30 Apr 2010

Tantangan orang yang baru percaya.

Tahukah Saudara kalau jalan yang akan kita tempuh saat kita mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus bukanlah jalan yang mudah melainkan jalan yang sukar? Perubahan yang terjadi secara tiba – tiba dalam hidup orang Kristen yang baru menerima Yesus sebagai Juru Selamat hanyalah merupakan permulaan yang baru, Kita menyadari kalau kita sudah berubah namun sebagian dari kita ada yang tenggelam dalam kebimbangan dan kebingungan. Pada saat genting seperti itu diperlukan ajaran dan nasehat yang didasarkan atas kebenaran alkitab yang yang akan menuntun kita kejalan hidup yang dikehendaki Tuhan. Salah satu tindakan Allah untuk menolong kita ialah memberikan gambaran bagaimana bahaya kehidupan orang Kristen yang baru diselamatkan.

Dalam 1 Korintus 10 : 1 – 13 Rasul Paulus memberikan contoh sekaligus peringatan  bahaya yang ada disekitar orang Kristen yang baru diselamatkan dan hidup dalam pertobatan. Bangsa Israel sekalipun mereka  telah beroleh anugrah Allah dengan menuntun mereka keluar dari Mesir, mereka dilindungi dengan tiang awan dan tiang api, dituntun melintasi laut merah (Keluaran 14 : 19 – 24) mereka makan manna dan makan makanan rohani yang sama namun tatkala mereka diuji ditengah padang gurun akhirnya sebagian dari mereka tidak dapat menahan keinginan dan nafsu duniawi yang membuat mereka  gagal.

Kelemahan sebagian orang Kristen ialah selalu terlena saat mereka dilepaskan dari segala pencobaan yang tanpa mereka sadari musuh yang hebat bukan yang hanya ada dibelakang melainkan musuh yang ada didepanpun takkalah hebatnya. Kita tak bisa duduk enak saat kita terlepas dari berbagai pencobaan, bukan berarti saat kita keluar dari persoalan maka kita akan masuk suatu tempat yang aman dan damai tanpa pencobaan, Bukanlah rencana Tuhan bagi orang Kristen binasa dipadang gurun sedangkan susu dan madu telah menunggu kita. Sesungguhnya karena kekerasan hati kita, ketidak taatan, ketidak percayaan hingga  sebagian dari kita  memilih untuk hidup dan binasa dipadang gurun karena dosa.

Kita jangan berpikir kalau masuk kenegeri perjanjian maka kita akan bebas dari pertempuran, pergumulan, pencobaan dan masalah – masalah hidup yang membuat kita susah dan menderita namun sebaliknya saat kita masuk kenegeri perjanjian kita harus membereskan hati kita dengan Allah, mempersiapkan hidup dan hati kita untuk menghadapi serangan musuh yang lebih hebat lagi yaitu peperangan rohani melawan segala rencana iblis untuk meraih kita kembali mengikuti jalan kegelapan. Musuh kita yang paling hebat adalah iblis yang selalu berjalan mencari mangsa untuk dijadikan anggota kerajaan gelap. Didalam alkitab baik perjanjian lama maupun perjanjian baru tidak ada satu pasal atau ayat yang ada didalamnya mengajarkan kita untuk menganggap remeh iblis.


Mari kita lihat bahaya apa saja yang dihadapi bagi kehidupan orang Kristen yang baru dimenangkan.

1.KESOMBONGAN

Kesombongan rohani terjadi pada mereka yang memiliki hubungan akrab dengan Yesus. Disaat Yesus memakai mereka secara luar biasa untuk menyelamatkan umatnya yang hilang dan tersesat, dengan kuasa darah Anak Domba Allah mampu menyembuhkan orang yang sakit, Doa – doa selalu dijawab, menjadi pembicara dan pengkhotbah yang selalu dipuji orang sehingga perlahan namun pasti kesombongan rohani masuk dan menyelinap masuk dalam hati mereka. Kesombongan  yang menilai tinggi diri sendiri dan merendahkan orang lain, Senang menghakimi gereja atau kelompok orang Kristen karena belum mencapai seperti apa yang dia capai,  Suka menganggap remeh saat orang lain berada dalam kelesuan rohani dan kalah dalam berperang dan tidak setia pada Yesus.


2.SENANG MENGKRITIK

Terkadang kesalahan diri sendiri tidak bisa dilihat namun kesalahan orang lain dengan mudah, sangat jelas dan tidak sukar bagi mereka untuk bisa melihatnya. Tidaklah baik apabila kita cendrung untuk melihat kesalahan – kesalahan orang lain karena sesungguhnya mencerminkan kelemahan – kelemahan dan watak diri sendiri. Allah sangat membenci terhadap orang yang senang mengkritik dan selalu berpikiran negative. Kita tidak boleh terlalu cepat dalam mengambil kesimpulan atas perkara – perkara yang belum kita pahami benar dan nampaknya salah menurut pandangan kita.


3.TERBIASA DENGAN PERKARA ROHANI

Malaikat disorga akan bersukaria bila ada satu orang yang bertobat, tapi  terkadang kita tidak memberi reaksi apapun sekalipun yang bertobat itu melebihi 10 orang bahkan yang ada kita meragukan kesungguhan orang itu untuk bertobat. Kita bersuka cita atas kemenangan kita  dan tidak atas kemenangan orang lain dan itu merupakan suatu kebiasaan yang ujungnya akan merusak hati kita. Pelajari dengan apa yang terjadi pada bangsa Israel mereka menerima kasih karunia Allah, mereka dijaga dan dilindungi yang pada akhirnya mereka menjadi biasa dengan manna hingga membuat mereka bosan dan meminta daging dan itupun dengan penuh kasih dan kemurahan Allah menuruti segala keinginan hati mereka namun akibatnya jiwa mereka menjadi miskin.


4.KEMALASAN dan SUKA ENAK SENDIRI

Apabila kita merasa tidak ada yang mengawasi kita  dan  mempunyai posisi yang cukup tinggi, tidak bertanggung jawab pada siapapun maka ia akan melakukan apapun yang ia inginkan dan mulai bertindak tidak disiplin suka seenaknya bahkan cendrung bermalas – malasan. Kemalasan mendatangkan suatu keadaan yang tidak  bertanggung jawab.

Dalam berperang melawan godaan iblis kita harus mengambil sikap tegas berikut ini ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dan kita gunakan untuk menghadapi pencobaan yang datang dalam kehidupan kita yaitu:

1.GUNAKAN NAMA YESUS
(Lukas 10 : 17b)Nama Yesus sangat berkuasa untuk mengalahkan setan – setan jadi gunakan nama itu apabila ada sesuatu yang tidak wajar yang terjadi dalam hati dan dalam hidup kita. Ayub 4 : 15  “ Suatu Roh melewati aku tegaklah bulu romaku.” Iblis berjalan berkeliling – keliling untuk melihat – lihat siapa yang lemah namun apabila Roh Kudus ada dalam kita maka kita pasti bisa merasakan, ada kepekaan  dan pasti mengetahui iblis ada didekat kita, maka kita jangan takut kenakkanlah semua senjata Allah lawanlah si iblis. Gunakan nama itu karena nama itu memberi kita keberanian,  kekuatan dan kemenangan.

