alkitab yang menusuk, lalu saya berdoa mohon bimbingan Tuhan. Pada pertengahan tahun 1990, saya pergi ke reuni keluarga di selatan California, disana terjadi pertengkaran setelah saya membela tokoh Alkitab Rahel yang disebut oleh paman saya sebagai “pelacur Yahudi”.
Paman saya berkata kepada saya :“Kamu layak dimusuhi”, kata paman saya, dan mereka melemparkan saya keluar dari rumah.
Saya sadar mereka tidak tahu apa-apa soal sejarah; apa yang mereka ketahui hanyalah propaganda yang dulu selalu diajarkan pada saya.

Pertobatan saya membawa saya untuk meninggalkan kekerasan dan menjadi orang Kristen, tetapi untuk itu ada harga yang harus saya bayar: keluarga saya tidak mau mengakui saya lagi dan saudara saya sendiri mengancam akan membunuh saya karena telah meninggalkan islam. Sekarang saya berharap bahwa dengan mengatakan kebenaran saya akan membuka mata orang banyak.

Sekarang, saya adalah pendiri Yayasan Walid Shoebat. Misi hidup saya dan cita-cita saya adalah membawa kebenaran tentang orang Yahudi dan Israel ke seluruh dunia, sambil mengijinkan Kristus (Isa Almasih) untuk menyembuhkan jiwa saya melalui pertobatan dan mengupayakan rekonsiliasi. Saya telah berketetapan untuk dengan tidak berlelah berbicara tentang Israel kepada ratusan ribu orang di dunia. Saya bersyukur kepada TUHAN YESUS (Isa Almasih) karena IA memberikan saya kesempatan untuk meminta pengampunan dan berekonsiliasi dengan orang Yahudi dimana pun di seluruh penjuru dunia. Kepada siapa pun yang mau mendengarkan, saya akan menceritakan kisah saya. Sebagai tambahan, walaupun ada banyak ancaman terhadap hidup saya ,Harga kepala saya termasuk imbalan 10 juta Dollar untuk menangkap dan membunuh saya . lalu saya terus berbicara menentang kebohongan-kebohongan Islam-Nazi yang dulu mengindoktrinasi saya. Jika mereka menangkap saya, saya akan terus bersuara. Ya, hari ini saya mengatakan pada dunia, Saya mengasihi orang Yahudi! Dan saya sangat percaya bahwa orang Yahudi adalah umat pilihan TUHAN semesta alam yang bertujuan untuk memberi terang kepada orang-orang Arab dan juga seluruh dunia ,jika mereka mengijinkan orang Yahudi menerangi mereka.

Mengetahui kebenaran ini telah mengubah cara berpikir saya dari menjadi seorang pengikut muhammad dan yang mengidolakan Adolf Hitler menjadi seorang yang percaya kepada TUHAN YESUS KRISTUS (Isa Almasih), dari mempercayai kebohongan menjadi mengenal kebenaran, dari sakit secara spiritual menjadi dipulihkan, dari hidup dalam gelap menjadi melihat terang, dari terkutuk menjadi diselamatkan, dari keraguan kepada iman, dari benci menjadi kasih, dari perbuatan-perbuatan jahat kepada anugerah TUHAN YESUS KRISTUS (Isa Almasih) di dalam KasihNYA Saya di ubah olehNYA,Inilah saya hari ini. Terpujilah Engkau TUHAN YESUS.amin.

Saya berharap dengan membaca kesaksian saya dan yang lainnya dalam buku saya ,anda mulai menyadari bahwa ada peperangan antara yang baik dan yang jahat, dan antara damai dengan terorime, perselisihan antara kebebasan dan neo-fasisme. Sebagaimana yang saya katakan saya berbicara di Universitas Columbia: Hari ini saya berjuang untuk hak semua orang; saya berjuang untuk orang kulit hitam agar dibebaskan dari perbudakan, bagi orang muslim agar bebas untuk bertobat kepada kekristenan, bagi orang-orang Yahudi yang menolak untuk menjadi Kristen, dan bagi orang-orang ateis untuk mendapatkan haknya menjadi orang ateis. Dan saya Rela mati untuk hak kebebasan berbicara bagi semua orang di Amerika Serikat.

sekian kesaksian dari Walid Shoebat adalah seorang Mantan Teroris bertobat & sekarang percaya kepada TUHAN YESUS (Isa Almasih)...
semoga bermanfaat yaa kesaksian ini..

15 Jul 2011

Mewujudkan Resolusi

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Roma 8:28

Menyusun resolusi adalah hal yang ke­rap dilakukan orang di awal tahun. Na­­mun, banyak orang begitu semangat me­nyusun resolusi agar menjadi “lebih ba­ik”, kemudian lupa ketika waktu berlalu. Ada banyak hal membuat kita sulit mewu­jud­kan resolusi. Akan tetapi, ada satu hal penting yang bisa menjadi pangkal kega­gal­an kita, yakni saat kita menyusun reso­lusi dengan pertanyaan yang salah, “Apa yang ingin saya capai tahun ini?” atau “A­pa yang ingin saya lakukan tahun ini?” Sebagai orang-orang yang menjadikan Ye­sus se­ba­gai Raja atas hidup ini, bukankah seharusnya kita mendasarkan resolusi pada perta­nya­an, “Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan tahun ini? Apa yang Engkau ingin agar saya capai tahun ini?” Ada dua alas­an mengapa kita harus melibatkan Tuhan dalam menyusun resolusi. Pertama, Yakobus mengingatkan agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan, karena kita tidak tahu apa yang akan ter­jadi besok (ayat 14). Yakobus menasihati supaya kita berkata, “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (ayat 15). Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi di se­panjang tahun ke depan. Namun, Tuhan akan memimpin kita untuk membuat keputusan yang tepat, saat kita membuat rencana bersa­ma-Nya. Kedua, kita mesti ingat bahwa tujuan utama hidup kita adalah men­jadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29). Karena itu, fokus re­so­lusi kita seharusnya adalah menjadi apa yang Tuhan mau, bukan se­kadar menjadi lebih baik menurut ukuran manusia. Mari membuat dan menjalani resolusi bersama Tuhan. Pegang­lah janji Tuhan, bahwa Dia akan “turut bekerja dalam segala se­su­atu” di sepanjang tahun ini (RH)

13 Jul 2011

RILEKS

Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Lukas 6:1

Kehidupan zaman sekarang penuh dengan tekanan; kesibukan dan ketergesaan seolah telah menjadi rutinitas. Bagaimana dengan Anda? Kapan terakhir Anda punya perasaan ingin berteriak sekeras-kerasnya? Kapan Anda merasa begitu ingin menangis? Apakah Anda mengalami kesulitan tidur pada malam hari dan terus diliputi ketegangan? Kapan terakhir Anda tersenyum dengan spontan? Kalau Anda sedang mengalami hal-hal itu, berarti Anda tengah mengalami gejala stres. Anda perlu waktu rileks. Rileks membantu me-recharge baterai kehidupan Anda. Firman Tuhan hari ini berkisah tentang Tuhan Yesus yang tengah berjalan di ladang gandum (ayat 1). Untuk apa Dia di sana? Alkitab memang tidak menjelaskan. Namun, sangat mungkin Dia tengah bersantai. Keluar sejenak dari kesibukannya, menikmati panorama alam pada Hari Sabat. Bisa dipahami, setiap hari Dia sangat sibuk —mengajar, melayani orang banyak, menyembuhkan orang sakit. Begitu padat aktivitas-Nya, sampai kadang makan pun Dia tidak sempat (Markus 6:31). Rupanya Tuhan Yesus juga sangat memperhatikan saat-saat untuk rileks. Rileks, berhenti sejenak dari hiruk pikuk rutinitas dan ketegangan sehari-hari, banyak sekali manfaatnya. Dalam olahraga golf dikenal pukulan yang disebut backswing. Kunci keberhasilan pukulan ini adalah rileks. Ketika si pemain berada dalam keadaan rileks, pukulannya bisa lebih jauh daripada kalau mereka melakukan dengan tegang. Begitu pula dengan hidup kita. Rileks akan membantu kita untuk mengembalikan kebugaran tubuh dan kejernihan dalam berpikir, sehingga hidup kita menjadi lebih produktif. Dan tentu lebih sehat pula.

