21 Agu 2014

Mengatasi Masalah Kehidupan

Kita harus mengerti bahwa setiap pencobaan memiliki tujuan untuk memperbesar kapasitas atau daya tampung kita!

Bagaimana pun juga ingatlah, semuanya itu pada satu hari kelak akan selesai, sebesar apa pun pencobaan atau masalah kehidupan kita. Hal ini akan membuat materai tertentu di hati kita atau termeterai dalam hati kita.

Oleh karena itu pesan saya adalah apa pun yang Tuhan limpahkan dalam kehidupan kita, janganlah akhirnya kita terikat dengan harta duniawi, namun biarkanlah hati kita melekat hanya kepada Tuhan, dan bukan melekat kepada dunia!

Sebab pada hari Tuhan Yesus datang, sebenarnya yang menimbang itu adalah hati kita sendiri.
Apakah kita inginkan Tuhan, ataukah kita inginkan dunia?

Apabila pada hari-hari itu, hati Anda lebih cenderung kepada dunia maka sekuat apa pun “tarikan” Tuhan untuk membawa Anda naik pada hari kedatangan-Nya maka tarikan Tuhan itu tidak akan cukup kuat menarik Anda, sebab hati Anda lebih melekat kepada dunia. Dan hal inilah yang membuat seseorang tertinggal di hari kedatangan-Nya!

Oleh karena itu, janganlah biarkan hati Anda melekat kepada dunia, tetapi fokuskanlah dan biarkanlah hati Anda melekat kepada Tuhan! Dan itu akan menjadi kita semua umat yang layak bagi kedatangan-Nya kelak.

Pencobaan adalah sebuah salah bentuk untuk melihat ke dalam hati kita, sebab lewat pencobaan akan menunjukkan siapa kita sebenarnya. Apakah orang yang mengasihi Tuhan, yang hatinya melekat kepada Tuhan atau kepada dunia…

Yakobus 1:2-4

Saudara- saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai- bagai pencobaan, 3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
Adalah sulit untuk bisa menganggap sebagai suatu kebahagiaan apabila kita sedang menghadapi pencobaan atau masalah dalam hidup ini, seperti mengadapi problem keuangan, problem rumah tangga, problem ditinggal oleh orang yang dikasihi, problem sakit penyakit, problem-problem kehidupan yang berat…

Mengapa Tuhan memerintahkan kita untuk menganggap sebagai suatu kebahagiaan apabila kita sedang mengalami pencobaan?

Ingatlah tidak ada kemenangan tanpa peperangan!
Dan tidak akan ada peperangan tanpa musuh kehidupan (pencobaan). Ketika musuh kehidupan itu muncul di depan Anda, ketahuilah bahwa itulah cara Tuhan mengumumkan: Mujizat dan Kemenangan-Nya yang ajaib akan segera datang dalam hidup kita.
Ingatlah ukuran musuh kehidupan Anda adalah sebuah petunjuk tentang ukuran kebesaran Anda di masa depan yang Tuhan sediakan bagi Anda!
Kita ingin agar Tuhan menyusutkan ukuran musuh kehidupan kita, jikalau boleh cukuplah sebesar “kurcaci” atau orang kerdil, tetapi Tuhan berkata: “TIDAK!” Jikalau Aku harus menyusutkan ukuran musuhmu maka Aku pun harus menyusutkan ukuran masa depanmu. Aku tidak mau menyusutkan ukuran masa depanmu. Aku sudah menetapkan sebuah rancangan masa depan dengan yang penuh harapan, besar dan tidak terduga bagi Anda.

Yeremia 29:11

Sebab Aku ini mengetahui rancangan- rancangan apa yang ada pada- Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Kisah Daud dan Goliat.

Daud yang kecil melawan Goliat yang raksasa, namun Daud tidak pernah mengeluh tentang betapa besarnya Goliat itu.
Cobalah Anda bayangkan apabila Goliat hanyalah seorang kurcaci, orang kerdil, maka Daud tidak akan pernah masuk ke istana raja, menjadi seorang panglima perang dan raja Israel. Faktanya Goliat adalah raksasa. Daud berhasil menaklukkan Raksasa, itulah alasannya ia diangkat menjadi raja!

Ingatlah akan hal ini, yaitu sebelum Tuhan memakai Anda atau mengangkat hidup Anda maka ia akan munculkan “musuh kehidupan” supaya Anda pantas menerimanya!

Kata “pencobaan” di sini adalah sebuah ujian atau testing yang bertujuan untuk mengukur kapasitas atau daya tampung seseorang!

Pencobaan di sini bukanlah untuk menghancurkan (destroy) namun untuk membangun (develop) Anda
(dibaca: Mazmur 34:19-21).

Seperti halnya tiang pancang, akan mengalami uji beban (loading test), di mana seorang insinyur akan menaruh beban yang besar ke atas tiang pancang tersebut! Maksud dan tujuan test ini bukanlah untuk menghancurkan tiang pancangnya namun untuk mengukur daya tahan tiang pancang itu untuk menahan dan mengangkat beban di atasnya agar dapat dibangun sebuah bangunan besar yang indah dan kokoh!

Oleh karena Tuhan tidak akan pernah memberikan berkat-Nya yang ajaib itu tanpa melengkapi kita lebih dahulu dengan karakter dan kapasitas tertentu maka kita harus belajar bersukacita dan berbahagia apabila kita sedang berada di dalam pencobaan (problem).

Kita mengerti bahwa Tuhan punya ALASAN mengapa pencobaan itu harus kita alami sekarang! Tuhan punya CARA yang ajaib untuk menolong kita keluar dari krisis atau masalah ini! Dan Tuhan pun punya WAKTU-Nya yang tepat untuk memberikan pertolongan sehingga kita melihat mujizat itu nyata!

Kita tahu bahwa setiap masalah atau pencobaan adalah ujian untuk memperbesar kapasitas dan daya tampung kita untuk menerima berkat terbaik dari Tuhan bagi hidup kita!

27 Jul 2014

10 Alasan mengapa Allah mengijinkan penderitaan

10 Alasan Mengapa Allah Mengijinkan Penderitaan  

Oleh: C.S. Lewis
Pemikir Kristen C.S. Lewis menulis tentang “Masalah dengan rasa sakit” Mengapakah Allah yang begitu baik mengijinkan dunia yang penuh dengan penderitaan? Di tulisan ini, Radio Bible Class menawarkan 10 alasan yang membuat kita berpikir lebih dalam, untuk menambatkan iman kita didalam kesedihan yang ada disekitar kita.

1. Penderitaan datang dari kebebasan untuk memilih

Orang tua yang mencintai anaknya akan berusaha melindungi anak mereka dari rasa sakit yang sia-sia. Tetapi orang tua yang bijaksana tahu bahaya dari tindakan terlalu melindungi. Mereka tahu bahwa kebebasan untuk memilih adalah hal dasar di setiap manusia, dan sebuah dunia tanpa kebebasan untuk memilih akan menjadi lebih kacau dari dunia tanpa kesusahan. Yang lebih parah lagi adalah dunia dimana orang-orang didalamnya dapat memilih pilihan yang salah tanpa merasakan akibatnya. Tak ada orang yang lebih berbahaya daripada seorang pembohong, pencuri atau pembunuh yang tidak merasakan akibat buruk dari yang ia lakukan pada dirinya dan pada diri orang lain. (Kejadian 2:15-17)

2. Rasa sakit dapat menandakan bahaya sudah dekat.

Kita benci rasa sakit, terutama di diri orang-orang yang kita cintai. Tetapi tanpa rasa tidak nyaman, orang yang sakit tidak akan menemui dokter. Badan yang capai tidak akan mendapatkan istirahat. Orang2 jahat tidak akan takut akan hukum. Anak-anak akan menertawakan koreksi. Tanpa rasa sakit dari kesadaran kita, rasa kebosanan sehari-hari atau rasa kosong untuk sesuatu yang berarti, manusia yang diciptakan untuk mencari kepuasan didalam Allah yang di surga akan puas dengan sesuatu yang tidak sepadan dengan Allah. Contohnya adalah raja Salomo, ia dibutakan dengan kesenangan dan dihajar dengan rasa sakitnya, menunjukkan kepada kita bahwa bahkan orang-orang yang paling bijaksana sekalipun suka condong menjauh dari kebaikan dan dari Tuhan sampai ditahan dengan rasa sakit yang berasal dari pilihan kita sendiri yang kurang matang. (Pengkotbah 1-12; Mazmur 78:34-35; Romans 3:10-18)

3. Penderitaan membuka apa isi hati kita.

Penderitaan seringkali disebabkan oleh orang lain. Tetapi penderitaan mempunyai jalan untuk menunjukkan kita kepada apa yang ada didalam hati kita sendiri. Kapasitas untuk rasa cinta, belas kasihan, kemarahan, rasa iri dan sombong dapat tidak diketahui sampai situasi yang membangunkannya. Kekuatan dan kelemahan dari hati kita tidak dapat kita ketahui ketika situasi kita menyenangkan, tetapi ketika api penderitaan dan cobaan mencobai quality dari karakter kita. Seperti halnya emas dan perak yang dibuat lebih sempurna dalam perapian, dan seperti batu bara yang perlu waktu dan tekanan untuk menjadi berlian, hati manusia menjadi terbuka dan tumbuh dengan menjalani tekanan dan panas dari waktu dan situasi. Kekuatan dari satu karakter tidak terlihat ketika semua hal berjalan lancar di dunia kita tetapi didalam keberadaan dari rasa sakit dan penderitaan. (Ayub 42:1-17; Roma 5:3-5; Yakobus 1:2-5; I Petrus 1:6-8)

4. Penderitaan membawa kita ke pinggir dunia kekal

Jika kematian adalah akhir dari segalanya, maka kehidupan yang penuh dengan kesusahan adalah sesuatu yang tidak adil. Tetapi jikalau akhir dari hidup ini membawa kita ke tepi hidup yang kekal, maka orang-orang yang paling beruntung di jagat raya ini adalah mereka yang menemukan, melalui penderitaan, bahwa kehidupan ini bukanlah semuanya yang kita harapkan. Mereka yang menemukan diri mereka sendiri dan Allah yang kekal melalui penderitaan tidak menyia-nyiakan rasa sakit mereka. Mereka telah membiarkan kemiskinan, rasa sakit dan lapar mendorong mereka kepada Allah yang kekal. Mereka adalah orang-orang yang akan menemukan rasa kebahagiaan yang tidak ada akhirnya. Inilah mengapa Tuhan Yesus mengatakan, “Berbahagialah mereka yang miskin karena mereka memiliki kerajaan surga“ (Matius 5:3, lihat juga Roma 8:18-19)

5. Rasa sakit mengendurkan pegangan kita akan kehidupan saat ini.

Dalam waktu tertentu, pekerjaan kita dan pendapat kita makin jarang dicari orang. Badan kita menjadi cepat letih. Perlahan-lahan mereka menjadi tidak dapat dihandalkan lagi. Sendi-sendi badan menjadi kaku dan sakit. Penglihatan menjadi buram. Pencernaan menjadi lambat. Tidur menjadi sulit. Masalah menjadi banyak dimana pilihan menjadi sedikit.
Tetapi, jikalau kematian bukanlah yang terakhir tetapi batas dari hari yang baru, maka kutukan dari usia lanjut adalah sesuatu berkat. Rasa sakit yang baru membuat dunia ini menjadi kurang menarik dan kehidupan selanjutnya lebih menarik. Dalam caranya yang tersendiri, rasa sakit membuka jalan untuk keberangkatan yang ……(Pengkotbah 12:1-14)