2.BERTUMBUH DALAM YESUS

Segala jalan yang kita ambil tergantung dari apa yang kita preoritaskan atau kita utamakan. Kalau kita berusaha untuk memelihara dan mempertahankan apa yang kita miliki tanpa ada perkembangan tentunya kita akan mengalami kegagalan. Dalam 1 Petrus 2 : 2 berkata :”Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehNya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.” Dan dalam 2 Petrus 3 : 18  berkata : “Tapi bertumbulah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemulian, sekarang dan sampai selama – lamanya.” Ada tiga pilihan dalam hal pertumbuhan yaitu Pilihan yang tepat,  Mau berubah dan Bergaul dekat dengan yesus akan membuat kita semakin bertumbuh.

3.KENALI DAN LAWANLAH PENCOBAAN

Harus kita sadari selama kita hidup pencobaan pasti akan datang dan menghampiri kehidupan kita. Dan hal itu bukanlah hal yang luar biasa melainkan hal yang biasa terjadi. Alkitab mengatakan Yesuspun telah dicobai oleh iblis sama dengan kita (Ibrani 4 : 15), Yesus juga pernah merasakan penderitaan batin ketika Ia menghadapi pencobaan “Ia sendiri telah menderita karena pencobaan” (Ibrani 2 : 18) Yakobuspun berkata dalam Yakobus 1 : 2 “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh dalam berbagai – bagai pencobaan” Yakobus 1 : 2 .

Belajarlah untuk mengenali pencobaan pada saat pencobaan menimpa kita. Yakobus berkata pencobaan  itu disebabkan oleh keinginan (Hawa nafsu). “Tiap – tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” Yakobus 1 : 14.

4.BERSANDAR PADA YESUS
Pada saat kita hidup dalam kasih setia Yesus kita menyatukan hidup kita dengan Kristus maka kita jangan sombong dan jangan sekali – kali kita membuat kesalahan dengan mengandalkan diri kita sendiri. Kita telah memulai dengan Yesus maka kita tidak boleh meninggalkan Yesus. Hanya dengan Yesus kita boleh diselamatkan dan menjadikan kita anak – anak Allah Disaat kita mengalami pencobaan maka saat itu juga datanglah segera menghampiriNya lewat doa – doa kita, seringkali kita mengalami kegagalan karena kita selalu menunda – nunda untuk berdoa dalam Ibrani 4 : 16 berkata :  “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”

5.BERPEGANG PADA FIRMAN ALLAH
Sadarilah kalau Firman Allah akan menolong kita dalam mengatasi segala pencobaan yang kita hadapi. Apabila Firman Allah tumbuh dan berakar dalam hidup kita maka kita akan diubahkan dengan luar biasa. Dengan mengenal Firman Allah kita akan mengalami betapa manisnya kemenangan atas pencobaan itu.

Marilah kita semua hidup didalam Terang sama seperti Yesus yang adalah terang. “Jikalau kita hidup didalam terang sama seperti Dia ada didalam terang maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan Darah Yesus, AnakNya itu, meyucikan kita dari pada segala dosa.” (1 Yohanes 1 : 7 ) Saat ini kita berada dalam dunia yang penuh dengan ketidak pastian namun satu hal yang kita tau pasti yaitu didalam Dia  maka kita akan memperoleh kepastian hidup yang kekal. Dalam kegelapan hidup kita akan menderita namun kalau kita hidup dalam terang kasih Yesus maka kita akan dijaga, dituntun, dilindungi bahkan boleh beroleh berkat, kasih karunia, sukacita dan damai sejahtera. Tuhan Yesus Memberkati.

Penulis :  Adeleida Paula Tampa
Email   :  adeleidapaula@rocketmail.com

29 Apr 2010

Apa yang dimaksud dengan Pertobatan?

PERTOBATAN (METANOIA)

Pertobatan berasal dari akar kata tobat (Ing; repentance) yang secara harafiah dikenal dan diterapkan oleh seluruh agama bahkan aliran kepercayaan, dimana seorang/sekelompok orang menyesal atas kesalahan, pelanggaran, kejahatan ataupun dosa yang telah diperbuatnya dan berbalik kepada ajaran agama atau kepercayaan yang diyakininya sebagai suatu kebenaran. Dan biasanya sebagai konsekuensi logis dari suatu pertobatan adalah orang tersebut “dikarantinakan” selama beberapa waktu ataupun melakukan meditasi spritual bahkan adapula yang harus menjalani hukuman badan dan diindokrinasi kembali tentang ajaran agama/kepercayaan yang dianutnya.
Dalam ajaran Kristen, bentuk pertobatan apapun, jika itu terjadi diluar Kristus (bertobat tapi tidak percaya kepada TUHAN Yesus) maka tidak diperhitungkan sebagai bagian dari proses keselamatan kekal. Dengan lain perkataan, pertobatan yang terjadi diluar Tuhan Yesus, adalah sia-sia sebab tidak adanya jaminan pengampuan dosa untuk menerima kehidupan yang kekal setelah kematian (Yohanes 14:6). Tindakan pertobatan yang bertolak belakang dengan salib Kristus bersifat sementara dan sangat rentan untuk kembali hidup didalam dosa. Alkitab mencatat bahwa dibawah kolong langit ini, tiada nama lain yang olehnya manusia bisa selamat karena dosanya telah diampuni, selain nama Tuhan kita Yesus Kristus. (Lukas 24:47, “dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa,……”; Kisah Para Rasul 4:12, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.").
Dibawah ini akan dijelaskan tentang pertobatan dari sudut pandang teologis Kristiani :

A. TERMINOLOGI PERTOBATAN

Pertobatan dapat didefinisikan sebagai tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah dalam Kristus Yesus yang dapat dilihat dari suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan didalam bentuk suatu cara berpikir, merasa dan berkehendak yang baru.
Pertobatan merupakan pengalaman yang bersifat satu kesatuan, tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi bagian-bagian. Walaupun aspek-aspek dari pertobatan dibawah ini dapat dibedakan, tetapi tidak boleh dipisahkan.
1. Suatu aspek intelektual (pikiran). Pertobatan sejati melibatkan, pengenalan akan kekudusan dan keagungan Allah dalam alam pikiran (pengakuan/pengenalan secara intelektual). Pengenalan Yesaya akan kekudusan Allah-lah yang membawa dirinya untuk berkata, “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir” (Yesaya 6:5). Di sini dapat dilihat bahwa secara intelektual, Yesaya menyadari dan mengakui bahwa salah satu dari anggota tubuhnya tidak berkenan kepada Allah karena dosa. Pertobatan harus mencakup pengakuan atas dosa dan kesalahan kita, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah dan penolakan terhadap kehendak-Nya atas hidup kita. Juga harus terdapat pemahaman akan kasih setia Allah dan akan kesiapan Allah untuk mengampuni, karena jika terpisah dari pemahaman ini, maka pengakuan dosa hanya akan menyebabkan ketakutan dan keputusasaan. Pertobatan intelektual merupakan suatu bentuk penaklukan terhadap pikiran manusia yang bersifat kedagingan kedalam suatu bentuk pemikiran rohani yang terdapat dalam Kristus Yesus (2 Korintus 10:5).
2. Suatu aspek emosional (perasaan). Harus terdapat suatu dukacita yang dirasakan didalam hati karena dosa dan akibat dari dosa itu sendiri. Rasul Paulus, ketika menulis surat kepada jemaat di Korintus memberi gambaran tentang “dukacita menurut kehendak Allah”. Perlu dicatat, “dukacita” yang dimaksudkan Paulus, tidaklah identik dengan pertobatan tetapi “menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan” (2 Korintus 7:10). Bentuk dukacita dari Allah ini dikontraskan dengan “dukacita duniawi”.
3. Suatu aspek volisional (kehendak/kemauan). Pertobatan dalam aspek intelektual & emosional, belumlah lengkap jika tidak diikuti dengan perubahan dalam kemauan kita yang benar-benar harus tampak lewat buah-buah pertobatan yang dihasilkan. Tuhan Yesus menyatakan dengan jelas bahwa pertobatan sejati melibatkan komitmenn total dan tidak kurang daripada ini : “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; …..” (Mat. 10:37-39). “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat. 16:24). “Demikian pulalah tiap-tiap orang diantara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk. 14:33).