12 Jul 2011

Tenggat Waktu (Deadline)

Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Yohanes 4 : 34

Ketika pekerjaan dikejar deadline (tenggat waktu), yang ada di benak hanya tuntutan “harus selesai”. Maka ketika seseorang sadar deadline menjelang, apa pun situasi yang dialami--padat aktivitas, ada masalah, kelelahan--ia akan memberi diri semaksimal mungkin untuk merampungkan tugas. Dan ia tak boleh menyerah dan tak boleh marah pada deadline, sebab untuk itulah deadline ditetapkan.
Ketika tiba saatnya Yesus menyelesaikan misi-Nya di dunia, Dia tahu waktu-Nya tak banyak. Maka, inilah kalimat kunci yang muncul dalam masa tiga tahun pelayanan-Nya: Dia selalu melayani dengan total! Dia memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengajar, menasihati, menegur, menyampaikan kabar baik, menyelamatkan orang berdosa. Tak heran jika beberapa kali kita membaca, Dia sampai kelelahan (ayat 6). Namun, dalam kondisi demikian pun, Yesus tak henti melakukan tugas-Nya. Dia menjangkau hati perempuan Samaria yang sengaja Dia temui, agar terjadi keselamatan baginya dan kaum sebangsanya (ayat 29,39). Karena tak selamanya Dia akan ada di dunia, Yesus selalu berkarya dengan totalitas.
"Untuk segala sesuatu ada masanya” (Pengkhotbah 3:1), kata firman Tuhan, ada deadline-nya. Tak ada tugas yang takkan berakhir di muka bumi ini. Tugas kita sebagai anak, sebagai orangtua, sebagai pasangan, sebagai pemimpin, sebagai staf perusahaan, dan sebagainya, suatu saat harus berakhir. Tak untuk seterusnya kita akan melakukan hal-hal yang kita lakukan sekarang ini. Suatu hari setiap peran itu akan berakhir, bahkan masa hidup kita di dunia pun akan berakhir. Maka seperti Yesus, mari lakukan setiap peran setotal mungkin kita bisa.

6 Jul 2011

KEKUATAN IMAN

Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya. Ibrani 11:30
Seberapa besar iman yang harus kita miliki? Bisa jadi inilah pertanyaan yang mendorong para murid untuk meminta kepada Tuhan Yesus, “Tambahkanlah iman kami!” Dan, jawaban yang mereka terima sangat mengejutkan, “Sekiranya kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada po-hon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu” (Lukas 17:6). Biji sesawi tergolong biji-bijian yang sangat kecil. Diameter biji ini kurang lebih satu milimeter, bahkan ada yang lebih kecil dari itu. Ada yang berwarna kekuningan, ada yang kecoklatan, ada juga yang berwarna hitam. Begitu kecil ukuran biji sesawi ini, sehingga orang bisa sangat sulit memegangnya. Dan biji sesawi yang sangat kecil ini justru dijadikan “ukuran” oleh Tuhan untuk menunjukkan kekuatan iman yang besar. Iman melewati batas-batas perhitungan akal. Apa yang menurut akal sulit, bahkan tidak mungkin, bisa terjadi di dalam iman. Tembok Yerikho menjadi bukti betapa kekuatan iman mampu meruntuhkan tembok (Yosua 6:1-27). Akal sehat kita tentu akan sangat sulit membayangkan tembok yang kokoh dan kuat itu runtuh, tetapi iman memungkinkan segala sesuatu terjadi. Karena itu, jangan berkecil hati jika kita tengah menghadapi “jalan buntu”; kesulitan dan hambatan bertumpuk di depan kita seolah-olah mustahil dilampaui. Jangan undur. Tetaplah berpaut pada iman, sebab di dalam iman selalu ada pengharapan akan adanya jalan keluar. Kadang-kadang hal itu dapat terwujud dengan cara dan waktu yang sama sekali tidak terduga.

5 Jul 2011

Bukan Superstar

Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Yohanes 1:8
Lagu Ku Bukan Superstar dari Project Pop merupakan lagu yang mengutarakan kejujuran. Lirik lagu tersebut dengan jujur mengatakan bahwa saya bukan superstar, melainkan hanya orang biasa. Perlu sebuah keberanian untuk memiliki kejujuran seperti ini. Dan, hal tersebut hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang memiliki pengenalan yang baik terhadap dirinya sendiri. Yohanes Pembaptis memiliki kesempatan untuk menjadi seorang superstar. Ia bisa saja mengaku kepada orang-orang bahwa dirinya adalah Mesias atau sedikitnya Nabi Elia, tetapi ia tidak melakukan hal itu (ayat 20,21). Mengapa? Karena ia tahu siapa dirinya dan apa yang harus dilakukannya. Yohanes tahu bahwa ia hanyalah saksi yang tugasnya adalah membuka jalan agar Mesias Sang Superstar yang sesungguhnya itu, dapat dikenal oleh banyak orang. Yohanes Pembaptis tidak merasa rendah diri karena hal itu dan juga tidak merasa terpaksa melakukannya. Yohanes Pembaptis tidak pernah mengatakan, “Mengapa Dia, bukan saya?” Kejujuran Yohanes membuat dirinya tampil sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai orang lain. Dengan demikian, ia memenuhi tujuan yang Allah tetapkan dalam hidupnya. Dan saya yakin inilah yang diingini oleh Allah. Sesungguhnya, Allah menciptakan kita sebagai pribadi yang unik dan istimewa. Allah telah mengaruniakan banyak kelebihan dalam diri kita. Jadi, untuk apa tampil di dunia ini sebagai orang lain? Tampillah secara jujur. Tunjukkanlah keunikan, kelebihan, dan keistimewaan yang telah dikaruniakan Allah kepada kita secara pribadi.(RH)