6. Penderitaan memberi kesempatan untuk menaruh iman kepada Tuhan.

Orang yang paling kita kenal sebagai penerima penderitaan yang paling besar adalah Ayub. Menurut alkitab, Ayub kehilangan keluarganya didalam perang, kekayaannya kepada angin dan api dan kesehatannya kepada bisul yang sangat menyakitkan. Di tengah-tengah kondisinya, Tuhan tidak pernah mengatakan kepada Ayub mengapa penderitaannya terjadi. Sementara Ayub menerima tuduhan-tuduhan dari teman-temannya, surga tetaplah sunyi. Ketika Tuhan akhirnya berbicara, Ia tidak mengatakan bahwa musuhNya yaitu setan telah menantang motivasi Ayub untuk melayani Tuhan. Tuhan juga tidak meminta maaf karena telah membiarkan setan untuk mencobai ketaatan Ayub pada Tuhan. Tetapi, Tuhan berkata-kata tentang kambing gunung yang melahirkan anaknya, singa muda yang berburu dan burung rajawali disarangnya. Ia berkata-kata tentang sifat-sifat burung onta, kekuatan dari lembu. Ia berkata-kata tentang keajaiban dari surga, keagungan dari laut dan pergantian musim. Ayub dibiarkan untuk mengambil kesimpulan bahwa kalau Tuhan mempunyai kekuatan dan kebijakan untuk menciptakan jagat raya ini, ia mempunyai alasan yang baik untuk mempercayai Tuhan yang sama didalam penderitaannya. (Ayub 1-42)

7. Tuhan menderita bersama kita di dalam penderitaan kita.

Tidak ada seorang pun yang lebih menderita daripada Bapa kita di surga. Tidak ada seorang pun yang pernah membayar harga yang begitu mahalnya untuk dosa yang sudah masuk di dunia. Tidak ada seorang pun yang terus menerus disakitkan karena umat manusia sudah jatuh. Tidak ada seorang pun yang sudah menderita seperti Ia yang membayar dosa-dosa kita dalam bentuk tubuh yang disalibkan. Tidak ada seorang pun yang lebih menderita daripada Ia yang ketika membuka tanganNya dan mati, menunjukkan bagi kita betapa kasihNya kepada kita. Allah yang inilah, yang memanggil kita kepadaNya, meminta kita untuk percaya kepadaNya ketika kita mengalami penderitaan dan ketika orang-orang disekitar kita menangis didepan kita. (I Petrus 2:21, 3:18, 4:1)

8. Hiburan Tuhan adalah lebih besar daripada penderitaan kita.

Rasul Paulus meminta kepada Allah untuk mengambil satu sumber penderitaan yang tidak dijelaskan di alkitab. Tetapi Tuhan menolak dan mengatakan, “AnugrahKu adalah cukup bagimu, karena kekuatanKu dibuat sempurna dalam kelemahan.” “Karena itu,” kata Paulus, “Aku akan …… “ (2 Korintus 12:9-10) Paulus mengetahui bahwa ia lebih senang bersama dengan Tuhan disaat penderitaan daripada tanpa Tuhan dalam kesehatannya dan situasi yang menyenangkan.

9. Di dalam krisis, kita menemukan satu dengan yang lainnya.

Tidak ada seorangpun yang akan memilih untuk menderita. Tetapi ketika pilihan tidak memungkinkan, masih ada jalan lain yaitu penghiburan. Bencana alam dan waktu-waktu krisis dapat mendekatkan kita kepada sesama kita. Angin ribut, kebakaran, gempa bumi, kekacauan masyarakat, penyakit dan kecelakaan mempunyai caranya sendiri untuk membuat kita sadar akan situasi kita yang sebenarnya. Tiba-tiba kita menyadari bahwa kita adalah manusia lemah dan bahwa saudara-saudara kita adalah lebih penting daripada barang-barang yang kita miliki atau ingini. Kita sadar bahwa kita butuh satu dengan yang lainnya dan lebih dari segalanya, kita butuh Tuhan.
Setiap saat kita menemukan penghiburan Tuhan didalam penderitaan kita, kapasitas kita untuk membantu orang lain bertambah. Inilah yang Rasul Paulus maksudkan ketika ia berkata, “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kitaYesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” II Korintus 1:3-4.

10. Allah dapat menjadikan penderitaan untuk kebaikan kita.

Kebenaran ini paling baik dilihat dari contoh-contoh yang diberikan di alkitab. Dalam penderitaan Ayub, kita bisa melihat seseorang yang tidak hanya kemudian mempunyai pengertian yang lebih lagi tentang Allah, tetapi juga seseorang yang dapat menghibur dan menguatkan keturunan-keturunannya. Dari penolakan, pengkhianatan, perbudakan dan kesalahan pemenjaraan seseorang bernama Yusuf, kita melihat seseorang yang akhirnya dapat berkata kepada mereka yang menyakitkannya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, …” (Kejadian 50:20)
Ketika semua di dalam diri kita berteriak kepada surga karena membiarkan penderitaan, kita mempunyai alasan untuk melihat kepada hasil kekal dan kebahagiaan Yesus yang didalam penderitaanNya sendiri di kayu salib berkata, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46)
Anda tidak sendiri jika ketidakadilan dan penderitaan hidup membuat anda tidak yakin kalau Bapa yang disurga perduli pada anda. Tetapi pikirkan kembali penderitaan dari Dia yang disebut oleh nubuatan Yesaya “seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan.” (Yesaya 53:3). Bayangkanlah punggungnya yang penuh dengan luka cambuk, keningNya yang berdarah, tangan dan kakiNya yang berdarah terkena paku salib, lambungnya yang ditusuk, kesengsaraanNya di taman Getsemani dan tangisNya karena Ia merasa ditinggal oleh Bapa yang disurga. Pikirkan bahwa Yesus mengatakan bahwa Ia menderita bukan karena dosaNya, tetapi karena dosa kita semua. Karena Ia memberikan kita kebebasan untuk memilih, Ia membiarkan kita menderita. Tetapi Ia sendirilah yang sebenarnya menanggung hukuman dan rasa sakit dari semua dosa-dosa kita. (2 Korintus 5:21; 1 Petrus 2:24)
Ketika Anda mengerti alasan mengapa Tuhan menderita, jangan lupa bahwa Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus mati untuk dosa-dosa kita, dan mereka yang percaya dalam hatinya bahwa Allah telah mengangkatnya dari antara orang-orang mati akan selamat (Roma 10:9-10). Pengampunan dan kehidupan yang kekal Tuhan Yesus tawarkan bukanlah suatu hadiah akan keberhasilan kita tetapi hadiah untuk semua yang berdasarkan fakta-fakta yang ada, yakni percaya kepadaNya.

30 Mei 2014

Kapan / Bagaimana kita menerima Roh Kudus?

Jawaban: Rasul Paulus dengan jelas mengajarkan bahwa kita menerima Roh Kudus pada saat kita percaya pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita. 1 Korintus 12:13 mengatakan, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Roma 8:9 memberitahu kita bahwa jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, dia bukan milik Kristus - “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.” Efesus 1:13-14 mengajar kita bahwa Roh Kudus adalah meterai keselamatan bagi setiap orang yang percaya, “Di dalam Dia kamu juga—karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu—di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”

Dari ketiga ayat Alkitab ini jelas bahwa Roh Kudus pastilah diterima pada saat keselamatan. Paulus tidak bisa mengatakan bahwa kita semua telah dibaptiskan oleh satu Roh dan semua minum dari satu Roh jika tidak semua orang percaya di Korintus memiliki Roh Kudus. Roma 8:9 bahkan lebih tegas. Jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, dia bukan milik Kristus. Memiliki Roh Kudus adalah tanda pengenal dari keselamatan. Selanjutnya, Roh Kudus tidak mungkin menjadi ”meterai keselamatan” (Efesus 1:13-14) jika Roh Kudus tidak diterima pada saat keselamatan. Banyak ayat Alkitab yang jelas sekali memperlihatkan bahwa keselamatan kita terjamin pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat.

Diskusi ini kontroversial karena pelayanan Roh Kudus sering disalah mengerti. Penerimaan/berdiamnya Roh Kudus terjadi pada momen keselamatan. Kepenuhan Roh Kudus adalah suatu proses yang terus berlanjut dalam kehidupan Kristiani. Walaupun kami percaya bahwa baptisan Roh Kudus juga terjadi pada momen keselamatan, ada orang-orang Kristen lainnya yang tidak percaya hal itu. Akibatnya, kadang-kadang baptisan Roh dikacaukan dengan ”menerima Roh Kudus” sebagai sesuatu yang terjadi berikutnya sesudah orang diselamatkan. Sebagai kesimpulan, bagaimana kita menerima Roh Kudus? Kita menerima Roh Kudus dengan percaya pada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita (Yohanes 3:5-16). Kapankah kita menerima Roh Kudus? Roh Kudus menjadi milik kita secara permanen saat kita percaya.

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

20 Mei 2014

Apakah ada yang disebut dengan kebenaran absolut/kebenaran universal?

Jawaban: Untuk dapat mengerti apakah ada yang dapat disebut sebagai kebenaran absolut/kebenaran universal, pertama-tama kita perlu mendefinisikan apakah kebenaran itu. Kebenaran didefinisikan dalam kamus sebagai “kesesuaian dengan fakta atau yang sebenarnya; pernyataan yang terbukti atau diterima sebagai benar; kenyataan atau keadaan yang sebenarnya.” Saat sekarang ini sebagian orang mengatakan bahwa tidak ada realita yang sebenarnya, yang ada hanyalah persepsi dan opini. Di sisi lain, yang lain berargumentasi bahwa pasti ada realita yang absolut atau kebenaran absolut. Karena itu ketika mempertimbangkan pertanyaan apakah ada yang dapat disebut sebagai kebenaran absolut, kita menemukan dua pendapat yang bertolak belakang.

Pendapat yang satu mengatakan bahwa tidak ada apapun yang absolut yang mendefinisikan realita. Mereka yang berpegang pada pandangan ini percaya bahwa segala sesuatu adalah relatif dan karena itu tidak ada realitas yang sejati. Karena itu pada hakekatnya tidak ada sebuah otoritas apapun yang menentukan suatu tindakan positif atau negatif, benar atau salah. Pandangan ini tidak lebih dari “etika situasi” dalam bentuk yang paling utama. Tidak ada yang benar atau salah, dan karena itu yang benar adalah apa yang dianggap benar pada waktu itu. Tentulah model “etika situasi” semacam ini membawa kepada mentalitas dan cara hidup “apapun yang dirasa baik” yang memiliki dampak yang merusak masyarakat dan individu-individu.

Pandangan lain percaya bahwa benar-benar ada realita-realita atau standar absolut yang menentukan apa yang benar dan tidak benar. Karena itu suatu tindakan dapat dikatakan benar atau salah dengan membandingkannya dengan standar-standar yang absolut itu. Dapatkah Anda membayangkan kekacauan yang terjadi kalau saja tidak ada yang absolut, tidak ada realita? Ambil contoh hukum gravitasi. Kalau tidak ada yang absolut, suatu ketika Anda melangkah dan tahu-tahu terlempar tinggi ke udara, dan pada waktu lainnya, Anda sama sekali tidak dapat menggerakkan satu anggota tubuhpun. Tidak akan ada hukum-hukum sains, hukum-hukum fisika, segala sesuatu tidak akan ada artinya, dan tidak ada ukuran apapun, dan tidak ada yang benar dan salah. Betapa kacaunya; namun syukurlah kebenaran yang absolut itu ada, dapat ditemukan dan dipahami.

Bahwa ada orang yang membuat pernyataan bahwa tidak ada kebenaran mutlak sebenarnya adalah sesuatu yang tidak logis. Namun hari ini banyak orang yang memegang relativisme budaya yang pada hakekatnya menolak segala jenis kebenaran absolut. Pertanyaan yang bagus untuk ditanyakan pada orang yang mengatakan, “tidak ada kebenaran yang absolut” adalah: “Apakah Anda yakin secara mutlak?” Adalah tidak logis untuk membuat pernyataan seperti itu karena pernyataan yang absolut pada dirinya sendiri menolak segala yang absolut. Pada dasarnya pernyataan itu mengatakan bahwa tidak adanya kebenaran absolut adalah satu-satunya kebenaran absolut.