B. ETIMOLOGI (STUDI KATA) PERTOBATAN

Kata yang dipakai untuk pertobatan didalam Perjanjian Lama adalah nicham dan shūbh. Nicham, bentuk niphal dari nācham berarti menyesal (sorry), tergerak oleh belas kasihan, atau untuk bertobat dari perbuatan yang salah. Kata ini sering dipakai bagi Allah untuk mengindikasikan suatu perubahan atau kemungkinan perubahan dalam rencana-rencana-Nya : Kejadian 6:6-7; Keluaran 32:12,14; Ulangan32:36; Hakim 2:18. Tetapi kata ini juga dipakai untuk mendeskripsikan penyesalan atas dosa didalam diri manusia: Hakim 21:6; Ayub 42:6; Yeremia 8:6; 31:19.
Kata lain yang lebih sering dipakai didalam Perjanjian Lama untuk pertobatan adalah kata shūbh . Kata ini berarti berbalik, pergi ke arah yang berlawanan. Kata ini menyatakan fakta bahwa pertobatan berarti perubahan dalam arah, dari jalan yang salah ke jalan yang benar. Pertobatan berarti berbalik dari dosa (1Raj. 8:35), dari kesalahan (Ayub 36:10), dari pelanggaran (Yesaya 59:20), dari kefasikan (Yeh. 3:19), dan dari jalan yang jahat (Neh. 9:35). Secara positif kata shūbh berarti berbalik kepada Allah: Maz. 51:15; Yesaya 10:21; Yeremia 4:1; Hosea 14:1; Amos 4:8; Malekhi 3:7.
Dua kata utama didalam perjanjian baru untuk pertobatan adalah metanoia dan epistrephō. Kata kerja yang berhubungan dengan kata metanoia adalah metanoeō; kata ini biasanya dipakai untuk menerjemahkan kata nicham didalam Septuaginta (Perjanjian Lama bahasa Yunani). Dan epistrephō biasanya dipakai untuk menerjemahkan kata shūbh di dalam Septuaginta. Walaupun tidak ada aturan yang pasti, tetapi kata metanoia secara umum tampaknya menekankan pada perubahan dalam batin yang tercakup didalam pertobatan, sementara epistrephō menekankan perubahan pada kehidupan lahiriah seseorang yang merupakan penerapan dan pengungkapan dari perubahan batin yang terjadi.
Sekarang mari kita lihat makna dari kata metanoia dan metanoeō. Kita biasanya cenderung memikirkan pertobatan, seperti yang dideskripsikan dalam kata metanoia, terutama secara negatif. Kita cenderung memikirkanya sebagai krisis emosional yang terdiri dari penyesalan atas dosa dan rasa takut akan hukuman., melibatkan penyesalan, perasaan bersalah dan banyak introspeksi. Pemahaman populer tentang pertobatan cenderung untuk membalikan pandangan orang Kristen ke belakang dan bukan ke depan, dan ke dalam daripada ke luar. Pandangan tradisional ini tampaknya memusatkan pandangan pada diri sendiri dan bukan pada orang lain, dan membawa pada sikap yang muram daripada kesalehan yang bersukacita.
Salah satu alasan bagi kesalahpahaman ini dapat ditemukan pada terjemahan standar untuk kata metanoeō. Versi Alkitab Latin Vulgata menerjemahkan kata ini menjadi poenitentiam agite (harafiah, “do penance; menyesal”), yang menunjukkan pemahaman eksternal dari pertobatan, seakan-akan pertobatan hanya terdiri dari melakukan sejumlah tugas tertentu untuk memuaskan tuntutan keadilan Allah. Versi Alkitab bahasa Inggris Katolik Roma, yaitu Douai Bible di bagian Perjanjian Baru-nya yang diterbitkan tahun 1582, meneruskan kesalahan ini dengan menerjemahkan metanoeō sebagai “menyesal”. Alkitab bahasa Jerman terjemahan Luther juga mengikuti tradisi Vulgata, menerjemahkan kata ini menjadi thut Busse, “menyesal”. Bahkan sejumlah Alkitab bahasa Jerman yang baru masih terus memakai ungkapan ini. Alkitab bahasa Perancis menerjemahkan kata metanoeō menjadi repentez-vous, yang menekankan perasaan bersalah dan penyesalan. Komentar serupa juga berlaku bagi kata yang dipakai didalam sejumlah Alkitab terjemahan bahasa Spanyol yang lebih lama, yaitu kata arrepentios . Berbagai versi bahasa Ingggris umumnya menerjemahkan metanoeō dengan kata repent - kata yang sangat menekankan perubahan di sisi emosional, menekankan perasaan bersedih atas dosa masa lalu.
Metanoeō dan metanoia memiliki makna yang jauh lebih kaya daripada yang dinyatakan oleh terjemahan yang ada. Kata benda ini merupakan gabungan dari meta dan nous. Meta berarti dengan, setelah, atau melampaui; dalam hal ini kata meta menunjukan perubahan dalam apa yang mengikutinya. Nous berarti pikiran, sikap, cara pikir, sikap dasar, karakter atau kesadaran moral. Maka secara harafiah, metanoia berarti perubahan pikiran atau hati. Metanoia mencakup lebih banyak aspek daripada sekedar perubahan intelektual. Metanoia mencakup suatu perubahan dari suatu pribadi secara utuh, dan didalam penampilan kehidupannya. Kita dapat berkata bahwa ini merupakan perubahan pikiran, perasaan dan kehendak. J.B. Philliphs menangkap kata metanoia ini dengan sangat baik: “kamu harus mengubah hati dan pikiranmu - karena kerajaan sorga telah tiba” ( Matius 4:17).
“Pertobatan memandang ke depan di dalam pengharapan dan antisipasi, sedangkan penyesalan atau perasaan bersalah hanya memandang ke belakang di dalam masa lalu”, demikian menurut Chamberlain dalam mengembangkan makna Alkitabiah dari kata pertobatan. Pertobatan bukan hanya berarti perubahan cara bertindak tetapi terutama lebih berkenaan dengan perubahan pada sumber tindakan itu, dan pada sumber motivasi kita. Doktrin pertobatan Perjanjian Baru memanggil pikiran manusia untuk dipolakan kembali sesuai dengan pikiran Allah, sehingga tindakan mereka dapat sesuai dengan kehendak-Nya, dan dapat mengambil bagian di dalam kekuasaan-Nya.
Chamberlain menyimpulkan, pertobatan dalam pengertian yang Alkitabiah berarti pembuatan manusia baru: “Pertobatan adalah perubahan pada rancangan hidup; keseluruhan pola hidup diubah; tujuan hidup menjadi berbeda; aspirasi hidup juga menjadi berbeda.” Pendek kata, pertobatan merupakan suatu perjalanan dari pikiran yang kedagingan kepada pikiran Kristus.
Dalam Perjanjian Baru, kata lain yang sering dipakai untuk pertobatan adalah epistrephō. Epi, artinya “kearah”; dan strephō berarti “berputar”, “berbalik”. Jadi epistrephō (pertobatan) adalah “berputar kembali” atau “berbalik ke arah”. Kata ini secara khusus dipakai untuk mendeskripsikan suatu tindakan berbalik dari dosa kepada Allah (Kis. 15:19; I Tes. 1:9). Dengan demikian, epistrephō mendeskripsikan suatu perubahan total di dalam perilaku, suatu pembalikan gaya hidup seseorang, suatu gerakan berputar kembali sepenuhnya.
Adalah hal yang menarik untuk diperhatikan bahwa terkadang Perjanjian Baru hanya memakai salah satu dari kedua kata ini (metanoia dan epistrephō) untuk mendeskripsikan pertobatan. Dalam KPR. 15:3, dipakai istilah epistrephō sedangkan KPR. 11:18 hanya menggunakan istilah metanoia). Pada bagian lain dalam Perjanjian Baru, kedua kata ini dipakai secara bersamaan, seperti di KPR 3:19-20, dimana Petrus mengatakan kepada orang-orang yang berkumpul di Serambi Salomo, “Karena itu sadarlah (metanoesate) dan bertobatlah (epistrepsate), supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan.” Kedua kata ini juga dipakai secara bersamaan di KPR. 6:30. Maka arti dari kedua kata ini dapat saling menggantikan.