4 Jul 2011

Makna Kehilangan

katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Ayub 1:21

Siapa yang tidak sedih ketika kehilang­an sesuatu yang berharga dalam hi­dup­nya? Seorang ibu menangis pedih ka­re­na kehilangan anak tunggalnya yang me­ninggal karena sebuah kecelakaan. Se­mua orang akan mengerti kepedihan ha­ti sang ibu dan memakluminya apabila sang ibu menangisi kepergian si anak se­demi­kian rupa. Bicara tentang kehilangan, sesung­guh­nya tidak ada yang dapat menandingi ke­pe­dihan Ayub. Bayangkan, dalam seke­jap hartanya habis. Bukan hanya itu, ke­pe­­dihannya makin bertambah ketika se­mua anaknya pun tewas seketika, bahkan kesehatannya pun hilang. Dalam sekejap, Ayub, yang semula adalah orang yang ka­ya raya, menjadi orang yang sangat mis­kin. Dari orang yang memiliki anak menjadi ayah yang tanpa anak lagi. Dari orang yang sehat menjadi orang yang memiliki sakit borok di sekujur tubuhnya. Ditambah lagi dengan cibiran dari sang istri—orang yang seharusnya menjadi penolong dalam hidupnya. Kurang apa lagi derita yang dirasakan oleh Ayub? Namun yang luar biasa, da­ri mulut Ayub tidak keluar kata-kata keluhan, tetapi sebuah kata pu­jian, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah na­ma Tuhan!” (ayat 21). Ayub sadar bahwa semua yang ia miliki bukan miliknya, melainkan milik Tuhan, sehingga tatkala Tuhan mengambil se­mua yang ada pada Ayub, Ayub tidak memprotes dan menuduh Tuhan sebagai tokoh yang kejam dan tidak adil. Ada kalanya dalam hidup, kita mengalami kehilangan. Memang be­rat dan pedih jika kita mengalaminya. Namun, mari kita meman­dang semuanya itu sebagaimana Ayub memandangnya supaya kita da­pat menghadapi peristiwa kehilangan dengan tetap berpengha­rap­an. (RH)

3 Jul 2011

Jika Kamu Percaya

Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"  Yohanes 11 : 40

Ketika ibu saya sakit, saya sangat ingin Tuhan menyembuhkannya lewat mukjizat, sehingga tak perlu operasi. Namun, saya harus menerima kenyataan yang berbeda. Ibu saya harus dioperasi dan menjalani kemoterapi. Iman saya harus berhadapan dengan ujian untuk tetap teguh percaya walau jalan yang ditempuh tampak berbeda. Akan tetapi, mukjizat itu tetap ada. Iman orangtua saya—yang saat itu baru mengenal Tuhan—tetap teguh bertahan menghadapi semua proses tersebut. Bahkan, mereka mengakui kebesaran dan kebaikan Tuhan lewat peristiwa ini. Ibu saya pun sembuh dari sakit. Sampai akhirnya, kedua orangtua saya justru dibaptis setelah pengalaman tersebut, bahkan juga nenek dan bibi saya.
Kerap kali kita memiliki pemikiran yang berbeda dengan Tuhan, sehingga kita menjadi kecewa, bingung, dan sedih. Demikian pula dengan Maria. Ia berharap Tuhan Yesus datang saat Lazarus masih terbaring sakit, sehingga ia tidak akan mati (ayat 32). Kenyataannya, justru sebaliknya. Tuhan menunda datang. Namun, di tengah ketidakmengertian Maria akan pemikiran Tuhan, Dia meminta agar Maria tetap percaya. Sebab ketika orang percaya, maka ia akan melihat kemuliaan Tuhan (ayat 40). Dan inilah yang Tuhan tunjukkan; kebangkitan Lazarus membuat banyak orang menjadi percaya (ayat 45).
Ketika hal-hal yang terjadi di hadapan kita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dan kita sama sekali tidak mengerti rencana Tuhan, maukah kita tetap percaya? Sebab, Dia hendak menunjukkan kemuliaan-Nya, hingga akhirnya membuat kita mengerti apa maksud dan rencana Tuhan di balik semua yang terjadi.

1 Jul 2011

Cinta Sejati

Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Markus 10:9

Owa Jawa (hylobates moloch) adalah sejenis kera kecil (lesser apes) yang hidup di Pulau Jawa, meskipun banyak penduduk di Pulau Jawa yang tidak mengetahui keberadaan satwa yang sudah di ambang kepunahan ini. Owa Jawa, sebagaimana beberapa jenis owa lain, biasanya hidup berpasangan dan monogami. Untuk mendapatkan pasangan yang cocok, Owa Jawa kadang memerlukan waktu yang panjang. Namun setelah mendapatkannya, pasangan ini akan bertahan seumur hidup. Benar-benar tak tergantikan. Jika pasangannya mati, owa tersebut biasanya tidak akan mencari pasangan lagi. Sampai mati. Pengagungan cinta kasih manusia tentu saja dan semestinya melebihi cinta kasih satwa. Walaupun kini tengah marak fenomena perpisahan dalam hubungan suami-istri, tetapi yang Tuhan kehendaki adalah hubungan yang harmonis layaknya Tuhan dengan jemaat-Nya. Efesus 5 dengan jelas menggambarkan hubungan ini. Ada cinta kasih dan kesetiaan yang dituntut dalam hubungan antara suami dan istri—yakni seperti Kristus dengan jemaat-Nya. Dan, hubungan yang dipersatukan oleh Allah harus dipelihara dengan baik sebagai wujud ungkapan syukur terhadap Tuhan, “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Markus 10:9) Bahkan kematian pun seyogianya hanya memisahkan manusia secara fisik. Apakah kita sudah mengasihi pasangan kita layaknya Kristus mengasihi jemaat? Atau, mungkin kita masih harus belajar dari kera kecil yang hampir punah di beberapa kawasan hutan yang tersisa di Pulau Jawa?

26 Jun 2011

Baik dan Jahat

Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku Matius 13:29-30

Gandum dan lalang adalah dua tanaman yang sangat mirip, tetapi sebenar-nya sangat berbeda. Gandum adalah makanan pokok yang sangat berguna bagi manusia, sedangkan lalang sama sekali tidak berguna. Bahkan lalang lebih banyak menyerap sari makanan dari tanah, sehingga mengganggu pertumbuhan gandum. Sayangnya lalang dan gandum baru dapat dibedakan ketika bulir-bulir-nya ke-luar. Dan, lalang yang dicabut sebelum waktunya bisa membuat gandum turut tercabut. Satu-satunya cara memisahkan lalang dan gandum adalah de-ngan menunggunya sampai saat menuai tiba. Seumpama lalang dan gandum, begitulah orang jahat tetap dibiarkan hidup di dunia ini bersama orang baik, meski mereka membawa penderitaan bagi orang-orang baik. Tuhan mengasihi seluruh ciptaan-Nya, baik yang berbuat jahat atau yang berbuat baik. Dia masih memberi kesempatan kepada yang jahat supaya bertobat, juga memberi kesempatan kepada yang baik untuk terus bertumbuh dalam ketaatan pada firman Tuhan. Justru dengan adanya “lalang”, maka “gandum” ditantang untuk makin tekun bertumbuh, makin tahan uji, dan makin berkualitas. Hari ini kita diajar mengenal hati Allah yang panjang sabar dan mengasihi seluruh isi dunia ini. Dia bersabar karena segala sesuatu ada waktunya; kasih-Nya menerima setiap orang apa adanya. Kasih-Nya memberi kesempatan kepada setiap orang untuk berubah dan bertumbuh lebih baik, bukan cepat menghakimi dan menghukum. Allah memiliki kasih yang besar, yang tidak menyerah untuk terus mengasihi. Sebagai “gandum” di ladang-Nya, hendaknya kita terus bertumbuh dalam kasih dan kebenaran yang sejati