Ada beberapa masalah logis yang harus diatasi untuk menerima atau percaya bahwa tidak ada kebenaran absolut/kebenaran universal. Masalah pertama adalah kontradiksi dengan diri sendiri. Hal ini dapat disaksikan dari pertanyaan di atas dan kenyataan bahwa mereka yang bersiteguh bahwa tidak ada yang absolut pada kenyataannya percaya pada hal-hal yang absolut. Mereka yakin secara mutlak bahwa tidak ada yang mutlak. Filsafat semacam ini mengalahkan diri sendiri dan bertentangan dengan diri sendiri. Pernyataan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang absolut adalah bertentangan dengan apa yang mereka katanya percaya.

Masalah kedua dengan penolakan akan kebenaran absolut/kebenaran universal ini adalah fakta bahwa semua orang memiliki pengetahuan yang terbatas. Sebagai manusia dengan pengetahuan yang terbatas, kita tidak dapat secara logis membuat pernyataan negatif yang absolut. Misalnya: seseorang tidak bisa mengatakan secara logis: “Tidak ada Tuhan” (walaupun banyak yang melakukan hal ini), karena untuk mengatakan tidak ada Tuhan, mereka perlu memiliki pengetahuan absolut mengenai segenap alam semesta dari mula sampai akhirnya. Ketika orang mengatakan tidak ada Tuhan atau tidak ada kebenaran yang absolut (yang pada dasarnya adalah sama), secara rationil dan logis yang dapat mereka katakan adalah, “Dengan pengetahuan terbatas yang saya miliki, saya tidak percaya bahwa Tuhan itu ada,” atau “Dengan pengetahuan terbatas yang saya miliki saya tidak percaya bahwa ada sesuatu yang benar secara absolut.”

Masalah ketiga dengan penolakan atas kebenaran absolut/kebenaran universal adalah fakta bahwa hal itu tidak sesuai dengan apa yang kita ketahui dalam hati nurani kita, pengalaman kita, dan apa yang kita lihat dalam “dunia yang nyata.” Kalau tidak ada kebenaran absolut, maka tidak ada yang betul-betul salah atau benar mengenai apapun. Apa yang mungkin “benar bagi Anda” tidak berarti “benar bagi saya.” Sekalipun di atas permukaan model relativisme semacam ini sangat menarik, kalau ini diteruskan sampai pada kesimpulannya yang logis, akhirnya akan terbukti dapat menimbulkan bencana. Coba pertimbangkan kalau tidak ada kebenaran absolut dan segala sesuatu relatif (tidak ada standar apapun). Pada dasarnya yang terjadi adalah setiap orang menentukan peraturannya sendiri dan melakukan apa yang mereka anggap benar. Ini menimbulkan masalah saat apa yang dipandang benar oleh seseorang bertentangan dengan apa yang dipandang benar oleh orang lain. Contohnya: bagaimana kalau apa yang dianggap “benar bagi saya” adalah mengabaikan lampu lalulintas sekalipun sementara lampu merah? Dengan cara demikian, saya membahayakan hidup orang-orang lain. Atau saya beranggapan bahwa mencuri dari Anda itu baik dan Anda beranggapan bahwa itu tidak baik. Demikian pula seseorang mungkin saja memutuskan bahwa membunuh orang itu OK dan mulai berusaha membunuh semua orang yang mereka temui.

Jikalau tidak ada standar yang absolut, tidak ada kebenaran dan segalanya relatif, maka membunuh semua orang adalah sama benarnya dengan tidak membunuh semua orang. Mencuri sama benarnya dengan tidak mencuri. Kejam sama dengan tidak kejam. Betapa bahayanya akibat dari penolakan terhadap kebenaran absolut. Karena kalau tidak ada kebenaran absolut, tidak ada orang yang boleh mengatakan, “Kamu harus melakukan ini” atau “Kamu tidak boleh melakukan itu.” Kalau tidak ada kebenaran absolut, bahkan pemerintah sendiri tidak dapat atau tidak boleh memaksakan peraturan pada masyarakat. Dapatkah Anda melihat masalah yang akan terjadi? Kekacauan mutlak terjadi saat setiap orang melakukan apa yang benar dalam pandangan mereka. Jikalau tidak ada kebenaran mutlak, tidak ada standar benar atau salah yang harus kita pertanggungjawabkan, kita tidak akan pernah pasti mengenai apapun. Setiap orang bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan – membunuh, memperkosa, mencuri, berbohong, menipu, dll. dan tidak ada orang yang dapat mengatakan bahwa semua itu salah. Tidak akan ada pemerintah, tidak ada hukum, dan tidak ada keadilan karena orang bahkan tidak bisa mengatakan bahwa mayoritas berhak untuk membuat dan memaksakan hukum pada minoritas. Dunia tanpa yang mutlak adalah dunia yang paling mengerikan.

Zaman sekarang kita sering mendengar kalimat seperti “itu mungkin benar untuk kamu tapi tidak untuk saya.” Bagi mereka yang berpandangan bahwa tidak ada kebenaran absolut, kebenaran dipandang tidak lebih dari sekedar kegemaran pribadi atau sebuah sudut pandang, dan karena itu tidak boleh melampaui batasan-batasan pribadi. Karena itu tidak ada jawaban akhir terhadap makna hidup dan tidak ada harapan untuk hidup sesudah mati dalam bentuk apapun. Bentuk relativisme semacam ini mengakibatkan kekacauan agama, karena tidak ada satu agama yang benar, tidak ada satu jalan untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Karenanya semua agama salah karena mereka semua mengklaim mengajarkan atau percaya pada semacam hidup sesudah mati, semacam kebenaran absolut, Itu sebabnya bukan tidak lazim pada zaman sekarang bagi orang-orang untuk percaya bahwa dua agama yang bertentangan dapat sama-sama “benar” sekalipun keduanya mengklaim memiliki satu-satunya jalan ke surga atau mengajar dua “kebenaran” yang sama sekali bertolakbelakang. Orang-orang yang tidak percaya pada kebenaran yang absolut mengabaikan semua klaim ini dan memeluk universalisme yang lebih toleran yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan semuanya akan menuntun ke surga. Inilah sebabnya orang yang memeluk pandangan dunia semacam ni akan dengan keras melawan keKristenan injili yang percaya pada Alkitab yang mengatakan bahwa Yesus adalah “jalan, dan kebenaran, dan hidup.” Dan bahwa Dia adalah manifestasi paling utama dari kebenaran dan satu-satunya jalan ke Surga (Yohanes 14:6).

Sekalipun fakta bahwa menolak kebenaran absolut adalah tidak logis dan tidak masuk akal, pandangan bahwa “segalanya relatif” telah menjadi salah satu dari semboyan-semboyan dari generasi kita. Di banyak negara Barat, orang banyak menolak kemungkinan adanya kebenaran absolut. Hal ini mengakibatkan apa yang disebut oleh banyak orang sebagai masyarakat post-modernisme, yaitu masyarakat yang menganggap semua klaim yang berhubungan dengan nilai, kepercayaan, cara hidup dan kebenaran sebagai sama benarnya. Karena itu, mereka yang berpegang pada standar benar dan salah yang absolut dianggap kurang toleran dan sering dicela, dihina dan dikritik.

Kenyataannya toleransi telah menjadi sebuah nilai utama dalam masyarakan, satu-satunya yang absolut, dan karena itu hanya ada satu kejahatan, yaitu sikap tidak toleran. Dengan kata lain apa yang terjadi adalah sistim agama atau individu yang percaya pada dogma apapun – khususnya pada kebenaran mutlak – bersalah karena tidak toleran, dan satu-satunya yang tidak dapat diterima oleh masyarakat yang relatif dan mau benar secara politik adalah mereka yang percaya pada hal-hal yang absolut. Mereka yang menolak kebenaran yang absolut sering mengatakan bahwa boleh-boleh saja percaya apa yang Anda inginkan asal Anda tidak berusaha memaksakan kepercayaan Anda pada orang lain. Namun pandangan ini juga adalah pandangan yang percaya pada apa yang benar dan salah dan mereka yang berpegang pada pandangan ini tentulah berusaha menerapkan pandangan ini pada orang lain dan karena itu adalah munafik. Mereka menentukan standar tingkah laku yang mereka tuntut orang lain untuk ikuti dan karena itu melanggar apa yang mereka pura-pura pegang.

Pertanyaan yang butuh ditanyakan adalah mengapa mereka yang mempromosikan toleransi begitu tidak toleran terhadap orang-orang yang percaya pada kebenaran absolut? Dan mengapa orang begitu rela memeluk kepercayaan yang mengancam untuk menghancurkan lapisan masyarakat dan yang pada hakekatnya tidak masuk akal dan tidak logis? Alasan yang sederhana adalah bahwa orang tidak mau bertanggung jawab untuk tindakan-tindakan mereka. Jikalau ada kebenaran absolut, maka akan ada standar yang absolut mengenai benar dan salah, dan kita harus bertanggung jawab pada standar-standar itu. Tanggung jawab inilah yang orang-orang berusaha untuk tolak dalam penolakan mereka akan kebenaran absolut.

Penyangkalan akan kebenaran absolut/kebenaran universal dan budaya relativisme yang merupakan hasilnya adalah merupakan akibat logis dari yang percaya pada teori evolusi sebagai penjelasan untuk kehidupan. Kalau evolusi itu benar, maka hidup tidak ada artinya, kita tidak punya tujuan, dan tidak ada benar dan salah secara absolut. Akibatnya manusia bebas untuk hidup semaunya dan tidak perlu bertanggung jawab untuk apa yang diperbuatnya. Namun demikian, betapapun kerasnya manusia yang berdosa berusaha menolak keberadaan Allah dan kebenarannya yang mutlak, suatu hari mereka masih tetap akan berdiri di hadapanNya untuk dihakimi. Alkitab mengatakan, “Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.” (Roma 1:18-22)

Pertanyaan terakhir yang patut kita pertanyakan ketika mempertimbangkan apakah kebenaran absolut betul-betul ada atau tidak, adalah apakah ada bukti mengenai keberadaan kebenaran mutlak? Jikalau kita mempertimbangkan pertanyaan ini dengan hati-hati, dengan cepat akan kelihatan bahwa sesungguhnya ada bukti-bukti yang menunjuk pada adanya kebenaran absolut. Bukti pertama dari keberadaan kebenaran absolut dapat disaksikan dari hati nurani kita. Hati nurani kita memberitahu kita bahwa dunia harusnya “begini,” bahwa ada hal-hal yang “benar” dan ada yang “salah.” Hati nurani kita menolong kita mengerti bahwa ada yang tidak benar dengan penderitaan, kelaparan, pemerkosaan, kesakitan dan kejahatan. Hati nurani kita menolong kita menyadari bahwa kasih, kemurahan, belas kasihan dan damai adalah hal-hal positif yang kita perlu perjuangkan. Alkitab menjelaskan peranan hati nurani dalam Roma 2:14-16, “ Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.”

Bukti kedua mengenai keberadaan kebenaran absolut dapat dilihat dalam sains. Sains pada dasarnya adalah usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Sains adalah belajar apa yang kita ketahui dan usaha untuk mengetahui lebih banyak. Karena itu semua penyelidikan ilimiah harus didasarkan pada kepercayaan bahwa ada realita-realita obyektif yang ada dalam dunia ini. Tanpa hal-hal yang absolut, apa yang dapat dipelajari secara ilmiah? Bagaimana mungkin orang tahu bahwa penemuan mereka itu benar adanya? Bahkan hakekat dari hukum-hukum sains harus dilandaskan pada kepastian kebenaran absolut.

Bukti ketiga dari keberadaan kebenaran absolut/kebenaran universal adalah keberadaan agama. Semua agama di dunia ini adalah usaha untuk memberi arti dan mendefinisikan hidup. Agama lahir dari fakta bahwa manusia menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar berada. Di balik dari semua agama adalah dasar kepercayaan bahwa hidup adalah lebih dari sekedar berada secara fisik sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini. Melalui agama orang berusaha untuk mendapatkan jaminan dan harapan untuk hari depan, untuk pengampunan dosa, untuk damai di tengah pergumulan, dan untuk jawaban terhadap pertanyaan kita yang paling mendalam. Agama adalah bukti bahwa manusia lebih dari sekedar binatang yang berevolusi ke tingkat tinggi. Agama adalah bukti dari makna yang lebih tinggi, dan fakta adanya Pencipta yang pribadi dan berencana, yang menanamkan dalam diri manusia keinginan untuk mengenal Dia. Dan kalau ada Pencipta, maka Dia menjadi standar dari kebenaran absolut dan adalah otoritasNya yang menegakkan kebenaran itu.