C. PERLUNYA PERTOBATAN

Panggilan untuk bertobat pada Perjanjian Baru dimulai dalam Matius 3:2 dan diakhir dalam Wahyu 3:19. Untuk memperlihatkan arti penting pertobatan, berikut ini akan dikemukakan ayat-ayat yang membahas hal tersebut.
Injil Matius memberitahukan kepada kita mengenai dua (2) orang yang menunjukkan penyesalan atas dosa-dosa yang mereka lakukan. Pertama adalah Petrus, yang dengan sikap yang sangat memalukan telah menyangkal Yesus, Tuhannya. Dan Alkitab pun mencatat, setelah melakukan hal tidak terpuji itu, “ia pergi keluar dan menangis dengan sedihnya” (Mat. 26:75). Beberapa hari kemudian Yesus memulihkan Petrus dalam posisinya sebagai murid, dan memerintahkan dia untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15:17). Orang kedua ialah Yudas yang mengkhianati Yesus hanya untuk memperoleh 30 keping uang perak. Ketika dia melihat Gurunya dijatuhi hukuman, Yudas “mempertobatkan dirinya sendiri (terj. dari versi KJV)” dan berkata, “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah” (Mat. 27:3). Perasaan berdosa ini ditindaklanjuti dengan melemparkan uang perak yang didapatkannya itu ke dalam Bait Suci lalu Yudas pergi menggantung dirinya.
Melihat rasa berdosa dan tindakan pertobatan kedua orang tersebut di atas, terdapat perbedaan yang sangat besar. Rasa berdosa Petrus membuat dia mengambil suatu tindakan pertobatan yang membawa kepada pengampunan dan pemulihan. Tetapi tidaklah demikian dengan Yudas. Meskipun Yudas menyadari bahwa dia telah melakukan hal yang salah, tetapi tidak terdapat bukti bahwa dia mengakui dosa-dosanya kepada Tuhan Yesus dan memohon pengampunan kepada-Nya. Tindakan pertobatan Yudas tidaklah sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus. Yudas “dikuasai oleh penyesalan” yang sangat mendalam sehingga ia “mempertobatkan diri sendiri” (bhs. Yunani, metamelomai) dengan jalan bunuh diri.
Rasa bersalah ataupun berdosa belumlah cukup untuk menerima pengampunan tanpa disertai dengan tindakan pertobatan yang benar. Seruan untuk bertobat disampaikan bukan saja oleh Yohanes Pembaptis dan para rasul yang lainnya, tetapi juga oleh Tuhan Yesus sendiri. Pesan utama di dalam Khotbah di Bukit adalah bahwa untuk dapat memasuki Kerajaan Sorga, orang harus bertobat dari perbuatan dosa mereka, mengubah cara berpikir mereka seutuhnya dan berupaya mengikuti perintah Yesus.
Dalam kitab terakhir dari Alkitab, Tuhan yang ditinggikan, saat berbicara kepada jemaat Laodikia, mengulangi panggilan-Nya yang mendesak untuk bertobat: “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Wahyu 3:9). Dan Petrus menjelaskan bahwa alasan mengapa Kristus belum kembali ke dunia adalah bahwa Dia menginginkan semua orang di segala tempat bertobat dan diselamatkan : “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada orang yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Pet. 3:9).
Pertobatan sejati sangat penting artinya bagi setiap orang berdosa (yang telah melakukan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah) yang mau menerima anugerah pengampunan di dalam Tuhan Yesus. Dan tindakan pertobatan haruslah menuju ke arah Kristus, sesuai dengan ajakan Firman Allah dan bukanlah hasil rekayasa pikiran manusia sempit dan bodoh.

D. HUBUNGAN ANTARA PERTOBATAN DENGAN IMAN

Orang sering bingung bila disodorkan pertanyaan : mana yang lebih dulu ada, pertobatan atau iman?. Sejumlah Teolog berkata bahwa pertobatan harus mendahului iman : “Pertobatan secara langsung membawa kepada iman yang menyelamatkan, yang pada dirinya merupakan kondisi dan instrumen dari pembenaran”. Teolog lain, sebaliknya, mempertahankan bahwa pertobatan mengikuti iman. John Calvin, misalnya, dengan tegas menyatakan : “Adalah fakta yang tidak terbantahkan lagi bahwa pertobatan bukan saja secara konstan mengikuti iman, tetapi juga lahir dari iman … Orang-orang seperti itu belum mengenal kuasa pertobatan …”
Adalah kurang tepat dan hanya menghabiskan waktu saja, jika terus dipeributkan – mana yang lebih dulu ada dari kedua aspek ini. Walaupun pertobatan dapat dan seharusnya dibedakan dari iman, tetapi keduanya jangan pernah dipisahkan. John Murray menanggapi hal ini secara arif, lewat pernyataannya :
“Iman yang memimpin kepada keselamatan adalah iman yang menyesali dosa-dosanya dan pertobatan yang membawa kepada kehidupan adalah pertobatan yang mempercayai Allah….. Iman adalah iman di dalam Kristus untuk keselamatan dari dosa. Tetapi jika iman diarahkan kepada keselamatan dari dosa, harus ada kebencian terhadap dosa dan keinginan pertobatan…. Dan jika kita ingat bahwa pertobatan merupakan tindakan berbalik dari dosa kepada Allah, maka berbalik kepada Allah ini mengimplikasikan iman kepada kasih setia Allah sebagai yang dinyatakan di dalam Kristus. Mustahil memisahkan iman dan pertobatan. Iman yang menyelamatkan dirembesi oleh pertobatan dan pertobatan dirembesi oleh iman.”