19 Jun 2011

JEBAKAN KENYAMANAN

Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Yesaya 6:1
Alexander Solzhenitsyn, seorang kristiani Rusia, pernah dibuang ke kamp pekerja Soviet. Di situ ia disiksa. Disuruh bekerja bagai kuda. Anehnya, setelah keluar ia malah mensyukuri masa-masa itu. Di situ saya mendapat pengalaman berharga, katanya. Sebelum menghadapi bahaya dan kesusahan, jebakan kenyamanan membuat saya malas bertumbuh. Di kamp itu, baru saya sadari, betapa penting-nya mengandalkan Tuhan. Hidup yang keras dan sulit justru membuat iman saya bertumbuh. Nabi Yesaya mendapatkan panggilan Tuhan dalam tahun matinya raja Uzia. Siapakah Uzia? Raja Yehuda terbaik sejak zaman Raja Salomo. Ia berhasil membuat rakyat merasa aman dan nyaman di bawah pemerintahannya. Ia menciptakan kemakmuran. Sisi buruknya, rakyat menjadi sangat bergantung kepadanya. Jebakan kenyamanan membuat mereka kurang bergantung kepada Tuhan. Kini sang raja telah wafat. Yang diandalkan lenyap. Padahal, musuh (bangsa Asyur) semakin dekat. Pada saat itulah Tuhan menyatakan diri kepada Yesaya. Tuhan ingin menyadarkan umat-Nya bahwa di atas raja dunia masih ada Raja alam semesta. Ketika raja dunia tak lagi dapat diandalkan, kini mereka perlu belajar bergantung pada Raja Surgawi. Tanpa sadar, kita pun bisa terjebak dalam kenyamanan hidup. Raja Uzia kita bisa berbentuk harta, asuransi, suami, istri, anak, kepandaian, atau karier. Itu semua memang perlu, tetapi bisa men-ciptakan rasa aman yang semu. Maka, jangan jadikan hal-hal itu sebagai andalan. Bergantunglah hanya kepada Tuhan, supaya jika segala yang semu itu lenyap, kita tidak sampai kehilangan pegangan

18 Jun 2011

Puji Tuhan


Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!  Mazmur 150:6

Kata “Puji Tuhan” kerap kita dengar saat seseorang bersaksi bahwa ia telah mengalami atau menerima berkat Tuhan; misalnya mendapatkan sesuatu, lulus ujian, atau sembuh dari sakit. Sepertinya kata ini tidak jauh dengan perasaan bersyukur. Namun, apa benar hanya pada saat-saat demikian kita perlu berkata, “Puji Tuhan”? Mazmur 150 mengajarkan kepada kita, mengapa dan kapan kita harus memuji-Nya. Mazmur ini sungguh tepat untuk mengakhiri kitab yang penuh dengan berbagai pengalaman dan perasaan para penulisnya. Para pemazmur menuangkan setiap pengalaman mereka—bisa pujian atau keluhan, syukur atau permohonan, keyakinan atau keraguan. Namun, atas setiap pengalaman naik turun itu, setelah perjuangan, pergumulan, peperangan yang harus dilalui, mereka mengakhirinya dengan satu nya-nyian yang mantap bahwa Tuhan sungguh layak dipuji. Sama dengan para pemazmur, tidak ada anak Tuhan yang luput dari gelombang kehidupan. Perjalanan hidup manusia selalu kaya dengan aneka pengalaman; baik-buruk, senang-susah, berhasil-gagal. Namun, atas setiap pengalaman itu, Allah tetap berdaulat. Dan bila kita hidup melekat kepada-Nya, pasti kemenangan yang akan kita alami. Kelak seluruh dunia akan menaikkan pujian seperti Mazmur 150 ini. Dan pujian yang dipersembahkan bagi-Nya, disajikan layaknya sebuah orkestra: semua alat musik dipadu untuk menembangkan kemegahan-Nya! Ditambah dengan tari-tarian yang mengekspresikan syukur melimpah. Jadi mulai saat ini, atas setiap hal yang terjadi dalam hidup kita, mari berlatih untuk berkata, “Puji Tuhan!”

12 Jun 2011

TIDAK...!!!

Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Yakobus 4:7

Dalam buku Keponakan Penyihir dari seri The Chronicles of Narnia, diceritakan bagaimana Digory telah membuat sebuah kesalahan fatal, yakni dengan mem-bunyikan bel yang membangkitkan seorang penyihir jahat. Ketika Aslan menanyai Digory tentang hal itu, Digory berkelit, Aku rasa aku agak terkena mantra yang ter-tulis dalam bel itu. Mendengar jawaban itu, Aslan menegaskan, Benarkah? Kemu-dian barulah Digory mengaku, Tidak. Sekarang aku tahu aku tidak terkena mantra. Aku hanya berpura-pura. Ketika dihadapkan pada satu pencobaan dan gagal, kerap kali kita juga berkelit dengan mengatakan bahwa kita dijebak, digoda, atau terkena mantra seperti dalih Digory. Padahal, sebenarnya kita tidak terkena mantra apa pun. Kita sendiri yang membuat pilihan untuk jatuh. Yakobus mengatakan dengan jelas bahwa tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri (ayat 14). Setan bisa menggoda kita, tetapi pilihan untuk berdosa atau tidak, tetap berada di tangan kita. Lalu bagaimana kita dapat menang melawan dosa? Bisa dengan dua hal: tunduk kepada Allah dan melawan Iblis. Keduanya sama penting, jadi harus sama-sama dilakukan. Kita bisa saja tetap gagal meski telah berdoa dan memohon belas kasihan Tuhan, karena kita tidak mau melawan Iblis dengan tegas. Kita hanya bisa melaku-kannya dengan berani berkata Tidak! kepada dosa. Itulah salah satu karunia yang kita peroleh dari Kristus yang telah menang atas maut. Karena Kristus telah menang bagi kita, maka saat kita berani berkata tidak, dosa pun tidak lagi berkuasa atas tubuh kita!

11 Jun 2011

Kekuatan Rohani

Kata-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." Lukas 22:46

Dengan garang, si banteng menyerudukkain merah di tangan matador. Setelah berulang kali ia pun kelelahan, sebab tiap kali mendekati kain merah, si matador mengibaskannya. Ia tak sadar kain merah itu bukan lawan yang sebenarnya. Peperangan Israel melawan Amalek bukan sekadar perang fisik antara dua ke-kuatan militer. Amalek hanya alatsemacam kain merah yang dikibaskan oleh ke-kuatan yang ingin menghambat rencana Allah bagi masa depan Israel. Itu sebabnya Musa sebagai pemimpin Israel perlu memimpin bangsanya menghadapi perang tersebut secara tepat. Caranya? Dengan mengangkat tangan, yakni terus berdoa, seperti lazimnya umat Israel berdoa dengan menadahkan tangan (Ezra 9:5; 1 Timotius 2:8) sampai kemenangan mereka raih. Doa yang tak henti, karena tidak dilakukan sendiri, tetapi bersama-samasebagaimana Musa berdoa bersama Harun dan Hurbesar sekali kuasanya. Sebab Tuhan-lah yang berperang melawan si musuh sejati. Hidup kita serupa pertempuran. Banyak musuh menyerbu; desakan nafsu, situasi pelik, orang sulit di pekerjaan, pengusik ketenangan rumah tangga, penjegal karier, pesaing yang curang, pengacau, dan pemfitnah di gereja. Menghadapi hal-hal ini dengan kekuatan fisik hanya akan membuat kita lelah dan kalah. Apalagi jika kita pun terkecoh untuk membalas dengan cara serupa. Kita mesti sadar bahwa mereka hanya kain merah, bukan si matador yang mengibarkannya. Jadi, hadapilah dengan doa. Angkatlah tangan, tetaplah berdoa! Jika Anda menjadi lelah, mintalah saudara seiman untuk turut menopang dan berdoa bersama kita. Andalkan kekuatan Allah dalam melawan sang matador, si penguasa kegelapan