Untungnya bagi kita Pencipta seperti itu ada, dan Dia telah mengungkapkan bukan hanya diriNya sendiri, namun juga kebenaranNya kepada kita melalui kata-kataNya sendiri, Alkitab. Jikalau kita mau mengenal kebenaran absolut/kebenaran universal, satu-satunya jalan untuk melakukannya adalah melalui hubungan pribadi dengan Dia yang mengklaim sebagai “Kebenaran,” Yesus Kristus. “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Fakta bahwa kebenaran absolut ada mengarahkan kita pada kebenaran bahwa ada Allah yang berdaulat yang menciptakan langit dan bumi, dan yang telah menyatakan diriNya kepada kita, supaya kita dapat mengenal Dia secara pribadi melalui PutraNya, Yesus Kristus.

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

Bagaimana sejarah keKristenan?

Jawaban: KeKristenan memiliki pengaruh yang luas dalam masyarakat umum – kesenian, bahasa, politik, hukum, kehidupan keluarga, penanggalan, musik, dan cara berpikir kita semua ini telah diwarnai oleh pengaruh keKristenan hampir 2000 tahun lamanya. Karena itu kisah tentang Gereja adalah sesuatu yang penting untuk diketahui.

Sejarah KeKristenan – Permulaan Gereja
Gereja dimulai 40 hari sesudah kebangkitan Yesus (sekitar 30 A.D.) Yesus sudah berjanji bahwa Dia akan mendirikan gerejaNya (Matius 16:18), dan dengan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah 2:1-4), Gereja (“kumpulan yang dipanggil keluar”) secara resmi dimulai. Tiga ribu orang menerima khotbah Petrus pada hari itu dan memilih untuk mengikuti Kristus.

Petobat-petobat pertama kepada keKristenan adalah orang-orang Yahudi atau peganut-penganut Yudaisme, dan gereja berpusat di Yerusalem. Karena itu keKristenan pada mulanya dipandang sebagai sekte Yahudi, sama seperti orang-orang Farisi, Saduki, atau Essenes. Namun demikian, apa yang dikhotbahkan para Rasul berbeda secara radikal dari apa yang diajarkan oleh kelompok-kelompok Yahudi lainnya. Yesus adalah Mesias orang Yahudi (Raja yang Diurapi) yang datang untuk menggenapi Hukum Taurat (Matius 5:17) dan mendirikan Perjanjian Baru yang berdasarkan pada kematianNya (Markus 14:24). Berita ini, dan tuduhan bahwa mereka telah membunuh Mesias mereka sendiri, membuat banyak pemuka Yahudi menjadi marah, dan beberapa orang, seperti Saul dari Tarsus, mengambil tindakan untuk memusnahkan “Jalan” itu (Kisah 9:1-2).

Adalah amat tepat untuk mengatakan bahwa keKristenan berakar pada Yudaisme. Perjanjian Lama meletakkan landasan bagi Perjanjian Baru dan tidak mungkin untuk memahami keKristenan secara penuh tanpa pengetahuan akan Perjanjian Lama (lihat kitab Matius dan Ibrani). Perjanjian Lama menjelaskan kebutuhan akan seorang Mesias, mengandung sejarah umat kepunyaan Mesias, dan menubuatkan kedatangan Mesias. Perjanjian Baru adalah mengenai datangnya Mesias dan karyaNya untuk menyelamatkan kita dari dosa. Dalam hidupNya, Yesus menggenapi lebih dari 300 nubuat yang terinci, membuktikan bahwa Dialah yang dinanti-nantikan oleh Perjanjian Lama.

Sejarah KeKristenan – Pertumbuhan Gereja Mula-Mula
Tidak lama setelah Pentakosta, pintu gereja terbuka kepada orang-orang bukan Yahudi. Rasul Filipus berkhotbah kepada orang-orang Samaria (Kisah 8:5), dan banyak dari mereka yang percaya kepada Kristus. Rasul Petrus berkhotbah kepada rumah tangga Kornelius yang bukanlah orang Yahudi (Kisah 10) dan mereka juga menerima Roh Kudus. Rasul Paulus (mantan penganiaya gereja0 memberitakan Injil di seluruh dunia Greko-Romawi, sampai ke Roma sendiri (Kisah 28:16) dan bahkan mungkin sampai ke Spanyol.

Pada tahun 70, tahun di mana Yerusalem dihancurkan, kitab-kitab Perjanjian Baru telah lengkap dan beredar di antara gereja-gereja. Untuk 240 tahun berikutnya, orang-orang Kristen dianiaya oleh Roma, kadang secara acak, kadang atas perintah pemerintah.

Pada abad kedua dan ketiga, kepemimpinan gereja mejadi makin hirakhis seiring dengan peningkatan jumlah. Beberapa ajaran sesat diungkapkan dan ditolak pada zaman ini, dan kanon Perjanjian Baru disepakati. Penganiayaan terus meningkat.

Sejarah KeKristenan – Bangkitnya Gereja Roma
Kemudian pada tahun 312 A.D. Kaisar Roma, Konstantin mengaku mendapatkan pengalaman pertobatan. Sekitar 70 tahun kemudian, pada masa pemerintahan Theodosius, keKristenan menjadi agama resmi dari kekaisaran Romawi. Para Bishop diberi tempat terhormat dalam pemerintahan, dan pada tahun 400 A.D. istilah Romawi dan Kristen pada dasarnya sama.

Setelah Konstantin, orang-orang Kristen tidak lagi dianiaya. Pada waktu itu, orang-orang tidak percaya yang mengalami penganiayaan, kecuali kalau mereka “bertobat” kepada keKristenan. Pertobatan yang dipaksa semacam ini mengakibatkan banyak orang yang bergereja tanpa mengalami perubahan hati yang sejati. Orang-orang ini membawa berhala-berhala mereka dan kebiasaan-kebiasaan mereka, dan gereja berubah: ikon-ikon, desain arsitektur yang ruwet, perjalanan ziarah, dan pemujaan orang-orang suci ditambahkan kepada ibadah gereja mula-mula yang sederhana. Kira-kira pada saat yang hampir sama, beberapa orang Kristen meninggalkan Roma dan memilih untuk tinggal secara terpencil sebagai biarawan, dan baptisan bayi diperkenalkan sebagai cara untuk menyucikan dosa asal.

Dalam abad-abad berikutnya, berbagai konsili gereja dilakukan untuk menentukan doktrin resmi gereja, untuk mengecam perlakuan salah terhadap para pelayan Tuhan, dan untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai. Dengan makin melemahkan Kekaisaran Roma, gereja menjadi makin berkuasa dan makin banyak pertentangan antara gereja-gereja di Barat dan Timur. Gereja Barat (Latin), berpusat di Roma, mengklaim otoritas kerasulan terhadap semua gereja. Bishop Roma bahkan mulai menyebut diri “Paus” (Bapa). Hal ini tidak dapat diterima dengan baik oleh Gereja Timur (Gerika) yang berpusat di Konstantinopel. Perbedaan teologis, politis, prosedural dan bahasa mengakibatkan Perpecahan Besar pada 1054 di mana Gereja Katolik (Universal) Roma dan Gereja Ortodoks Timur saling mengucilkan satu dengan yang lainnya dan memutuskan hubungan.

Sejarah KeKristenan – Abad Pertengahan
Selama Abad Pertengahan di Eropah, Gereja Katolik Roma terus memegang kekuasaan, dengan Paus sebagai pemegang kekuasaan atas semua jenjang kehidupan dan hidup seperti raja. Korupsi dan ketamakan dalam kepemimpinan gereja adalah hal yang umum. Dari tahun 1095 sampai 1204 para Paus mendukung serangkaian perang salib yang berdarah dan mahal dalam usaha untuk mengusir kaum kaum Muslimin dan membebaskan Yerusalem.

Sejarah KeKristenan - Reformasi
Selama bertahun-tahun berbagai individu telah berusaha menyoroti penyalahgunaan teologis, politis, dan hak asasi manusia yang dilakukan oleh Gereja Roma. Semua dibungkamkan dengan satu atau lain cara. Namun pada tahun 1517, seorang biarawan Jerman bernama Martin Luther mengambil sikap melawan Gereja, dan semua orang mendengarnya. Dengan Luther hadirlah Reformasi Prostestan, dan Abad Pertengahan berakhir.

Para Reformator, termasuk Luther, Calvin, and Zwingli, berbeda dalam banyak detil teologia, namun mereka konsisten dalam penekanan mereka akan Alkitab sebagai otoritas tertinggi yang melampaui tradisi gereja dan fakta bahwa orang-orang berdosa diselamatkan oleh anugrah melalui iman semata, bukan karena pekerjaan (Efesus 2:8-9).

Sekalipun Katolisisme muncul kembali di Eropah, dan serangkai peperangan antara Protestan dan Katolik terjadi, Reformasi berhasil meruntuhkan kekuasaan Gereja KaIolik Roma dan membantu membuka pntu kepada abad modern.

Sejarah KeKristenan – Abad Misi
Pada tahun 1790 sampai 1900 gereja memperlihatan minat yang luar biasa pada pekerjaan misi. Kolonisasi telah mebuka mata pada pentingnya misi dan industrialisasi menyediakan orang dengan kekuatan dana untuk mendanai para misionari. Para misionari pergi ke seluruh dunia memberitakan Injil dan gereja berdiri di mana-mana.

Sejarah KeKristenan – Gereja Modern
Saat ini Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan mereka yang rusak, sebagaimana dilakukan pula oleh Katolik dan Lutheran. Gereja injili berdiri sendiri dan berakar kuat dalam teologia Reformed. Gereja juga menyaksikan bangkitnya Pentakostalisme, gerakan Karismatik, oikumenisme dan berbagai ajaran sesat.

Sejarah KeKristenan – Apa Yang Kita Pelajari Dari Sejarah Kita
Kalaupun kita hanya belajar satu hal dari sejarah Gereja, kita perlu mengenali pentingnya “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya (Kolose 3:16). Setiap kita bertanggung jawab untuk mengetahui apa kata Alkitab dan untuk hidup menaatinya. Ketika gereja melupakan apa yang diajarkan Alkitab dan mengabaikan pengajaran Yesus, kekacauan merajalela.

Saat ini ada banyak gereja, namun hanya satu injil. Itu adalah “mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.” (Yudas 3). Mari kita dengan hati-hati mempertahankan iman itu dan meneruskannya tanpa mengubahnya. Dan kiranya Tuhan terus memenuhi janjiNya untuk membangun gerejaNya.

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

17 Mei 2014

Bagaiamana supaya saya tidak masuk neraka?


Jawaban: Tidak pergi ke neraka adalah lebih gampang daripada yang Anda pikir. Ada orang percaya bahwa mereka harus menaati Sepuluh Hukum seumur hidup mereka untuk supaya tidak masuk ke neraka. Ada orang percaya mereka harus mempelajari upacara-upacara dan tradisi-tradisi agama tertentu demi untuk supaya tidak masuk ke neraka. Ada orang percaya tidak mungkin kita dapat mengetahui dengan pasti apakah kita akan pergi ke neraka atau tidak. Tidak satu pun dari pandangan-pandangan ini benar adanya. Alkitab sangat jelas dalam hal bagaimana seseorang bisa menghindari masuk ke neraka setelah kematian.

Alkitab menggambarkan neraka sebagai suatu tempat yang menyeramkan dan mengerikan. Neraka digambarkan sebagai “api yang kekal” (Matius 25:41), “api yang tidak terpadamkan” (Matius 3:12), “kehinaan dan kengerian yang kekal” (Daniel 12:2), suatu tempat di mana “api tidak padam” (Markus 9:44-49), dan “kebinasaan selama-lamanya” (2 Tesalonika 1:9). Wahyu 20:10 menggambarkan neraka sebagai “lautan api dan belerang” di mana orang jahat disiksa siang dan malam sampai selama-lamanya” (Wahyu 20:10). Jelaslah, neraka adalah suatu tempat yang kita harus hindari.