E. PERTOBATAN MERUPAKAN KARYA ALLAH DAN MANUSIA

Alkitab berbicara mengenai pertobatan sebagai karya Allah dan juga sebagai karya manusia. Kita telah melihat sejumlah ayat Alkitab di mana pertobatan dideskripsikan sebagai suatu karya manusia – yaitu di mana orang-orang didesak untuk bertobat dan kembali kepada Allah (Yes 55:7; Yeh. 33:11; Mat. 4:17; Kis. 3:19; 17:30; 26:18,20). Akan tetapi di KPR. 11:18, pertobatan secara jelas digambarkan sebagai karya Allah – atau lebih baik dikatakan suatu karya yang dimampukan oleh Allah untuk dikerjakan oleh manusia. Sudah pasti bahwa orang-orang berdosa harus bertobat, tetapi Allah-lah yang memampukan mereka untuk bertobat.
Sangatlah perlu bagi kita untuk melihat bagaimana Canon of Dort mengungkapkan aktivitas manusia menyangkut pertobatan mereka. Setelah mendeskripsikan cara supranatural yang dipakai Allah untuk memberikan regenerasi, Canon of Dort melanjutkan dengan mengatakan, “Dan sekarang, kehendak, yang telah diperbaharui itu, bukan hanya diaktifkan dan dimotivasi oleh Allah semata, tetapi sementara diaktifkan oleh Allah, kehendak itu sendiri juga aktif. Untuk alasan inilah, manusia sendiri, dengan anugerah yang telah diterimanya, juga benar dikatakan mempercayai dan bertobat.”

F. PERTOBATAN DIKERJAKAN SEUMUR HIDUP

Reformator Gereja Protestan, Marthin Luther dalam Tesis pertama dari 95 Tesisnya, berbunyi : “Tuhan dan Guru kami Yesus Kristus, ketika Dia berkata, Poenitentiam agite, berkehendak agar keseluruhan hidup orang-orang percaya haruslah merupakan pertobatan.” Selanjutnya, hal yang sama dikemukakan pula oleh John Calvin, yang juga merupakan salah seorang tokoh besar Reformasi :
Tentu saja pemulihan (gambar Allah) tidak terjadi dalam sekejap atau satu hari atau satu tahun; tetapi melalui kemajuan yang bertahap dan terkadang bahkan perlahan, Allah menghapuskan dari diri kaum pilihan-Nya kecemaran daging, membersihkan mereka dari kesalahan,, menguduskan mereka bagi diri-Nya sendiri sebagai bait-Nya, memperbaharui pikiran mereka semuanya menjadi kemurnian sejati, agar mereka dapat menjalankan pertobatan di sepanjang hidup mereka dan tahu bahwa peperangan ini hanya akan berakhir saat mereka mati.

Tuntutan Yesus agar kita menyangkal diri sendiri, mengangkat salib dan mengikuti Dia, mendeskripsikan apa yang harus kita lakukan di sepanjang hidup kita. Fakta bahwa pertobatan merupakan suatu aktivitas seumur hidup mempunyai sejumlah implikasi yang penting. Pertama, hal ini menunjukkan bahwa kita harus membedakan antara pertobatan awal yang terjadi dipermulaan kehidupan Kristen dengan pertobatan yang berlanjut di sepanjang hidup kita. Bukan saja terdapat suatu tindakan berbalik dari dosa dan kembali kepada Allah yang menjadi awal perjalanan seorang Kristen, tetapi juga menjadi karakter dari keseluruhan perjalanan hidup. Oleh karena itu, kita tidak boleh berpikir bahwa pertobatan hanyalah salah satu langkah di dalam proses keselamatan, melainkan, paling tidak dalam satu pengertian, kita harus memikirkan pertobatan sebagai satu aspek dari keseluruhan proses. Kehidupan Kristen dalam totalitasnya adalah kehidupan pertobatan.
Kedua, kita harus memperhatikan bahwa pertobatan dalam pengertian seumur hidup secara mendasar tidak berbeda dari pengudusan, walaupun pertobatan merupakan perwujudan pengudusan dari sudut yang unik. Semua poin yang telah dibahas mengenai pertobatan juga dapat diterapkan pada pengudusan, yaitu merupakan tindakan berbalik dari dosa dan kembali kepada Allah, suatu perubahan pola hidup, suatu perjalanan dari pikiran kedagingan kepada pikiran Kristus, melepaskan diri yang lama dan mengenakan diri yang baru. Dengan lain perkataan, istilah-istilah yang dipakai oleh Alkitab untuk mendeskripsikan proses keselamatan memiliki makna yang tumpang tindih. Keselamatan bukanlah banyak hal, melainkan hanya satu hal; tetapi satu hal ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Ketiga, harus diingat bahwa pertobatan dalam pengertian Alkitabiah sepenuhnya tidak pernah secara sempurna dikerjakan oleh manusia. Kapankah manusia secara total berpaling dari dosa dan kembali kepada Allah, dan dari pikiran kedagingan kepada pikiran Kristus? Pernahkah manusia secara sempurna membenci dosa? Kapankah seseorang pernah benar-benar bebas dari dorongan-dorongan yang muncul dari manusia lamanya, dan kapan seseorang menyatakan dengan tanpa cela manusia baru yang menjadi tujuan kehidupan ini. Setiap hari kita harus memohon pengampunan dari Allah, bukan hanya untuk dosa-dosa kita, tetapi juga untuk ketidaksempurnaan pertobatan kita. Pertobatan sebagaimana dideskripsikan di dalam Alkitab adalah suatu ideal yang tinggi; kita harus terus-menerus berupaya untuk menyatakannya, walaupun kita tidak akan pernah melakukannya secara sempurna di dalam hidup ini.

G. PERTOBATAN YANG TIDAK DITERIMA TUHAN

Ini adalah bagian terakhir dari bahasan kita dalam pelajaran Pendalaman Alkitab. Firman Allah berkata, “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia surgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.” (Ibrani 6:4-6).
Sebagian besar orang Kristen mengetahui tentang orang-orang yang karena satu atau lain alasan telah meninggalkan iman mereka. Mungkin mereka sesungguhnya tidak menyangkal iman, tetapi tentu saja mereka tidak mempraktekkannya. Kalau melihat ayat tersebut di atas, sebenarnya mereka adalah orang-orang yang sudah pernah bertobat, tetapi jatuh lagi dalam kubangan dosa yang akhirnya menyebabkan mereka menjadi murtad dari iman Kristiani. Menjadi pertanyaan, apakah benar ada orang yang tidak dapat dibawa kepada pertobatan? Mungkinkah orang yang telah mengalami Roh Kudus kembali tersesat dan terhilang untuk selamanya? Adalah penting untuk memilah-milah masalahnya dan menangani dengan teliti masalah yang sangat melibatkan perasaan pribadi ini.