10 Jun 2011

SANJUNGAN

Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: "Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia."Kisah Para Rasul 14:11

Winston Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris, pernah ditanya, Tidakkah Anda merasa tersanjung? Setiap kali Anda berpidato, orang datang berbondong-bondong sampai tidak kebagian tempat. Mereka sangat menyanjung Anda! Sang Perdana Menteri menjawab: Tiap kali ingin berbangga, saya ingat satu hal. Seandai-nya saya kelak dihukum gantung, jumlah orang yang hadir pasti melonjak dua kali li-pat! Sanjungan dunia semu sifatnya. Gampang berubah. Ketika Tuhan Yesus mema-suki Yerusalem, rakyat menyanjung-Nya. Beberapa hari kemudian, massa yang sa-ma meneriakkan Salibkan Dia! Itu juga yang dialami Rasul Paulus. Sehabis me-nyembuhkan seorang lumpuh dengan kuasa Allah di Listra, penduduk terkesima. Dikiranya Paulus dan Barnabas adalah titisan dewa. Mereka berdua pun langsung dipuja-puja dan diberi aneka persembahan. Tetapi begitu orang-orang Yahudi mem-bujuk mereka, segera saja mereka berbalik melempari Paulus dengan batu (ayat 19). Untunglah Paulus dan Barnabas tidak haus sanjungan. Keduanya malah prihatin melihat penduduk memuja-muja mereka. Paulus berusaha menjelaskan bahwa hanya Tuhan yang layak disembah. Pantang baginya untuk mencuri kemuliaan Tuhan bagi diri sendiri. Setiap orang suka disanjung. Sebetulnya tidak salah kalau kita merasa tersanjung saat dipuji orang. Yang salah, kalau kemudian kita gila sanjungan, hingga rela mengorbankan apa pun demi mendapat sanjungan. Sanjungan bisa menyesatkan, lagipula cepat sirna. Lebih baik fokuskan diri untuk melakukan tugas sebaik mungkin. Tidak peduli disanjung atau tidak 

Perlunya Rasa Sakit

Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Yohanes 16:8
Roberto Salazar, bocah 6 tahun, jarang menangis. Ia menderita penyakit langka; Hereditary Sensory and Autonomic Neuropathy, sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa merasakan sakit. Pernah ia gigit lidahnya sendiri sampai hampir putus. Orangtuanya panik, namun ia tenang saja. Kali lain Roberto terjatuh. Kakinya terluka, tetapi ia tidak menjerit minta tolong. Ia bangun dan berjalan lagi dengan luka menganga. Kondisi ini sangat berbahaya. Tubuhnya bisa terbakar atau terpotong tanpa disadari. Rasa sakit memang tidak enak, tetapi perlu untuk menyadarkan kita jika ada yang tidak beres. Roh Kudus sering memberikan rasa sakit ketika orang beriman berbuat dosa. Dia menegur dan memberi peringatan, supaya kita insaf. Dia mengingatkan kita kembali akan perkataan-perkataan Kristus (ayat 13,14). Sebagai Roh Kebenaran, Dia bertugas memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Jadi, Dia tidak bisa tinggal diam waktu kita berbuat dosa. Dia akan menegur. Teguran-Nya mungkin terasa sakit dan menciptakan rasa bersalah di hati. Namun, ini perlu agar kita mendapatkan kesempatan untuk berbalik ke jalan Tuhan. Tanpa teguran, dengan mudah kita dapat disesatkan oleh pelbagai godaan. Seperti Roberto, kita bisa menjadi mati rasa terha-dap dosa. Dan, bisa-bisa kita sudah terseret jauh sebelum sempat menyadarinya. Bersyukurlah jika Roh Kudus masih menegur dan membuat Anda merasa bersalah ketika berbuat dosa. Itu tandanya Dia masih berkarya dalam diri Anda. Dengarkan dan hargailah teguran-Nya! Jangan sampai hati Anda kebal, hingga merasa nyaman berbuat dosa

4 Jun 2011

KEKHAWATIRAN

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Matius 6:33

Siapa bilang kekhawatiran tidak berguna? Kekhawatiran dalam kadar ter-tentu, jelas bermanfaat. Saya khawatir tak lulus ujian, karena itu saya belajar. Saya khawatir sakit, karena itu saya menjaga pola hidup dan rajin berolahraga. Saya khawatir akan hari depan pendidikan anak-anak, karena itu saya membayar premi asuransi pendidikan. Saya khawatir menjadi botak, karena itu saya memakai sampo penguat akar rambut, dan sebagainya. Ya, khawatir dalam kadar dan konteks tertentu memang ada gunanya. Namun yang dimaksud Yesus dalam bacaan kita adalah kekhawatiran yang begitu besar, hingga menyingkirkan iman dari pusat kehidupan. Dalam bahasa Yunani, Yesus berkata, Me merimnate. Artinya, jangan terus-menerus khawatir begitu rupa. Bila kekhawatiran akan makanan, pakaian, dan kehidupan begitu besar, maka kita kehilangan iman. Jika kekhawatiran lebih besar dari iman, kita tak akan dapat mencari Kerajaan Allah lagi. Kerajaan Allah adalah realitas di mana Allah memerintah, sehingga kita menjadi tenang dan tenteram. Setiap hari memiliki kesusahannya sendiri (ayat 34). Kalau pusat hati kita adalah kekhawatiran, kita menambah kesusahan hari ini dengan beban yang tak perlu, yang semakin membuat kita lemah lesu. Lalu bagaimana kita dapat menjadi seperti burung yang merdeka dan bunga yang tampil penuh dalam kesementaraannya? Kita mesti menghadapi persoalan dunia yang berat ini dengan berani. Kita mengakui beratnya masalah, namun juga mengakui bahwa Allah bertakhta atas masalah. Dengan demikian kita dapat menghidupi setiap hari dalam kadar ketegangan yang pas

3 Jun 2011

Butuh TUHAN Lebih dari hidup

Mereka akan makan, tetapi tidak menjadi kenyang, mereka akan bersundal, tetapi tidak menjadi banyak, sebab mereka telah meninggalkan TUHAN untuk berpegang kepada sundal. Hosea 4:10