Mengapa neraka ada dan mengapa Allah mengirim orang-orang ke sana? Alkitab memberitahu kita bahwa Allah “menyediakan” neraka untuk iblis dan malaikat-malaikat yang jatuh setelah mereka memberontak melawan Dia (Matius 25:41). Mereka yang menolak penawaran Allah akan pengampunan akan menderita nasib kekal yang sama dengan iblis dan malaikat-malaikat yang jatuh. Mengapa neraka itu perlu? Semua dosa pada dasarnya adalah melawan Allah (Mazmur 51:4), dan karena Allah adalah tidak terbatas dan kekal, maka hanya hukuman yang tak terbatas dan kekal saja yang cukup. Neraka adalah tempat di mana tuntutan yang suci dan benar dari keadilan Allah dinyatakan. Neraka adalah tempat di mana Allah mengutuk dosa dan semua orang yang menolak Dia. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita semua telah berbuat dosa (Pengkhotbah 7:20; Roma 3:10-23), sehingga sebagai akibatnya, kita semua layak untuk masuk ke neraka.

Jadi, bagaimana kita bisa tidak masuk ke neraka? Karena hanya hukuman yang tak tebatas dan kekal sajalah yang cukup, maka harga yang tak terbatas dan kekal harus dibayar. Allah menjadi manusia dalam Yesus Kristus. Dalam Yesus Kristus, Allah tinggal di antara kita, mengajar kita, menyembuhkan kita—tetapi hal itu bukan misi-nya yang dasar. Allah menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14) supaya Dia bisa mati untuk kita. Yesus, Allah dalam rupa manusia, mati di kayu salib. Sebagai Allah, kematian-Nya adalah tak terbatas dan bernilai kekal, melunasi harga dosa (1 Yohanes 2:2). Allah mengundang kita untuk menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat, menerima kematian-Nya sebagai tebusan penuh dan adil bagi dosa-dosa kita. Allah berjanji bahwa setiap orang yang percaya dalam Yesus (Yohanes 3:16), percaya kepada-Nya sebagai Juruselamat (Yohanes 14:6), akan diselamatkan, yaitu tidak masuk ke neraka.

Allah tidak ingin seorang pun masuk ke neraka (2 Petrus 3:9). Karena itu Allah membuat pengorbanan yang terbesar, sempurna, dan memadai. Jika Anda tidak ingin masuk ke neraka, terimalah Yesus sebagai Juruselamatmu. Hanya sesederhana itu. Katakanlah kepada Allah bahwa Anda mengakui Anda adalah orang berdosa dan bahwa Anda layak masuk neraka. Nyatakanlah kepada Allah bahwa Anda percaya dalam Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Mengucap syukurlah kepada Allah untuk keselamatan dan pembebasan dari neraka yang Dia sediakan untuk Anda. Iman yang sederhana, percaya dalam Yesus Kristus sebagai Juruselamat, adalah cara Anda dapat menghindari masuk ke neraka.

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

Apa artinya Yesus menyelamatkan?

Jawaban: "Yesus menyelamatkan” adalah slogan populer di sticker mobil, pada acara-acara olahraga, dan di spanduk yang ditarik pesawat kecil di udara. Sayangnya, tidak banyak yang melihat frasa “Yesus menyelamatkan” yang betul-betul secara penuh mengerti apa maksudnya. Ada kuasa dan kebenaran yang amat dahsyat yang terkandung dalam kedua kata itu.

Yesus menyelamatkan, namun siapakah Yesus itu?
Kebanyakan orang tahu bahwa Yesus adalah seseorang yang pernah hidup di Israel sekitar 2000 tahun lampau. Hampir setiap agama dalam dunia memandang Yesus sebagai guru yang baik dan/atau seorang nabi. Dan sekalipun hal-hal itu memang benar mengenai Yesus, semuanya itu tidak mengungkapkan siapakah Yesus sesungguhnya, dan juga tidak menjelaskan bagaimana atau mengapa Yesus menyelamatkan. Yesus adalah Allah dalam wujud manusia (Yohanes 1:1, 14). Yesus adalah Allah, datang ke dunia, sebagai manusia sejati (1 Yohanes 4:2). Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus guna menyelamatkan kita. Ini menghasilkan pertanyaan berikut: mengapa kita perlu diselamatkan?

Yesus menyelamatkan, namun mengapa kita perlu diselamatkan?
Alkitab menyatakan bahwa setiap manusia yang pernah hidup telah berdosa (Pengkhotbah 7:20; Roma 3:23). Berdosa adalah melakukan sesuatu, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan yang bertentangan dengan karakter Allah yang sempurna dan suci. Karena dosa kita, kita layak mendapatkan hukuman dari Allah (Yohanes 3:18, 36). Allah itu adil, sehingga Dia tidak bisa membiarkan dosa dan kejahatan tidak dihukum. Karena Allah itu tanpa batas dan kekal, dan karena semua dosa pada dasarnya adalah terhadap Allah (Mazmur 51:4), hanya hukuman yang tanpa batas dan kekal yang mencukupi. Kematian kekal adalah satu-satunya hukuman yang adil untuk dosa. Itu sebabnya kita perlu diselamatkan.

Yesus menyelamatkan, namun bagaimana Dia menyelamatkan?
Karena kita telah berdosa terhadap Allah yang tidak terbatas, maka orang yang terbatas (kita) harus membayar dosa-dosa kita untuk waktu yang tidak terbatas, atau Pribadi yang tidak terbatas (Yesus) harus membayar dosa-dosa kita satu kali. Tidak ada pilihan lain. Yesus menyelamatkan kita dengan mati menggantikan kita. Dalam diri Yesus Kristus, Allah mengorbankan diri-Nya sendiri demi untuk kita, membayar hukuman yang tidak terbatas dan kekal yang hanya Dia yang sanggup untuk bayar (2 Korintus 5:21; 1 Yohanes 2:2). Yesus menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung demi untuk menyelamatkan kita dari nasib kita yang kekal, hukuman yang adil untuk dosa-dosa kita. Karena kasiih-Nya yang besar untuk kita, Yesus menyerahkan nyawa-Nya (Yohanes 15:13), membayar hukuman yang telah kita dapatkan tapi tidak sanggup kita tanggung. Kemudian Yesus dibangkitkan, menunjukkan bahwa kematian-Nya memang sudah cukup untuk membayar hukuman dosa kita (1 Korintus 15).

Yesus menyelamatkan, namun siapa yang Dia selamatkan?
Yesus menyelamatkan semua yang bersedia menerima karunia keselamatan-Nya. Yesus menyelamatkan semua yang percaya pada pengorbanan-Nya sebagai pembayaran untuk dosa (Yohanes 3:16; Kisah 16:31). Sekalipun pengorbanan Yesus cukup untuk membayar dosa dari seluruh umat manusia, Yesus hanya menyelamatkan mereka yang secara pribadi menerima karunia-Nya yang paling berharga (Yohanes 1:12).

Kalau Anda sekarang mengerti apa artinya Yesus menyelamatkan, dan Anda ingin percaya kepada-Nya sebagai Juruselamat pribadi Anda, pastikan bahwa Anda mengerti dan percaya hal-hal berikut, dan sebagai pernyataan iman, menyatakan ini kepada Allah. “Tuhan, saya tahu saya orang berdosa, dan saya tahu bahwa karena dosa saya maka saya layak untuk terpisah dariMu secara kekal. Sekalipun saya tidak layak mendapatkannya, terima kasih untuk kasih-Mu kepadaku dan untuk menyediakan korban untuk dosa-dosa saya melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Saya percaya bahwa Yesus telah mati untuk dosa-dosa saya dan saya percaya hanya Dia saja yang sanggup menyelamatkan saya. Mulai dari saat ini, tolong saya untuk menghidupi hidup saya bagi Engkau dan bukannya bagi dosa. Tolong saya menghidupi sisa hidup saya dengan rasa terima kasih untuk keselamatan yang berharga yang telah Engkau sediakan. Terima kasih Yesus, untuk menyelamatkan saya!”

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

16 Mei 2014

Penyebab Kepintaran Bangsa Yahudi

Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar ?”

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.

yahudi11 Rahasia Kecerdasan Orang Orang Yahudi; Ambil yang Baik Buang yang Buruk 

Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?”
Dia menjawab, “Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius.”
Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.

Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan. Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.

yahudi2 Rahasia Kecerdasan Orang Orang Yahudi; Ambil yang Baik Buang yang Buruk 

Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.

Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),”
ungkapnya.

Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

yahudi32 Rahasia Kecerdasan Orang Orang Yahudi; Ambil yang Baik Buang yang Buruk 

Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.

Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.

Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).

yahudi 4 Rahasia Kecerdasan Orang Orang Yahudi; Ambil yang Baik Buang yang Buruk 

Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris.

Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !” katanya.Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.

Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik . Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta !

Anda terperanjat?

Itulah kenyataannya, dan bagaimana dengan di negeri kita? Apa syarat kelulusan? Banyak yang hanya dengan syarat mencapai nilai 60 saja, bahkan ada beberapa yang hanya cukup dengan nilai 55 saja, dan malah banyak yang di katrol. Praktek Kerja Lapangan hanya sekedarnya, tidak benar-benar memikirkan sebuah proyek yang berguna bagi UMMAT. Setidaknya, ini yang harus kita cermati & perbaiki.

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

12 Mei 2014

Adakah hidup kekal?

Jawaban: Alkitab menunjukan jalan yang jelas untuk mendapatkan hidup kekal. Pertama, kita perlu mengakui bahwa kita telah berdosa kepada Tuhan: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Kita semua telah melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan dan pantas menerima hukuman. Karena pada dasarnya semua dosa kita adalah kepada Tuhan yang kekal, maka hanya penghukuman kekal yang pantas kita terima. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).

Namun demikian, Yesus Kristus, Anak Allah yang kekal dan tanpa dosa (1 Petrus 2:22) telah menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14) dan mati untuk membayar hukuman kita. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8). Yesus Kristus mati di salib (Yohanes 19:31-42), dan menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung (2 Korintus 5:21). Tiga hari kemudian, Dia bangkit dari antara orang mati (1 Korintus 15:1-4), menyatakan kemenanganNya atas dosa dan kematian. “Yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Petrus 1:3).

Dengan iman kita harus meninggalkan dosa kita dan berbalik kepada Kristus untuk mendapatkan keselamatan (Kisah Rasul 3:19). Jika kita menaruh iman kita kepadaNya, percaya kepada kematianNya di atas salib untuk membayar dosa-dosa kita, kita akan diampuni dan diberikan hidup kekal di surga. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9). Hanya iman di dalam karya Yesus yang telah diselesaikan di atas salib yang merupakan satu-satunya jalan kepada hidup kekal! “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

Jikalau Anda ingin menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda, berikut ini adalah sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya dengan percaya kepada Yesus yang dapat menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini hanyalah sebuah cara untuk mengungkapkan iman Anda kepada Tuhan dan berterima kasih kepadaNya untuk menyediakan keselamatan Anda. “Tuhan, saya tahu saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah mengambil hukuman yang sepantasnya saya tanggung supaya melalui iman kepadaNya saya bisa diampuni. Saya bertobat dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk keselamatanku. Terima kasih untuk anugrah dan pengampunanMu yang ajaib, untuk anugrah hidup kekal! Amin!”

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

9 Mei 2014

Apa itu rencana keselamatan?

Jawaban: Apakah Anda lapar? Bukan lapar secara fisik, tetapi apakah Anda lapar untuk hidup yang lebih baik? Apakah di dalam diri Anda ada sesuatu yang tidak pernah dipuaskan? Jika demikian, Yesus adalah jalannya. Yesus berkata, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yohanes 6:35).

Apakah Anda kebingungan? Apakah Anda sepertinya tidak pernah menemukan dan mengerti jalan kehidupan? Apakah hidup Anda seperti dalam kegelapan dan Anda tidak bisa mencari cara untuk meneranginya? Jika demikian, Yesuslah jalannya. Yesus mengatakan,"Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12).