Indikasi dari pertobatan yang tidak diterima/ditolak Tuhan adalah :
1. Bila seseorang secara sadar sedang mengamati karya Roh Kudus melalui Yesus, tetapi menyebutnya sebagai pekerjaan iblis (Markus 3:20-29). Ini berarti sengaja menolak bukti dari pengalamannya sendiri.
2. Bila seseorang telah melakukan dosa yang mendatangkan maut (1 Yoh. 5:16-17).
3. Bila seseorang memohon pengampunan sebelum bunuh diri (Mat. 27:3-5).
4. Bila seseorang melakukan pertobatan semu (Mat. 7:22-23).

Tetapi puji TUHAN, kita tidak diselamatkan karena kesempurnaan pertobatan kita. Kita diselamatkan bukan oleh perbuatan baik kita melainkan hanya oleh perbuatan Tuhan Yesus Kristus (Efesus 2:8-9). Alkitab memperingatkan kita semua untuk tetap mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar (Filipi 2:12), antara lain yang dapat dilihat lewat pertobatan yang dilakukan setiap hari.
Sebab itu, “Bertobatlah karena Kerajaan Sorga sudah dekat” (Matius 3:2, 4:17). Dan hasilkanlah buah-buah dari pertobatan itu (Matius 3:8). Imanuel … Amin.


Yang perlu direnungkan dan dilakukan : …..
“Tindakan Pertobatan kita dapat menggerakkan kesadaran intelektual, emosi & kehendak orang lain untuk melakukan hal yang sama”

“Khotbah yang paling menyentuh bukanlah ketika kita sedang berada di atas Mimbar tetapi ketika kita menghasilkan buah-buah pertobatan yang dapat dilihat, dinikmati dan diteladani orang lain”

28 Apr 2010

Bagaimana aborsi menurut Alkitab?

Alkitab tidak pernah secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran 21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh. Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristen aborsi bukan hanya sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).

Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan seks antar saudara. Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak – atau anak tsb dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena perbuatan jahat ayahnya.

Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?” Secara jujur ini adalah pertanyaan paling sulit untuk dijawab dalam soal aborsi. Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena merka tidak mau “merusak tubuh mereka” daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka buat.

Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah “pengaturan kelahiran secara retroaktif.” Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya.

Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau lai-laki yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.

26 Apr 2010

Hari Tuhan, apa dan bagaimana?

Frasa “hari Tuhan” biasanya menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir dari sejarah (Yesaya 7:18-25) dan sering diasosiasikan secara dekat dengan frasa “hari itu.” Salah satu kunci untuk memahami frasa ini adalah dengan memperhatikan bahwa frasa-frasa ini selalu berbicara mengenai suatu masa di mana Allah secara pribadi campur tangan dalam sejarah, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk menggenapi aspek tertentu dari rencanaNya.

Kebanyakan orang mengasosiasikan “hari Tuhan” dengan masa tertentu atau hari tertentu yang akan terjadi pada zaman akhir ketika rencana Allah dan maksudnya bagi dunia milikNya dan bagi umat manusia akan digenapi. Beberapa sarjana percaya bahwa “hari Tuhan” akan merupakan masa yang lebih panjang, dan bukannya satu hari saja – suatu periode waktu di mana Kristus akan memerintah di seluruh dunia sebelum Dia membersihkan langit dan bumi untuk mempersiapkan kekekalan bagi seluruh umat manusia. Namun para sarjana lain percaya bahwa hari Tuhan akan merupakan peristiwa yang cepat yang terjadi ketika Kristus kembali ke dunia untuk menebus orang-orang percaya yang setia dan untuk mengirim orang-orang yang tidak percaya kepada hukuman kekal.

Frasa “hari Tuhan” digunakan sembilan belas kali dalam Perjanjian Lama (Yesaya 2:12; 13:6, 9; Yehezkiel 13:5; 30:3; Yoel 1:15, 2:1,11, 31; 3:14; Amos 5:18, 20; Obaja 15, Zefanya 1:7-14; Zakharia 14:1; Maleakhi 4:5) dan empat kali dalam Perjanjian Baru (Kisah 2:20; 2 Tesalonika 2:2; 2 Petrus 3:10). Hal ini juga disinggung dalam bagian-bagian lainnya (Wahyu 6:17; 16:14).

Bagian-bagian Perjanjian Lama yang berhubungan dengan hari Tuhan sering kali mengandung makna kesegeraan, hampir dan pengharapan: “Merataplah, sebab hari TUHAN sudah dekat!” (Yesaya 13:6); “Hari itu sudah dekat, hari TUHAN sudah dekat” (Yehezkiel 30:3); “Sungguh, hari TUHAN sudah dekat,” (Yoel 1:15); “Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri, sebab hari TUHAN datang, sebab hari itu sudah dekat;” (Yoel 2:1); “Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat hari TUHAN di lembah penentuan!” (Yoel 3:14); “Sebab telah dekat hari TUHAN menimpa segala bangsa” (Obaja 1:15); “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat” (Zefanya 1:7); “Sudah dekat hari TUHAN yang hebat itu, sudah dekat dan datang dengan cepat sekali!” (Zefanya 1:14). Hal ini dikarenakan “hari Tuhan” dalam Perjanjian Lama sering berbicara mengenai penggenapan yang dekat dan jauh, sama halnya dengan nubuatan Perjanjian Lama. Ada kalanya dalam Perjanjian Lama di mana “hari Tuhan” digunakan untuk menggambarkan penghakiman bersejarah yang terlah digenapi dalam pengertian tertentu (Yesaya 13:6-22; Yehezkiel 30:2-19; Yoel 1:15; 3:14; Amos 5:18-20; Zefanya 1:14-18), sementara pada waktu lainnya istilah ini merujuk pada penghakiman illahi yang akan terjadi menjelang berakhirnya zaman (Yoel 2:30-32; Zakharia 14:1; Maleakhi 4:1, 5).

Perjanjian Baru menyebutnya sebagai hari “murka,” hari “perlawatan,” dan hari Allah Yang Mahakuasa (Wahyu 1:14) dan merujuk pada penggenapan di masa depan ketika murka Allah dicurahkan kepada bangsa Israel yang tidak mau percaya (Yesaya 22; Yeremia 30:1-17; Yoel 1-2; Amoz 5; Zefanya 1) dan dunia yang tidak percaya (Yehezkiel 38-39; Zakharia 14). Kitab Suci menunjukkan bahwa “hari Tuhan” akan datang dengan cepat, seperti pencuri di malam hari (Zefanya 1:14-15; 2 Tesalonika 2:2), dan karena itu kita sebagai orang-orang Kristen harus berjaga-jaga dan siap untuk datangnya Kristus setiap saat.

Selain merupakan saat penghakiman, itu juga akan merupakan saat penyelamatan ketika Allah membebaskan sisa-sisa Israel, menggenapi janjiNya bahwa “seluruh Israel akan diselamatkan” (Roma 11:26), mengampuni dosa mereka dan memulihkan orang-orang pilihanNya ke tanah yang dijanjikannya kepada Abraham (Yesaya 10:27; Yeremia 30:19-31, 40; Mikah 4; Zakharia 13). Hasil terakhir dari hari Tuhan adalah “Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan; hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu” (Yesaya 2:17). Penggenapan utama atau yang paling akhir dari nubuat-nubuat mengenai “hari Tuhan” akan terjadi pada akhir dari sejarah ketika dengan kuasa yang ajaib Allah akan menghukum kejahatan dan menggenapi semua janjiNya.