Kalau kita berjalan-jalan di mal, menonton TV, atau membaca majalah, maka kita akan melihat banyaknya barang atau jasa yang ditawarkan. Secara tidak langsung kita dibuat untuk selalu tidak puas dengan apa yang kita miliki se-karang. Selalu ada barang yang lebih baru, lebih baik, lebih canggih, dan berbagai lebih lainnya. Kebohongan terbesar yang ditawarkan adalah kalau Anda punya ini, Anda akan bahagia. Bacaan hari ini berkisah mengenai imam dan bangsa Israel yang tidak setia. Ketika membaca daftar dosa yang dipampangkan, mungkin kita berpikir bahwa itu kasus bangsa Israel (ayat 2), bukan saya. Saya tidak berzina; saya setia kepada pasangan saya. Ya, mungkin kita setia kepada pasangan, tetapi baiklah kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita setia kepada Tuhan? Tuhan berjanji memberkati orang yang takut dan setia kepada-Nya. Salah satu berkat Tuhan yang mungkin sangat jarang dibahas adalah, karunia untuk menikmati apa yang Allah berikan (Pengkhotbah 4:17,18). Ada orang-orang yang luar biasa kaya, tetapi tidak bisa menikmati kekayaannya karena Tuhan tidak mengaruniakan kuasa untuk menikmatinya (Pengkhotbah 6:2). Dalam bacaan kita, Tuhan berfirman bahwa umat yang meninggalkan-Nya akan makan tetapi tidak menjadi kenyang. Melakukan banyak hal, tetapi tidak membuahkan hasil. Itu terjadi karena mereka meninggalkan Tuhan. Mari kita memeriksa hidup kita sejenak. Apakah kita tidak merasa puas? Apakah kita sedang merasa kurang? Apakah kita tidak bisa menikmati hal-hal yang Tuhan berikan? Jika ya, ini saatnya berbalik kepada Tuhan. Dia menanti Anda. Sekarang

2 Jun 2011

DUA HATI

Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?"  1 Raja-raja 19:13

Setiap kali suami saya pulang, anak saya yang berusia 2 tahun langsung tahu lebih dulu hanya dengan mendengar suara sepeda motornya. Ia akan segera lari keluar untuk menyambut ayahnya de-ngan gembira. Bagaimanapun suasana hatinya saat itu, yang jelas ia selalu senang bertemu lagi dengan ayahnya. Perasaan ini terjadi karena dua hatiayah dan anakbertemu. Saat itu, Elia sedang lelah dan putus asa. Bahkan ia minta mati saja, Cukuplah itu ... ambillah nyawaku (ayat 4). Aneh memang. Elia yang baru saja melakukan pekerjaan besar bersama Tuhan, mengalami kelelahan dan keputusasaan hanya karena ancaman Izebel, seorang manusia belaka. Lalu Tuhan datang menemui Elia. Bukan lewat angin besar yang membelah gunung dan memecah bukit. Bukan lewat gempa atau api. Dia datang lewat angin sepoi-sepoi basa. Tuhan menemui Elia bu-kan lagi lewat peristiwa dahsyat, melainkan melalui peristiwa biasa. Di situlah Elia keluar dan menemui Tuhan. Dua hati bertemu, dan Tuhan menggugah hati Elia dengan bertanya, Apakah kerja-mu di sini? (ayat 13). Tuhan menyadarkan Elia pada tugasnya dan menguatkannya supaya tidak lagi kalah oleh ketakutan dan kecemasan. Jika saat ini kita sedang takut dan cemas, serta begitu putus asa, Tuhan menggugah hati kita dengan pertanyaan, Apakah kerjamu di sini? Tuhan ingin kita bangkit. Hanya satu yang Dia inginkan, yakni agar kita bertemu dengan-Nya. Sekarang juga, temuilah Tuhan dalam keheningan doa. Utarakan segala pergumulan kita kepada-Nya. Dia akan meneguhkan kita kembali pada panggilan pelayanan yang sudah dipercayakan pada kita

1 Jun 2011

Rasa Cinta

Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Mazmur 119:97

cinta itu unik. Cinta membuat hati sepasang kekasih tak terpisahkan seperti magnet. Keduanya merasa ingin selalu dekat. Jika berpisah beberapa saat saja, rasa rindu segera menyerang. Siang dan malam, wajah sang kekasih selalu terbayang. Apa yang sang kekasih ucapkan selalu terngiang. Hati menjadi resah, sebelum tiba waktunya mereka berjumpa lagi. Dalam Mazmur 119, Daud berbicara tentang cinta. Namun bukan cinta pada seseorang, melainkan cinta pada firman Tuhan. Di matanya, merenungkan dan mempraktikkan hukum Tuhan bukanlah sebuah beban, melainkan justru sebuah kesukaan. Hobi. Betapa kucintai taurat-Mu! katanya. Ibarat orang sedang jatuh cinta, Daud merenungkan firman itu siang dan malam. Apa yang membuatnya jatuh cinta pada firman Tuhan? Daud menemukan bahwa firman Tuhan itu begitu ampuh. Firman itu menjadikannya orang bijak yang disegani siapa pun (ayat 99-101). Firman itu memberinya janji yang manis dan menghibur saat susah (ayat 103). Firman itu menolongnya membenci apa yang Tuhan benci (ayat 104) dan mengarahkan masa depannya ke arah yang Tuhan mau (ayat 105). Bagi Daud, orang yang tidak hidup dekat dengan firman, mengalami kerugian besar! Seberapa besar rasa cinta Anda pada firman Tuhan? Bagi Anda, apakah membaca Alkitab merupakan kesukaan atau beban? Pandanglah firman Tuhan sebagai e-mail harian penting dari Tuhan bagi Anda. Ada banyak janji, nasihat, petunjuk hikmat yang Tuhan ingin sampaikan kepada Anda setiap hari. Baca dan renungkan. Jangan dilewatkan, nanti kita yang rugi 

30 Mei 2011

Pengampunan Diri

Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."  2 Semuel 12:23

Setelah David dan istrinya selesai makan pagi, mereka bersiap pergi. Adriana, putri mereka yang baru berusia 2,5 tahun mengikuti ibunya ke kamar. David memanaskan mobil di garasi. Setelah semua siap, ia memundurkan mobil. Tiba-tiba roda mobil melindas sesuatu. David turun dan kaget bukan main. Ia telah melindas Adriana! Anak itu rupanya berjalan keluar garasi tanpa diawasi, lalu terlindas dan tewas seketika. David dan istrinya diliputi rasa bersalah luar biasa. Sulit mengampuni diri sendiri. Pikirnya, Adriana mati karena kecerobohan kami! Raja Daud pernah dihinggapi rasa bersalah serupa. Akibat dosa berzinah dengan Batsyeba, Tuhan menulahi bayi mereka hingga sakit. Daud berusaha keras memo-hon belas kasihan Tuhan, agar anak itu bisa tetap hidup. Tujuh hari ia berpuasa dan berbaring di tanah. Namun akhirnya anak itu tetap mati! (ayat 18). Semua ini gara-gara ulahnya. Hati Daud pasti dihantui rasa bersalah. Uniknya, setelah kematian anaknya, ia kembali mau makan dan melanjutkan hidup seperti biasa (ayat 20). Da-ud tak membiarkan diri dikuasai rasa bersalah. Ia sadar, jika suatu hal tak bisa lagi diubah, kita harus menerima kenyataan, seberapapun pahitnya. Berdamai dengan diri sendiri, berbenah diri, dan melanjutkan hidup ke depan. Itu lebih sehat ketimbang terjebak di masa lalu. Adakah rasa bersalah yang masih menghantui hidup Anda? Seringkah Anda ber-kata, Seandainya aku melakukan ini, itu pasti tak akan terjadi? Berhentilah hidup dalam penyesalan. Tuhan telah mengampuni kesalahan Anda. Jadi Anda pun harus mengampuni diri sendiri

29 Mei 2011

Jaga Mulut...

Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Yakobus 3:2

Mulutmu Harimaumu, demikianlah bunyi slogan iklan sebuah perusahaan jasa telepon selular. Ungkapan ini benar. Kata-kata yang keluar dari mulut kita ibarat harimau: sangat berkuasa. Ucapan hakim di pengadilan bisa menentukan hidup matinya seorang terdakwa. Ucapan seorang pejabat bisa memengaruhi nasib rakyat. Ucapan pengusaha pada rekannya dapat membuat transaksi bisnis jadi atau batal. Ucapan seorang pria pada kekasihnya bisa membuatnya tersanjung atau tersinggung. Sekali salah ucap, akibatnya bisa gawat! Tidak heran, Yakobus menasihati agar orang berpikir ulang jika hendak menjadi guru. Tanggung jawab yang ditanggung berat. Setiap hari guru mengucapkan ribuan kata. Ucapannya membentuk cara berpikir murid. Idealnya, semua yang guru ucapkan harus benar. Padahal, kerap kali kita salah bicara. Mengucapkan apa yang tidak perlu atau tidak pantas. Mengendalikan lidah memang lebih sulit daripada mengendalikan api atau menjinakkan binatang. Tanpa dikekang, lidah bisa menjadi liar. Kadang mengucapkan berkat, kadang kutuk. Tidak konsisten. Jika ini terjadi, mana bisa guru menjadi teladan? Mana bisa dipegang perkataannya? Setiap orang percaya adalah guru. Pendidik. Kita diberi tugas mengajar dan menasihati sesama. Setiap orangtua pun bertugas menjadi guru bagi anak-anaknya. Jadi, belajarlah mengekang lidah. Berpikirlah lebih dulu, baru berbicara. Saring dulu, baru ucapkan. Lebih penting lagi: jagalah hati agar selalu murni. Sebab apa yang keluar dari mulut, berasal dari hati (Matius 15:18). Hati-hatilah: mulutmu harimaumu. Jangan menerkam orang lain dengan kata-kata Anda.

24 Mei 2011

DENGAN YESUS

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.Yohanes 15:5

Saat memasuki hari atau minggu yang baru, banyak orang merasa gembira dan bersemangat. Bagi mereka, hari baru adalah kesempatan baru, peluang baru, dan karena itu mereka menyambutnya dengan hati gembira, dengan semangat baru, dan tekad baru. Tetapi bagi sebagian orang yang lain bisa jadi tidak demikian. Hari baru bagai perpanjangan derita hidup yang membawa beban baru, persoalan baru, dan kepahitan baru, sehingga mereka pun merespons hari baru dengan muka masam dan hati galau. Berada di kelompok manakah Anda saat ini? Apabila Anda termasuk kelompok pertama, puji Tuhan, itu berarti Anda sudah berada di jalur yang benar. Berjalanlah terus di sana dan biarlah orang-orang yang ada di sekitar Anda turut merasakan semangat dan kegembiraan hati Anda. Namun, bisa jadi Anda berada di kelompok kedua. Anda merasa seolah-olah tak sanggup lagi meneruskan hidup ini. Anda sudah kehilangan semangat hidup. Anda enggan. Anda bingung. Anda merasa berat untuk memulai hari dan melanjutkan hidup. Jangan berkecil hati. Yesus mengasihi Anda apa adanya. Di dalam Yesus, Anda masih dapat melakukan banyak hal. Yang Anda butuhkan adalah menyerahkan kembali hidup Anda kepada Tuhan. Naikkan doa sederhana ini, Yesus, aku menyerahkan hidupku kepada-Mu. Aku ingin tinggal di dalam-Mu. Sejak hari ini, saya adalah milik-Mu. Dia akan memberikan keteduhan dan kelegaan (Matius 11:28). Sungguh. Dia akan memberikan kekuatan baru, memampukan Anda untuk melangkah tegar, sehingga kita tetap dapat berbuah banyak


Awas! Amarah yang Meledak

Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu Efesus 4:26
Seorang perempuan yang suka marah-marah berusaha membenarkan kebiasaannya, Kalau amarah saya sudah bisa meledak, berarti persoalan selesai. Jadi daripada dipendam, lebih baik diluapkan saja. Betul, tidak? Temannya pun menimpali, Yah, tapi kemarahanmu itu seperti pistol. Hanya dengan satu ledakan, kerusakan yang terjadi bisa sangat fatal. Kemarahan memang emosi yang pelik. Ada orang yang gampang sekali meledak amarah-nya, seperti perempuan di atas. Ada orang yang suka menyimpan kemarah-annya; sehingga menjadi akar pahit. Namun, ada pula orang yang tak bisa ma-rah. Ia cukup menyalahkan diri sendiri, dan akhirnya depresi. Apakah marah itu dosa? Alkitab tidak menyatakan bahwa kita tidak boleh marah. Hanya, kita perlu menghadapi kemarahan secara wajar. Ada saatnya kita juga perlu marah. Namun, Alkitab membatasi agar kita jangan memendam kemarahan hingga menjadi dendam (ayat 26). Kita mesti berjaga-jaga agar tak terjebak dalam amarah yang mengundang pengaruh Iblis (ayat 27). Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, nasihat Paulus tentang amarah ini ditaruh dalam konteks pelatihan rohani untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (ayat 23,24). Dalam proses ini kita ditantang untuk secara lebih tenang dan dewasa mengenali hal-hal yang memang sepatutnya memicu kemarahan, menyadari bahaya amarah yang tak terkendali, serta men-jauhi amarah yang mendatangkan dosa. Saat terjadi kecurangan atau ketidakadilan, misalnya, kita boleh marah. Namun, jangan asal meledak seperti pistol. Belajarlah mengungkapkan kemarahan dengan semestinya

22 Mei 2011

SUKSES, BAHAGIA

TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu! Mazmur 21 : 2

Sukses adalah paling di inginkan orang. Ironisnya, banyak orang tidak bahagia justru setelah mereka meraih sukses. Sebut saja Kurt Cobain, penyanyi dari grup Nirvana yang bunuh diri ketika sedang tenar-tenarnya di tahun 1990-an. Atau, para rohaniwan yang citranya runtuh karena keblinger oleh kesuksesan mereka. Belum lagi para pengusaha yang setelah sukses, justru keluarganya berantakan. Dan, masih banyak kisah tragis lain tentang kesuksesan. Ini menunjukkan pentingnya menjaga sikap hati saat meraih kesuksesan.

Bacaan hari ini berbicara tentang kemenangan Raja Daud. Berbagai keja-yaan dan kesuksesan ia peroleh, sehingga ia menjadi raja yang besar dalam sejarah bangsa Israel. Namun, ia sangat sadar bahwa kemenangannya datang dari Tuhan (ayat 2). Oleh karena itu, ia mengembalikan semua kemuliaan hanya bagi Tuhan. Hasilnya, ia bersukacita. Bukan karena kemenangannya, melainkan karena kesadaran yang ia miliki tentang siapa yang memberi kesuksesan terse-but, yakni Tuhan.

Dari mazmur ini kita belajar tentang cara menyikapi kesuksesan. Pertama, kita harus selalu menyadari bahwa kita sukses bukan melulu karena kita hebat, tetapi lebih utama karena anugerah Tuhan. Dalam rencana-Nya, Allah memercayakan berkat yang lebih kepada kita. Karena itu kita tidak boleh menjadi sombong. Kedua, kesuksesan bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk disalurkan kepada sesama. Sama seperti segala berkat yang lain, Tuhan ingin kesuksesan kita dipakai untuk memberkati orang lain dan memuliakan nama-Nya. Dengan demikian, kita akan menjadi orang sukses yang bahagia

20 Mei 2011

TETAP KUDUS

Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.  2 Timotius 2:21

Di hadapan Anda ada dua gelas. Yang satu terbuat dari kristal dengan ukiran cantik. Mahal, tetapi bagian dalamnya kotor dan berdebu. Yang satu lagi gelas plastik murahan, tetapi dicuci bersih. Jika Anda ingin minum, mana yang akan Anda pakai? Saya yakin Anda memilih gelas yang murah, tetapi bersih! Gelas semewah apa pun, jika dalamnya kotor dan berdebu, menjadi tidak berguna. Setiap anak Tuhan adalah gelas kristal.