Apakah Anda merasa terkunci? Anda mencoba berbagai pintu, dan yang Anda temukan adalah kekosongan dan hal-hal yang tidak ada artinya? Apakah Anda mencari pintu masuk kepada hidup yang berkelimpahan? Kalau demikian, Yesuslah jalannya! Yesus berkata, “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput” (Yohanes 10:9).

Apakah orang lain mengecewakan Anda? Apakah relasi Anda dengan orang lain dangkal dan kosong? Apakah Anda merasa bahwa orang lain selalu berusaha memanfaatkan Anda? Jika demikian, Yesuslah jalannya. Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; … Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku” (Yohanes 10:11,14).

Apakah Anda memikirkan apa yang terjadi setelah Anda meninggal dunia? Apakah Anda capek dengan hal-hal yang pada akhirnya rusak dan hancur? Apakah Anda sering merenungkan apakah hidup ini ada artinya? Apakah Anda ingin hidup setelah mati? Jika demikian, Yesuslah jalannya! Yesus menyatakan, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:25-26).

Apakah jalan itu? Apakah kebenaran itu? Apakah hidup? Yesus menjawab,"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).

Kelaparan yang Anda rasakan adalah kelaparan rohani, dan hanya dapat dikenyangkan oleh Yesus. Yesus adalah Satu-satunya yang dapat menerangi kegelapan Anda. Yesus adalah Pintu kepada hidup yang berkelimpahan. Yesus adalah Sahabat dan Gembala yang Anda cari-cari. Yesus adalah Hidup – sekarang dan akan datang. Yesus adalah Jalan keselamatan!

Penyebab dari kelaparan Anda, penyebab dari kegelapan yang melingkupi hidup Anda, penyebab dari kegagalan Anda mendapatkan makna hidup, semua itu adalah karena Anda terpisah dari Tuhan. Alkitab memberitahukan bahwa kita semua telah berdosa dan karena itu kita terpisah dari Tuhan (Pengkhotbah 7:20; Roma 3:23). Kekosongan yang Anda rasakan dalam hati adalah karena Tuhan tidak ada dalam hidup Anda. Kita diciptakan untuk berhubungan dengan Allah. Karena dosa kita, kita tidak dapat memiliki hubungan itu. Yang lebih parah lagi, dosa akan menyebabkan kita terpisah dari Tuhan untuk kekekalan, dalam hidup ini dan sesudahnya (Roma 6:23; Yohanes 3:36).

Bagaimana masalah ini dapat diselesaikan? Yesuslah jalannya. Yesus memikul dosa-dosa kita (2 Korintus 5:21). Yesus mati menggantikan kita (Roma 5:8) menanggung hukuman yang sepantasnya kita tanggung. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari antara orang mati, membuktikan kemenanganNya atas dosa dan kematian (Roma 6:4-5). Mengapa Dia melakukannya? Yesus sendiri menjawab pertanyaan ini, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13). Yesus mati supaya kita bisa hidup. Jika kita beriman kepada Yesus, percaya kepada kematianNya sebagai pembayaran atas dosa-dosa kita, semua dosa kita diampuni dan dibersihkan. Kelaparan rohani kita akan dikenyangkan. Terang akan bernyala. Kita akan mendapatkan jalan kepada hidup yang berkelimpahan. Kita akan mengenal Sahabat sejati dan Gembala kita yang baik. Kita akan tahu bahwa kita akan memiliki hidup setelah meninggalkan dunia ini, hidup dalam kebangkitan bersama dengan Yesus di surga untuk selama-lamanya.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

Saya seorang Muslim, mengapa saya perlu mempertimbangkan untuk menjadi seorang Kristen?

Jawaban: Mungkin aspek terpenting dalam hubungan antara Islam dan keKristenan adalah apa yang dikatakan oleh Qur’an mengenai Yesus. Qur’an mengatakan bahwa Allah mengutus Yesus dan mendukungNya dengan Roh Kudus (Sura 2:87), bahwa Allah mempermuliakan Yesus (Sura 2:253), bahwa Yesus benar adanya dan tidak berdosa (sura 3:46; 6:85; 19:19), bahwa Yesus dibangkitkan dari antara orang mati (Sura 19:33-34), bahwa Allah memerintahkan Yesus untuk mendirikan agama (Sura 42:13), dan bahwa Yesus naik ke Surga (sura 4:157-158). Karena itu, orang-orang Muslim yang sejati perlu mengenal dan memahami pengajaran-pengajaran Yesus dan menaatinya (sura 3:48-49; 5:46).

Pengajaran-pengajaran Yesus dicatat oleh para muridNya secara terperinci dalam kitab-kitab Injil. Sura 5:111 mengatakan bahwa para murid diwahyukan oleh Allah untuk percaya pada Yesus dan beritaNya. Sura 61:6,14 menunjuk Yesus dan para muridNya sebagai penolong-penolong Allah. Sebagai penolong-penolong Allah, para murid Yesus pastilah mencatat pengajaran Yesus dengan akurat. Qur’an menginstruksikan orang-orang Muslim untuk menjunjung tinggi dan menaati Taurat dan Injil (Sura 5:44-48). Jikalau Yesus sama sekali tidak berdosa, segala yang diajarkanNya adalah sepenuhnya benar. Jikalau para murid Yesus adalah penolong-penolong Allah, mereka pasti mencatat pengajaran Yesus dengan akurat.

Melalui Muhammad, Allah, dalam Qur’an menginstruksikan orang-orang Muslim untuk mempelajari Injil. Allah tidak akan memberi instruksi semacam itu jikalau Injil telah dikorup. Karena itu, salinan-salinan Injil pada zaman Muhammad adalah akurat dan dapat dipercaya. Ada salinan-salinan Injil yang mendahului zaman Muhammad sampai 450 tahun lamanya. Sebetulnya ada ribuan naskah-naskah Injil. Dengan membandingkan salinan-salinan yang paling kuno, dengan salinan dari zaman Muhammad, dan salinan dari zaman sesudah Muhammad dapat dilihat dengan jelas bahwa semua salinan Injil adalah konsisten dalam apa yang dikatakan mengenai Yesus dan pengajaran-pengajaranNya. Sama sekali tidak ada bukti bahwa Injil telah dikorup. Karena itu kita dapat yakin bahwa semua pengajaran Yesus adalah benar adanya, bahwa pengajaranNya dicatat dengan akurat dalam Injil, dan bahwa Allah memelihara keakuratan Injil.

Apakah yang dicatat oleh Injil mengenai Yesus? Dalam Yohanes 14:6 Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Yesus mengajarkan bahwa Dia adalah satu-satunya jalan kepada Allah. Dalam Matius 20:19 Yesus berkata bahwa Dia akan disalibkan, mati dan akan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Injil dengan jelas mencatat bahwa semua ini terjadi persis sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan oleh Yesus (Matius 27-28; Markus 15-16; Lukas 23-24; Yohanes 19-21). Mengapa Yesus, nabi agung dari Allah, mengijinkan diriNya dibunuh? Mengapa Allah mengizinkannya? Yesus mengatakan “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13). Yohanes 3:16 berkata bahwa kasih Allah kepada kita cukup besar untuk mengirim Yesus untuk menjadi kurban menggantikan kita.

Mengapa kita memerlukan Yesus untuk mengorbankan hidupNya untuk kita. Ini adalah KUNCI perbedaan antara Islam dan keKristenan. Islam mengajarkan bahwa Allah menghakimi kita berdasarkan apakah perbuatan baik kita lebih berat dari kejahatan kita. KeKristenan mengajarkan bahwa tidak ada seorangpun yang mampu memiliki kebaikan yang lebih dari kejahatan mereka. Bahkan jika sekalipun ada kemungkinan untuk perbuatan baik lebih berat dari kejahatan, Allah begitu sucinya sehingga Dia tidak dapat mengijinkan seseorang masuk Surga kalau orang itu telah melakukan satu saja dosa. Hal ini meninggalkan kita dengan jalan ke neraka sebagai satu-satunya tempat untuk melewatkan kekekalan. Kesucian Allah menuntut penghakiman kekal bagi dosa. Itu sebabnya Yesus harus berkorban untuk kita.

Sebagaimana diajarkan oleh Qur’an, Yesus sama sekali tidak berdosa. Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup sepanjang hidupnya tanpa berdosa satu kalipun? Tidak mungkin. Kalau begitu, bagaimana Yesus dapat mencapainya? Yesus lebih dari sekedar manusia. Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia dan Allah adalah satu (Yohanes 10:30), Yesus mengumumkan diriNya sebagai Allah dari Taurat (Yohanes 8:58). Injil dengan jelas mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia (Yohanes 1:1, 14). Allah tahu bahwa kita semua telah berbuat dosa dan karena itu tidak dapat masuk Surga. Allah tahu bahwa satu-atunya cara untuk dosa kita diampuni adalah kalau hutang dosa kita dilunasi. Allah tahu bahwa hanya Dia yang dapat membayar harga yang begitu tak terbatas. Allah telah menjadi manusia – Yesus Kristus – hidup secara sama sekali tak berdosa (Sura 3:46; 6:85; 19:19), mengajarkan berita yang sempurna, dan mati menggantikan kita, untuk membayar hukuman dosa kita. Allah melakukan ini karena Dia mengasihi kita, karena Dia ingin kita melewatkan kekekalan bersama dengan Dia di Surga.

Jadi apa artinya ini bagi Anda? Yesus adalah kurban yang sempurna untuk dosa-dosa kita. Allah menawarkan pengampunan dan keselamatan kepada kita semua jikalau kita mau menerima hadiahNya ini (Yohanes 1:12), percaya pada Yesus sebagai Juruselamat yang telah menyerahkan hidupNya untuk kita – sahabat-sahabatNya. Jikalau Anda percaya pada Yesus sebagai Juruselamat Anda, Anda akan memiliki jaminan hidup kekal di Surga. Allah akan mengampuni dosa-dosamu, membersihkan jiwamu, memperbaharui rohmu, memberi Anda hidup yang berkelimpahan dalam dunia ini, dan hidup kekal di dunia yang akan datang. Bagaimana mungkin kita menolak hadiah yang begitu berharga ini? Bagaimana mungkin kita berbalik dari Tuhan yang mengasihi kita sedemikian sehingga mengorbankan diriNya untuk kita?

Jikalau Anda tidak pasti apa yang Anda percaya, kami mengundang Anda untuk mengucapkan doa ini kepada Allah: ”Ya Allah, tolonglah saya untuk mengetahui apa yang benar. Tolong saya untuk membedakan yang salah. Tolong saya untuk mengenal jalan yang benar kepada keselamatan.” Allah selalu menghargai doa semacam ini.

Jikalau Anda ingin menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda, berbicaralah kepada Allah, baik secara bersuara atau tak bersuara, dan katakan padaNya bahwa Anda menerima karunia keselamatan melalui Yesus. Jikalau Anda ingin berdoa, berikut ini adalah sebuah contoh doa: ”Allah, terima kasih untuk kasihMu kepadaku. Terima kasih untuk pengorbananMu bagiku. Terima kasih untuk menyediakan pengampunan dan keselamatan bagiku. Saya menerima karunia keselamatan melalui Yesus. Saya percaya Yesus sebagai Juruselamatku. Saya mengasihi Engkau, ya Tuhan dan menundukkan diriku kepadaMu. Amin!”

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

6 Mei 2014

Adakah kehidupan setelah kematian?

Jawaban: Adakah kehidupan setelah kematian? Alkitab memberitahu kita, "Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan. … Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? (Ayub 14:1-2, 14)

Sama seperti Ayub, hampir setiap kita ditantang oleh pertanyaan ini. Apa yang terjadi kepada kita setelah kita meninggal dunia? Apakah kita hilang begitu saja? Apakah hidup itu suatu pintu yang berputar di mana orang datang dan pergi dari dunia ini supaya mendapat kemuliaan dan kebesaran? Apakah setiap orang pergi ke tempat yang sama, atau kita pergi ke tempat yang berbeda-beda? Apakah surga dan neraka ada, atau itu hanya suatu angan-angan?