25 Apr 2010

Arti Kedatangan Yesus ke dua kali

Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya adalah pengharapan dari orang-orang percaya bahwa Tuhan mengontrol segala sesuatunya dan setia pada janji-janji dan nubuatan dalam FirmanNya. Pada kedatanganNya yang pertama, Yesus Kristus datang ke dunia ini sebagai seorang bayi di palungan di Betlehem, sebagaimana dinubuatkan. Yesus memenuhi banyak nubuat mengenai Mesias dalam kelahiran, hidup, pelayanan, kematian dan kebangkitanNya. Namun ada beberapa nubuat mengenai Mesias yang Yesus belum genapi. Kedatangan Kristus Kedua Kali akan merupakan kembalinya Kristus untuk memenuhi semua nubuat yang masih tersisa ini. Pada kedatanganNya yang pertama kali, Yesus datang dalam keadaan yang sangat sederhana. Pada kedatanganNya yang kedua kalinya, Yesus akan datang dengan bala tentara Surga mengiringi Dia.

Para nabi Perjanjian Lama tidak membedakan kedua kedatangan ini. Hal ini dapat dilihat pada ayat-ayat seperti Yesaya 7:14; 9:6-7 dan Zakharia 14:4. Akibat dari nubuat yang sepertinya berbicara mengenai dua individu banyak sarjana Yahudi yang percaya bahwa akan ada Mesias yang menderita dan Mesias yang menang. Apa yang mereka tidak pahami adalah bahwa Mesias yang sama akan memenuhi kedua peranan ini. Yesus menggenapi peran dari hamba yang menderita (Yesaya 53) pada kedatanganNya yang pertama. Yesus akan menggenapi peran sebagai Pembebas dan Raja Israel pada kedatanganNya yang kedua. Zakharia 12:10 dan Wahyu 1:7 menggambarkan Kedatangan yang Kedua Kali, mengenang kembali saat Yesus ditikam. Israel, dan seluruh dunia, akan meratap karena tidak menerima Mesias saat Dia datang untuk pertama kalinya.

Setelah Yesus naik ke Surga, para malaikat memberitahukan para rasul, "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah 1:11). Zakharia 14:4 mengidentifikasikan tempat Kedatangan yang Kedua Kalinya sebagai Bukit Zaitun. Matius 24:30 menyatakan, “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” Titus 2:13 menggambarkan Kedatangan yang Kedua Kalinya sebagai “pernyataan kemuliaan.”

Kedatangan yang Kedua Kali dibicarakan dengan terperinci dalam Wahyu 19:11-16, “ Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Allah." Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN"” (Wahyu 19:11-16).

24 Apr 2010

Akhir Zaman, apa yang terjadi?

Alkitab berbicara banyak mengenai akhir zaman. Hampir setiap kitab dalam Alkitab mengandung nubuat mengenai akhir zaman. Berusaha mengerti dan menata setiap nubuat ini dapat merupakan pekerjaan yang sulit. Berikut ini adalah ringkasan yang sangat singkat mengenai apa yang Alkitab katakan akan terjadi pada akhir zaman:

Kristus akan memindahkan semua orang percaya yang merupakan bagian dari Gereja (orang-orang suci Perjanjian Baru) dari dunia ini melalui peristiwa yang disebut Pengangkatan (1 Tesalonika 4:13-18; 1 Korintus 15:51ff). Pada Tahta Penghakiman Kristus, orang-orang percaya ini akan diberikan pahala untuk perbuatan baik dan pelayanan mereka. Mereka mungkin saja kehilangan pahala mereka karena tidak melayani dan tidak taat, namun tidak akan kehilangan hidup kekal (1 Korintus 3:11-15; 2 Korintus 5:10).

Anti Kristus (binatang) akan berkuasa dan menandatangani pakta perdamaian (perjanjian) dengan Israel untuk masa tujuh tahun (Daniel 9:27). Masa tujuh tahun ini dikenal sebagai masa Tribulasi (kesengsaraan). Dalam masa Tribulasi ini akan terjadi peperangan, kelaparan, wabah dan berbagai bencana alam. Tuhan mencurahkan murkanya terhadap dosa dan kejahatan. Tribulasi menjadi tempat untuk ke empat penunggang kuda dalam Wahyu dan ke tujuh meterai, sangkakala dan cawan murka Allah.

Kurang lebih setengah dari masa 7 tahun, antikristus akan melanggar perjanjian damai dengan Israel dan berperang dengan mereka. Antikristus akan melakukan kekejian yang membinasakan dan membuat patung dirinya untuk disembah di tempat kudus (Daniel 9:27, 2 Tesalonika 2:3-10). Bagian kedua dari Tribulasi dikenal sebagai Kesengsaraan Besar dan waktu kesusahan bagi Yakub.

Pada akhir dari tujuh tahun Tribulasi, antikristus akan melakukan serangan terakhir terhadap Yerusalem yang memuncak pada Perang Harmagedon. Yesus Kristus akan datang kembali, membinasakan antikristus dan bala tentaranya dan membuang mereka ke dalam lautan api (Wahyu 19:11-21). Kristus akan membelenggu Iblis dalam jurang maut untuk 1000 tahun dan akan memerintah di atas bumi selama 1000 tahun (Wahyu 20:1-6).

Pada akhir dari 1000 tahun Iblis akan dilepaskan, kembali dikalahkan dan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:7-10). Kristus akan menghakimi orang-orang yang tidak percaya (Wahyu 20:10-15) di Tahta Putih yang Besar, membuang mereka ke dalam lautan api. Akan ada Langit yang Baru dan Bumi yang Baru – tempat kediaman kekal bagi orang-orang percaya. Tidak akan ada lagi dosa, kesusahan atau kematian. Demikian pula Yerusalem yang Baru akan turun dari Surga (Wahyu 21-22).

Benarkah Alkitab Firman TUHAN ?

Jawaban kita kepada pertanyaan ini bukan hanya menentukan bagaimana kita memandang Alkitab dan kepentingannya bagi hidup kita, namun juga pada akhirnya memiliki dampak kekal terhadap kita. Kalau Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, maka kita perlu menikmatinya, mempelajarinya, menaati dan mempercayainya. Kalau Alkitab adalah Firman Tuhan, tidak memperdulikan Alkitab berarti tidak memperdulikan Tuhan sendiri.

Fakta bahwa Tuhan memberi kita Alkitab adalah bukti dan gambaran kasihNya kepada kita. Istilah “wahyu” berarti Tuhan mengkomunikasikan kepada manusia siapa Dia dan bagaimana kita dapat memiliki relasi yang benar dengan Dia. Ini adalah hal-hal yang kita tidak dapat ketahui kalau Tuhan tidak mewahyukannya kepada kita di dalam Alkitab. Walaupun pewahyuan Allah dalam Alkitab diberikan secara progresif dalam kurun waktu kurang lebih 1500 tahun, Alkitab selalu mengandung segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mengenal Allah agar dapat memiliki hubungan yang benar denganNya. Jikalau Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, maka Alkitab merupakan otoritas tertinggi dalam hal iman, keagamaan dan moral.