Kristus telah menebus kita dengan darah yang mahal, sehingga kita menjadi milik-Nya yang sangat berharga (ayat 18,19). Itu sebabnya Tuhan ingin memakai kita menjadi alat-Nya, untuk menyalurkan air hidup kepada orang-orang di sekitar kita. Namun, itu akan terhalang jika kita tidak rajin membersihkan debu yang mengotori hati dan hidup kita. Agar dapat dipakai Tuhan, kita harus hidup dalam kekudusan. Tak membiarkan hawa nafsu mencemari dan menguasai hati. Tuhan meminta kita menjadi kudus dalam seluruh aspek hidup. Bukan hanya di gereja, melainkan juga di tempat kerja dan dalam keluarga.

Kata kudus berarti terpisah atau berbeda. Hidup kita harus dipisahkan, dikhususkan untuk memuliakan Tuhan. Berbeda dari cara hidup duniawi. Hidup kudus adalah keharusan, bukan pilihan. Tuhan berfirman, Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (ayat 16). Adakah kotoran yang masih menempel di hati Anda? Bentuknya bisa berupa dendam, amarah, nafsu yang merusak, niat jahat, atau kebiasaan dosa yang terus dipelihara. Kita harus sering mem-bersihkan hati. Membuatnya tetap murni, agar Tuhan dapat terus memakai kita menjadi saluran berkat-Nya. Sayang, jika kita hanya menjadi gelas kristal kotor; indah namun tak berguna

14 Mei 2011

Prioritas Hidup

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Matius 6 : 33

Benjamin Franklin mengeluarkan slogan time is money, seakan-akan seluruh hidupnya hanya diprioritaskan dan ditujukan untuk mendapat uang. Bukankah dewasa ini ada banyak orang yang dibutakan oleh uang? Sebenarnya uang bukan sesuatu yang jahat. Hanya, kita perlu menjagai sikap hati kita terhadap uang. Itulah yang hendak Tuhan Yesus nyatakan kepada kita. Penumpukan harta yang tanpa tujuan sebenarnya justru akan membuat manusia khawatir. Atau, membuat manusia percaya pada diri sendiri secara berlebihan.

Dan yang paling parah, membuat hidup manusia dikuasai oleh uang. Itulah inti perkataan Tuhan Yesus (ayat 24). Tuhan menegaskan bahwa di mana hati kita berada, di situlah prioritas hidup kita cenderung berada. Bila hati kita ada pada harta, maka seluruh waktu, pikiran, dan tenaga, kita konsentrasikan untuk mengumpulkan harta pula. Tuhan Yesus tidak mengecam orang kaya. Buktinya, Zakheus pun dipanggil menjadi murid-Nya (Lukas 19:5).

Namun Tuhan ingin agar kita memprioritaskan hubungan dengan-Nya di tengah rutinitas mencari nafkah setiap hari. Ketika kita menjalankan aktivitas ekonomi sehari-hari, hendaknya kita tetap memancarkan kasih Tuhan. Dengan demikian, cara kita mencari uang pun akan dipengaruhi oleh sikap hati. Inilah kuncinya agar kita tidak terjerumus dalam sikap cinta uang, yang merupakan akar dari segala kejahatan di bumi ini. Mari melihat ke dalam diri. Apa prioritas hidup kita hari ini?

11 Mei 2011

Awas dengan Kesombongan..

Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Lukas 6:41

Seusai kebaktian, dua pemuda berjalan sambil bercakap-cakap. Keterlaluan sekali Bapak yang duduk di depan kita tadi! Sudah tidur, dengkurannya keras lagi. Pemuda pertama mengomel. Tak mau kalah, pemuda kedua juga ikut mengomel, Bapak tadi memang keterlaluan, dengkurannya membuat saya terbangun. Melihat kelemahan orang lain memang mudah, tetapi tak mudah menyadari kesalahan sendiri. Banyak orang kristiani juga mengomel dan mengeluhkan kelemahan orang lain atau mencela mereka yang berbuat salah. Tanpa disadari mereka juga bisa melakukan kesalahan yang sama. Mari kita belajar untuk berhenti menghakimi dan mencari-cari kesalahan orang lain, sebab jika hal ini terus kita lakukan, kita tidak akan pernah memiliki waktu untuk menilai diri sendiri. Itu bisa menjadikan kita munafik, seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang dikecam oleh Tuhan Yesus. Hal ini kelihatannya sepele, tetapi kalau tidak cepat diatasi, tanpa sadar kita membangun tembok kesombongan yang tinggi. Kita akan selalu merasa paling benar, paling suci, paling rohani. Firman Allah hari ini menasihati; daripada kita mencari-cari kesalahan orang lain yang dapat dikritik dan dihakimi, lebih baik kita melihat keberadaan diri sendiri di hadapan Allah. Kita harus belajar menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada manusia yang tak pernah berbuat salah. Kalau kita mau jujur, bukankah kita ju-ga pernah salah? Kalau kita sendiri kadang juga berbuat salah, mengapa kita sibuk mencari-cari kesalahan orang lain?

Berpikir Positif

Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Efesus 4:31

Seorang pemuda Indian bertanya kepada kakeknya, mengapa dirinya begitu gampang tersinggung dan cepat marah. Ia ingin tahu cara mengubah perangainya. Sang kakek bercerita bahwa dalam diri manusia ada dua serigala. Serigala yang satu selalu berpikiran negatif, mudah marah, dan suka berprasangka buruk.

Adapun serigala yang lain selalu berpikiran positif, baik hati, dan suka hidup damai. Setiap hari kedua serigala ini berkelahi. Lalu serigala mana yang menang? tanya si pemuda. Serigala yang setiap hari kamu beri makan. Dalam diri kita ada sisi baik dan sisi buruk. Sisi mana yang kemudian menjadi dominan sangat ditentukan oleh makanan rohani yang kita makan. Baik makanan rohani itu berasal dari pola asuh dan lingkungan kita, maupun makanan rohani yang kita sendiri upayakan.

Sebagai manusia baru di dalam Tuhan, kita perlu terus-menerus membuang segala sifat buruk; dengki, iri hati, prasangka, dan lain-lain. Sebaliknya kita harus terus memupuk segala sifat baik; sabar, suka berdamai dengan kenyataan, menyebar kasih dan kebaikan. Dengan semakin banyak memupuk sisi baik, lama-lama sisi buruk kita akan tenggelam. Bagaimana kita dapat mengendalikan dua sisi itu? Bagaimana kita dapat memberi makan serigala yang baik? Dengan evaluasi dan introspeksi diri.

Dengan kemauan untuk belajar. Dan terutama, dengan menekuni firman Tuhan. Hanya dengan cara itulah, kita dapat mengikis sisi-sisi buruk kita. Membuatnya tidak dominan, apalagi menguasai kita. Sekaligus menyuburkan sisi-sisi baik kit.


Followers