Alkitab mengatakan bukan saja ada kehidupan setelah kematian, namun ada hidup kekal yang begitu mulia, “yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Yesus Kristus, Allah dalam wujud manusia, datang ke dunia ini untuk memberi kita karunia hidup kekal. “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:5).

Yesus menanggung hukuman yang seharusnya setiap kita tanggung dan mengorbankan nyawaNya sendiri. Tiga hari kemudian, Dia membuktikan kemenanganNya atas kematian dengan bangkit dari kubur, dalam Roh dan tubuh. Dia tetap tinggal di bumi ini untuk empat puluh hari lamanya dan dilihat oleh ribuan orang sebelum akhirnya Dia naik ke rumahNya yang kekal di Surga. Roma 4:25 mengatakan, “Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (Roma 4:25).

Kebangkitan Kristus adalah peristiwa yang dicatat dengan baik. Rasul Paulus menantang orang-orang yang mempertanyakan keabsahannya dan tidak seorangpun dapat menolak kebenarannya. Kebangkitan adalah batu penjuru dari iman Kristen. Karena Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, kita percaya kita pun akan dibangkitkan.

Paulus menasihati beberapa orang-orang Kristen mula-mula yang tidak percaya akan kebangkitan: “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan” (1 Korintus 15:12-13).

Kristus adalah hasil pertama dari panen besar orang-orang yang akan dibangkitkan kembali. Kematian fisik menimpa semua orang melalui satu orang, Adam, yang punya hubungan dengan kita semua. Namun semua orang yang telah diadopsi ke dalam keluarga Allah melalui iman dalam Yesus Kristus akan diberikan hidup baru (1 Korintus 15:20-22). Sebagaimana Allah membangkitkan tubuh Yesus, demikian pula tubuh kita akan dibangkitkan saat Yesus datang kembali (1 Korintus 6:14).

Walaupun pada akhirnya kita semua akan dibangkitkan, tidak semua orang akan masuk ke Surga. Dalam hidup ini setiap orang harus membuat pilihan di mana dia akan hidup dalam kekekalan. Alkitab mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi (Ibrani 9:27). Mereka yang telah dibenarkan akan hidup kekal di surga, tetapi orang-orang yang tidak percaya akan masuk ke dalam hukuman kekal, atau neraka (Matius 25:46).

Sama seperti surga, neraka bukan hanya suatu keadaan, tapi merupakan sebuah tempat yang nyata. Neraka adalah sebuah tempat di mana orang-orang yang bedosa akan mengalami murka Tuhan secara kekal dan tanpa akhir. Mereka akan mengalami siksaan secara emosi, mental, dan fisik. Mereka akan merasa malu, menyesal dan bersalah.

Neraka digambarkan sebagai jurang yang tanpa dasar (Lukas 8:31, Wahyu 9:1), lautan api dan belerang, di mana para penghuninya disiksa siang dan malam untuk selama-lamanya (Wahyu 20:10). Di neraka akan ada tangisan dan kertak gigi, menunjukkan kesusahan dan kemarahan yang amat sangat (Matius 13:42). Neraka adalah tempat “di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam” (Markus 9:48). Allah tidak menikmati kebinasaan orang-orang jahat dan ingin untuk mereka berbalik dari jalan-jalan mereka yang sesat supaya mereka hidup (Yehezkiel 33:11). Namun Dia tidak memaksa kita untuk tunduk; jika kita terus menerus menolak Dia, Tuhan tidak punya pilihan lain selain memberi kita apa yang kita inginkan, hidup terpisah dari Dia.

Hidup di atas bumi ini adalah suatu ujian, suatu persiapan untuk apa yang akan datang. Bagi orang-orang percaya itu adalah hidup kekal di hadapan Tuhan. Jadi bagaimana kita dibenarkan dan dapat menerima hidup kekal? Hanya ada satu jalan – melalui iman dan kepercayaan kepada Anak Allah, Yesus Kristus. Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.…" (Yohanes 11:25-26).

Karunia hidup kekal tersedia bagi semua orang, tapi untuk menerimanya kita perlu menolak beberapa kesenangan duniawi dan mempersembahkan diri kita kepada Tuhan. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36). Kita tidak akan memperoleh kesempatan untuk bertobat dari dosa-dosa kita setelah kita meninggal dunia karena setelah kita bertemu Tuhan muka dengan muka kita tidak ada pilihan lain selain percaya kepadaNya. Tuhan menghendaki kita datang kepadaNya di dalam iman dan kasih sekarang ini. Jika kita menerima kematian Yesus sebagai pembayaran atas dosa dan pemberontakan kita terhadap Tuhan, kita dijamin bukan hanya memperoleh hidup yang berarti di dunia ini, namun juga hidup kekal di hadapan Kristus.

Jikalau Anda mau menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda dan menerima pengampunan dari Tuhan, berikut ini adalah sebuah doa yang dapat Anda doakan. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya kepada Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kepada Tuhan bahwa Anda beriman kepadaNya dan untuk berterima kasih kepadaNya untuk keselamatan yang Dia sediakan bagi Anda. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang indah – karunia hidup kekal! Amin!”

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

Apa itu doa untuk keselamatan?

Jawaban: Banyak orang menanyakan “Apakah ada doa yang saya bisa doakan untuk menghasilkan keselamatan bagi saya?” Ketika mempertimbangkan pertanyaan ini penting untuk diingat bahwa keselamatan bukan diperoleh dengan mengutip suatu doa atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu. Alkitab sama sekali tidak mencantumkan ada orang yang diselamatkan melalui berdoa. Mengucapkan doa bukanlah jalan keselamatan yang sesuai dengan Alkitab.

Cara Alkitab untuk keselamatan adalah dengan percaya pada Yesus. Yohanes 3:16 memberitahukan kita, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Keselamatan adalah oleh iman (Efesus 2:8), dengan menerima Yesus sebagai Juruselamat (Yohanes 1:12), dengan percaya hanya kepada Yesus (Yohanes 14:6; Kisah Rasul 4:12) – bukan dengan mengucapkan doa.

Berita Alkitab mengenai keselamatan adalah sederhana dan jelas, dan pada saat yang sama juga mengagumkan. Kita semua telah berbuat dosa melawan Allah (Roma 3:23). Tidak ada seorangpun yang hidup seumur hidupnya tanpa berbuat dosa (Pengkhotbah 7:20). Karena dosa kita, kita pantas untuk mendapatkan hukuman dari Allah (Roma 6:23), dan hukuman itu adalah kematian secara fisik yang diikuti dengan kematian rohani. Karena dosa kita dan hukuman yang menyertainya, tidak ada yang dapat kita lakukan pada diri kita sendiri untuk mendamaikan diri kita dengan Allah. Sebagai hasil dari kasihNya kepada kita, Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Yesus hidup secara sempurna dan selalu mengajarkan kebenaran. Namun umat manusia menolak Yesus dan menyalibkan Dia sampai mati. Melalui perbuatan keji itu Yesus mati menggantikan kita. Yesus menanggung beban dan penghakiman dosa pada diriNya sendiri, dan mati untuk kita (2 Korintus 5:21). Yesus kemudian dibangkitkan (1 Korintus 15), membuktikan bahwa harga dosa telah dibayarNya sampai lunas, dan bahwa Dia telah mengalahkan dosa dan kematian. Sebagai hasil dari pengorbanan Yesus, Allah menawarkan keselamatan kepada kita sebagai anugrah. Allah memanggil kita semua untuk mengubah pikiran kita mengenai Yesus (Kisah Rasul 17:30), dan menerima Dia sebagai pembayaran penuh untuk dosa-dosa kita (1 Yohanes 2:2). Keselamatan diperoleh melalui menerima anugrah yang Allah tawarkan kepada kita, bukan melalui doa.

Namun ini bukan berarti bahwa doa tidak ada kaitannya dalam menerima keselamatan. Jikalau Anda memahami Injil, percaya bahwa Injil itu adalah benar adanya, dan telah menerima Yesus untuk keselamatan Anda – adalah bagus dan pantas untuk mengungkapkan iman ini kepada Allah dalam doa. Berbicara dengan Allah melalui doa dapat merupakan cara untuk melangkah maju dari menerima fakta mengenai Yesus sebagai kebenaran kepada betul-betul percaya kepadaNya sebagai Juruselamat. Doa dapat dihubungkan dengan tindakan menempatkan iman Anda hanya kepada Yesus untuk mendapatkan keselamatan.

Namun sekali lagi adalah sama pentingnya bahwa Anda tidak mendasarkan keselamatan Anda pada sekedar mengucapkan doa. Mengucapkan doa tidak akan menyelamatkan Anda! Jikalau Anda ingin menerima keselamatan yang tersedia melalui Yesus Kristus, berimanlah kepadaNya. Percaya sepenuhnya pada kematianNya sebagai korban yang cukup untuk dosa-dosa Anda. Bersandarlah padanya secara penuh sebagai Juruselamat Anda. Inilah cara Alkitab untuk keselamatan. Jikalau Anda telah menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda, silahkan mengucapkan doa kepada Allah. Ungkapkan pada Allah betapa Anda bersyukur untuk Yesus. Nyatakan syukur kepada Allah untuk kasih dan pengorbananNya. Katakan terima kasih kepada Yesus untuk kematianNya dan untuk menyediakan keselamatan bagi Anda. Inilah hubungan antara keselamatan dan doa yang Alkitabiah.

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

5 Mei 2014

Apakah Yesus satu-satunya jalan ke Surga?

Jawaban: “Saya ini pada dasarnya adalah orang baik, karena itu saya akan masuk Surga.” “OK, saya ada melakukan beberapa hal yang tidak baik, tapi saya melakukan lebih banyak hal-hal yang baik, jadi saya akan masuk surga.” “Tuhan tidak akan memasukkan saya ke neraka hanya karena saya tidak hidup sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab. Zaman sudah berubah!” “Hanya orang yang betul-betul jahat, seperti orang yang suka mengganggu anak-anak dan pembunuh yang masuk neraka.”

Ini adalah alasan-alasan yang sering dikemukakan orang, namun kenyataannya, semuanya adalah bohong. Iblis, penguasa dunia, menanamkan konsep-konsep itu dalam pikiran kita. Dia, dan setiap orang yang mengikuti jalannya, adalah musuh Tuhan (1 Petrus 5:8). Iblis selalu menyaru sebagai pribadi yang baik (2 Korintus 11:14), tetapi dia menguasai semua pikiran yang bukan milik Tuhan. “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah (2 Korintus 4:4).

Adalah suatu kebohongan kalau dikatakan bahwa Tuhan tidak peduli pada dosa-dosa kecil, dan bahwa neraka disediakan hanya bagi “orang jahat.” Segala macam dosa memisahkan kita dari Allah, termasuk “dusta putih dan kecil.” Setiap orang sudah berdosa dan tidak seorangpun yang dapat masuk ke surga dengan upaya sendiri (Roma 3:23). Masuk ke surga bukanlah berdasarkan apakah kebaikan kita lebih banyak dari kejahatan kita. Kalau itu ukurannya, kita semua akan kalah. “Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia” (Roma 11:6). Tidak ada perbuatan baik yang dapat kita lakukan untuk membawa kita masuk surga (Titus 3:5).

“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya” (Matius 7:13). Bahkan jikalau semua orang hidup dalam dosa dan tidak banyak yang percaya kepada Tuhan, Tuhan tidak akan menerima itu sebagai alasan. “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka (Efesus 2:2).

Ketika Tuhan menciptakan dunia, dunia sempurna adanya. Segalanya baik. Kemudian Dia menciptakan Adam dan Hawa dan memberi mereka kehendak bebas sehingga mereka dapat memilih mau mengikuti dan menaati Tuhan atau tidak. Namun Adam dan Hawa, manusia yang pertama yang diciptakan Tuhan, digoda oleh Iblis untuk tidak taat kepada Tuhan dan mereka berdosa. Akibatnya mereka (dan semua orang yang lahir kemudian, termasuk kita) tidak dapat memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Maka Tuhan membuka jalan supaya kita dapat dipersatukan dengan Dia di surga. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). Yesus dilahirkan supaya Dia dapat menunjukkan jalan kepada kita dan mati bagi dosa-dosa kita sehingga kita tidak perlu mati. Tiga hari setelah kematianNya, Yesus bangkit dari kubur (Roma 4:25), membuktikan kemenanganNya atas kematian. Dia menjembatani jurang antara Allah dan manusia sehingga kita dapat memiliki hubungan pribadi dengan Allah jika kita mau percaya.

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3). Kebanyakan orang percaya tentang Tuhan, termasuk Iblis. Tapi supaya diselamatkan, kita perlu berbalik kepada Tuhan, menjalin hubungan pribadi dengan Dia, berbalik dari dosa-dosa kita dan mengikuti Dia. Kita mesti percaya kepada Yesus dalam segala hal yang kita miliki dan lakukan. “Allah memungkinkan manusia berbaik dengan Dia, hanya kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Allah berbuat ini untuk semua orang yang percaya kepada Kristus; sebab tidak ada perbedaannya” (Roma 3:22). Alkitab mengajarkan kita bahwa tidak ada jalan lain untuk mendapatkan keselamatan selain melalui Kristus. Yesus berkata dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6).

Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan karena Dia adalah satu-satunya yang dapat membayar hutang dosa kita (Roma 3:23). Tidak ada agama lain yang mengajarkan dalamnya dan seriusnya dosa kita dan akibat-akibatnya. Tidak ada agama yang menawarkan pembayaran dosa seperti yang disediakan oleh Yesus. Tidak ada “pendiri agama” lain yang adalah Allah yang menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14 – satu-satunya cara untuk melunasi utang dosa. Yesus haruslah Allah supaya Dia dapat membayar hutang kita. Yesus harus menjadi seorang manusia supaya Dia bisa mati. Keselamatan hanya tersedia melalui iman di dalam Yesus Kristus! “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12).

Sumber: GotQuestions

Ikuti Seri Belajar Theologia secara Online di:
Http://www.TheologiaOnline.com

3 Mei 2014

Di manakah Yesus dalam tiga hari antara kematian dan kebangkitanNya?

Di manakah Yesus dalam tiga hari antara kematian dan kebangkitanNya?

Jawaban: 1 Petrus 3:18-19 memaparkan, “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara.”

Frasa “menurut Roh” dalam ayat 18 memiliki konstruksi yang persis sama dengan frasa “dalam keadaannya sebagai manusia.” Karena itu nampaknya paling tepat kalau menempatkan kata “roh” dalam lingkup yang sama dengan kata “manusia (daging).” Roh dan daging adalah tubuh dan Roh Kristus. Kata “dibangkitkan menurut Roh” menunjuk pada fakta bahwa karena Dia menanggung dosa kita dan mati maka rohnya sebagai manusia terpisah dari Bapa (Matius 27:46). Kontrasnya adalah antara daging dan roh, sebagaimana dalam Matius 27:41 dan Roma 1:3-4, dan bukan antara tubuh Kristus dan Roh Kudus. Ketika Kristus telah selesai menebus dosa, rohNya kembali kepada persekutuan yang tadinya terputus itu.

1 Petrus 3:18-22 menggambarkan pentingnya kaitan antara penderitaan Kristus (ayat 18) dan kemuliaanNya (ayat 22). Hanya Petrus yang memberi informasi yang spesifik mengenai apa yang terjadi di antara kedua peristiwa itu. Kata “memberitakan” dalam ayat 19 bukan kata yang biasa dipakai dalam Perjanjian Baru untuk menjelaskan pemberitaan Injil. Secara harafiah kata tsb, berarti membawa berita. Yesus menderita dan mati di salib, tubuhNya menderita kematian, dan rohNya mati ketika Dia dibuat menjadi dosa. Namun rohNya dihidupkan kembali dan Dia serahkan itu kepada sang Bapa. Menurut Petrus, dalam saat-saat antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus melakukan pemberitaan khusus kepada “roh-roh yang di dalam penjara.”

Dalam merujuk pada orang, Petrus menggunakan istilah “jiwa” dan bukannya “roh” (3:200. Dalam Perjanjian Baru, kata “roh-roh” digunakan untuk menggambarkan para malaikat atau roh-roh jahat, bukan manusia; dan ayat 22 kelihatannya memiliki makna ini. Dalam Alkitab, Yesus tidak pernah dikatakan berkunjung ke neraka. Kata “Hades” menunjuk kepada alam maut, sebuah tempat sementara untuk menantikan kebangkitan. Wahyu 20:11-13, dalam versi Alkitab New American Standard Bible (NASB) dan New International Version (NIV), membedakan keduanya dengan jelas. Neraka adalah tempat yang permanen dan merupakan tempat di mana orang-orang yang tidak percaya dihakimi. Hades adalah tempat yang sementara.

Tuhan kita menyerahkan nyawanya kepada Bapa, mati, dan suatu ketika, di antara kematian dan kebangkitanNya, mengunjungi dunia orang mati di mana Dia membawa berita kepada roh-roh (kemungkinan para malaikat yang jatuh; lihat Yudas 6) yang entah bagaimana ada hubungannya dengan zaman sebelum banjir di zaman Nuh. Ayat 20 menyatakan hal ini dengan jelas. Petrus tidak mengatakan apa yang Yesus beritakan kepada roh-roh yang dipenjarakan ini, tapi jelas bukan berita penebusan karena malaikat tidak diselamatkan (Ibrani 2:16). Kemungkinan ini adalah pernyataan kemenangan atas Iblis dan pengikut-pengikutnya (1 Petrus 3:22; Kolose 2:15). Efesus 4:8-10 juga mengindikasikan bahwa Yesus pergi ke “Firdaus” (Lukas 16:20; 23:43) dan membawa ke surga mereka yang percaya kepadaNya sebelum Dia mati. Bagian Alkitab ini tidak memberi banyak detil mengenai apa yang terjadi, namun kebanyakan para sarjana Alkitab sepakat bahwa inilah artinya “Ia membawa tawanan-tawanan.”

Jadi, yang dapat dikatakan adalah bahwa Alkitab tidak memberitahukan dengan jelas apa yang Yesus lakukan dalam tiga hari antara kematian dan kebangkitanNya. KelihatanNya, Dia memberitakan berita kemenangan kepada para malaikat yang jatuh dan/atau mereka yang tidak percaya. Apa yang kita tahu dengan pasti adalah bahwa Yesus tidak memberi kesempatan kedua untuk diselamatkan. Alkitab memberitahukan kita bahwa setelah mati kita dihakimi (Ibrani 9:27) dan bukan mendapat kesempatan kedua. Tidak ada jawaban yang jelas apa yang Yesus lakukan di antara saat kematian dan kebangkitanNya. Barangkali ini adalah salah satu misteri yang kita baru dapat mengerti saat kita masuk ke dalam kemuliaan.

Sumber: GotQuestions

2 Mei 2014

Jika saya menjadi Kristen kembali saya akan dianiaya ?

Pertanyaan: Dalam masyarakat saya, jika saya berbalik kepada keKristenan, keluarga saya akan membuang saya dan saya akan dianiaya. Apa yang dapat saya lakukan?

Jawaban: Adalah sulit bagi orang-orang percaya yang tinggal di negara-negara di mana kebebasan beragama adalah landasan dari peradaban untuk dapat betul-betul memahami resiko mengikuti Kristus di belahan dunia lainnya. Namun Alkitab adalah Firman Tuhan dan dengan demikian menyediakan pengertian yang menyeluruh terhadap cobaan-cobaan hidup di manapun dan kapanpun. Yesus sangat jelas bahwa mengikuti Dia adalah suatu pekerjaan yang beresiko. Bahkan kita harus mengorbankan segala yang kita mililki. Pertama-tama, kita membayar dengan diri kita sendiri. Kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Yesus mengatakan, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Markus 8:34). Salib adalah alat kematian dan Yesus menjelaskan bahwa mengikuti Dia berarti mati terhadap diri sendiri. Semua keinginan dan ambisi duniawi kita harus disalibkan sehingga kita dapat memperoleh hidup yang baru di dalam Dia, karena tidak seorangpun dapat melayani dua tuan (Lukas 16:13). Namun hidup yang baru itu jauh lebih berharga dan bernilai dibandingkan segala yang dapat kita peroleh dalam dunia ini.

Kedua, mengikuti Yesus mungkin menyebabkan kita mengorbankan keluarga dan teman-teman kita. Dalam Matius 10:32-39, Yesus menjelaskan bahwa kedatanganNya membawa pemisahan antara para pengikutNya dan keluarga mereka, tetapi barangsiapa tidak membenci (artinya tidak mengasihi Dia lebih dari) keluarganya tidak layak untuk menjadi pengikutNya. Jikalau kita menyangkal Kristus demi untuk menjaga kedamaian dengan keluarga kita di dunia ini, Dia akan menyangkal kita di surga, dan jika Yesus menyangkal kita, kita akan tidak akan bisa masuk ke surga. Namun jika kita mengakui Dia di depan manusia, tanpa menghiraukan harga yang mungkin harus kita bayar, Dia akan berkata kepada BapaNya – ”dia adalah milikKu, sambutlah dia dalam kerajaanMu.” Hidup kekal adalah ”mutiara yang indah” yang disebut dalam Matius 13:45-46 yang layak untuk kita peroleh dengan menjual segala milik kita. Adalah tidak layak untuk mempertahankan apa yang ada dalam hidup yang pendek ini dan kehilangan kekekalan. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya” (Markus 8:36). Sebagaimana dikatakan oleh Jim Elliott, misionari yang dibunuh karena membawa Injil Kristus kepada orang-orang Indian Huaorani di Ekuador, ”Seorang bijak menyerahkan apa yang dia tidak dapat pertahankan untuk memperoleh apa yang dia harus pertahankan.”

Yesus juga menjelaskan bahwa penganiayaan karena Dia adalah tak terhindarkan. Dia mendorong kita untuk menerima itu sebagai bagian kehidupan kita dan tetap tabah dalam penganiayaan. Dia bahkan menyebut mereka yang dianiaya sebagai ”berbahagia” dan mengatakan bahwa kita patut ”bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga” (Matius 5:10-12). Dia mengingatkan bahwa demikianlah selalu umatNya dianiaya. Para nabi Perjanjian Lama dianiaya, dihina, disiksa, dibunuh bahkan dalam satu peristiwa digergaji! (Ibrani 11:37). Semua Rasul (kecuali Yohanes yang dibuang ke Pulau Patmos) dieksekusi karena memberitakan Kristus. Tradisi mengatakan bahwa Petrus menuntut untuk disalibkan dengan kepala di bawah karena dia merasa tidak layak untuk mati dengan cara sama seperti Tuhannya. Namun demikian, dalam suratnya yang pertama, Petrus menulis, “Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu” (1 Petrus 4:14). Rasul Paulus dipenjarakan, dicambuk dan dilempari batu berkali-kali karena memberitakan Kristus, namun dia merasa bahwa penderitaannya sekarang tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang menanti Dia (Roma 8:18).

Walaupun harga menjadi murid kelihatannya tinggi, ada upah duniawi dan upah surgawi yang menanti. Yesus berjanji akan selalu beserta dengan kita, bahkan sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20); Dia tidak akan pernah meninggalkan atau membuang kita (Ibrani 13:5); Dia merasakan penderitaan dan kesakitan kita karena Dia sendiri sudah menderita untuk kita (1 Petrus 2:21); kasihNya bagi kita tak ada akhirnya, dan Dia tidak pernah menguji kita melampaui kemampuan kita menanggungnya dan akan selalu menyediakan jalan keluar bagi kita (1 Korintus 10:13). Saat kita menjadi orang pertama dalam keluarga atau masyarakat kita yang menerima Yesus, kita menjadi anggota-anggota keluarga Allah dan kita adalah duta-duta besarNya kepada orang-orang yang kita kasihi dan kepada dunia. Dengan demikian, kita adalah alat yang dipakaiNya untuk menarik orang kepada diriNya dan kita mendapat sukacita yang melampaui segala yang dapat kita bayangkan.

Sumber: GotQuestions

Followers