Pertanyaan yang kita perlu pertanyakan kepada diri kita adalah bagaimana kita dapat mengetahui bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan dan bukan hanya merupakan sebuah buku yang bagus? Apakah keunikan Alkitab yang membuat Alkitab berbeda dengan buku-buku keagamaan lainnya? Apakah ada bukti bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan? Ini adalah jenis-jenis pertanyaan yang perlu diperhatikan jika kita ingin dengan serius meneliti klaim Alkitab bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, diinspirasikan secara illahi, dan sempurna dalam hal-hal yang menyangkut iman dan penerapannya.

Sama sekali tidak ada keraguan bahwa Alkitab mengklaim diri sebagai satu-satunya Firman Tuhan. Hal ini jelas dalam ayat-ayat seperti 2 Timotius 3:15-17 yang mengatakan, “…dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu meneliti bukti-bukti dari dalam (internal) dan luar (eksternal) bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Bukti-bukti dari dalam adalah hal-hal dari dalam Alkitab sendiri yang membuktikan bahwa Alkitab bersumber dari Allah. Salah satu bukti dari dalam bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan adalah kesatuannya. Sekalipun Alkitab pada dasarnya terdiri dari enam puluh enam kitab yang berbeda, ditulis di tiga benua, dalam tiga bahasa, dalam kurun waktu sekitar 1500 tahun, oleh lebih dari 40 penulis (yang berasal dari latar belakang hidup yang berbeda-beda), Alkitab tetap merupakan satu kesatuan, dari depan sampai akhir, tanpa ada kontradiksi. Kesatuan seperti ini berbeda dari buku-buku lainnya dan merupakan bukti asal usul illahi dari kata-kata Alkitab saat Allah menggerakkan manusia sedemikian rupa sehingga mereka mencatat apa yang dikatakanNya.

Bukti dari dalam lainnya yang mengindikasikan bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan dapat dilihat dalam nubuat-nubuat mendetil yang dicatat dalam halaman-halaman Alkitab. Alkitab mengandung ratusan nubuat yang diucapkan dengan detil baik yang berhubungan dengan bangsa-bangsa, termasuk Israel, masa depan dari kota-kota tertentu, masa depan dari manusia, sampai kedatangan Dia yang adalah Mesias, Juruselamat bukan hanya bagi Israel, tapi bagi semua orang yang percaya kepadaNya. Berbeda dengan nubuat-nubuat yang ditemukan dalam kitab-kitab religi lainnya, atau yang dikatakan oleh Nostradamus, nubuat-nubuat Alkitab sangat mendetil dan tidak pernah tidak digenapi. Dalam Perjanjian Lama saja, ada kurang lebih tiga ratus nubuat mengenai Yesus Kristus. Bukan saja dinubuatkan di mana Dia akan dilahirkan dan dari keluarga apa, namun juga bagaimana Dia akan mati dan bangkit pula pada hari yang ketiga. Sama sekali tidak ada cara logis untuk menjelaskan penggenapan nubuat-nubuat Alkitab kecuali bahwa Alkitab berasal dari Allah. Tidak ada buku religi apapun yang memiliki tingkat dan tipe nubuat seperti yang dikandung dalam Alkitab.

Bukti internal yang ketiga mengenai asal usul illahi dari Alkitab dapat dilihat dari otoritas dan kuasanya yang khusus. Sekalipun bukti ini lebih subyektif dibanding dengan kedua bukti pertama, bukti ini tetap merupakan kesaksian yang kuat bahwa Alkitab berasal dari Allah. Berbeda dengan kitab-kitab lain yang pernah ditulis, Alkitab memiliki otoritas yang unik. Otoritas dan kuasa ini dapat dilihat dengan jelas dalam banyaknya hidup yang diubah melalui membaca Alkitab. Pengguna narkoba menjadi sembuh, orang homoseks yang menjadi bebas, orang-orang yang hidupnya berantakan mengalami perubahan, kaum kriminal kawakan yang diperbaiki kembali, orang-orang berdosa yang ditegur, kebencian yang diubah menjadi kasih sayang melalui pembacaan Alkitab. Alkitab memiliki kuasa yang dinamis dan mampu mengubah, yang hanya terjadi karena Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan.

Selain bukti-bukti dari dalam bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, ada pula bukti-bukti eksternal (dari luar) yang menunjukkan bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Salah satu dari bukti-bukti itu adalah kesejarahan dari Alkitab. Karena Alkitab memberikan detil dari peristiwa-peristiwa sejarah, kebenaran dan keakuratannya dapat dibuktikan sebagaimana dokumentasi historis lainnya. Melalui bukti-bukti arkeologi dan tulisan-tulisan lainnya, kisah-kisah sejarah dalam Alkitab berkali-kali dibuktikan kebenaran dan ketepatannya. Bahkan semua bukti arkelogi dan naskah-naskah yang mendukung Alkitab, membuat Alkitab menjadi buku dari dunia kuno yang paling banyak didokumentasikan. Fakta bahwa Alkitab dengan akurat dan setia mencatat peristiwa-peristiwa sejarah, yang kebenarannya dapat diuji, merupakan indikasi yang kuat mengenai kebenarannya dalam topik-topik religi dan doktrin dan memperkuat klaim bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan.

Bukti luar lainnya bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan adalah dalam hal integritas orang-orang yang menjadi penulis-penulisnya. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Tuhan mempergunakan orang-orang dari berbagai latar belakang untuk mencatat kata-kata yang disampaikanNya kepada kita. Saat kita mempelajari hidup orang-orang ini, tidak ada alasan bagi kita untuk mencurigai bahwa mereka tidak jujur dan tidak tulus. Menganalisa kehidupan mereka dan fakta bahwa mereka bersedia utnuk mati (sering kali mati dengan sangat menderita) untuk apa yang mereka percaya, dengan cepat kita akan melihat bahwa orang-orang sederhana, namun jujur, ini sungguh-sungguh percaya bahwa Allah telah berbicara kepada mereka. Orang-orang yang menulis Perjanjian Baru dan ratusan orang percaya lainnya (1 Korintus 15:6) tahu akan kebenaran dari berita mereka karena mereka telah melihat dan melewatkan waktu dengan Kristus setelah Dia bangkit dari antara orang mati. Perubahan yang terjadi karena melihat Kristus yang bangkit begitu dahsyatnya. Dari sembunyi dalam ketakutan, mereka menjadi orang-orang yang bersedia mati untuk berita yang Tuhan telah nyatakan kepada mereka. Hidup dan kematian mereka menyaksikan fakta bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan.

Bukti eksternal terakhir bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan adalah bahwa Alkitab tidak dapat dimusnahkan. Karena pentingnya kitab ini dan karena klaim bahwa kitab ini adalah Firman Tuhan, Alkitab berkali-kali diserang dan berusaha dimusnahkan, lebih sering dibandingkan dengan buku-buku lain dalam sejarah. Dari para kaisar Roma seperti Diokletian, sampai para diktator komunis dan orang-orang ateis dan penganut agnostik zaman modern, Alkitab bertahan dari segala serangan dan sampai sekarang masih merupakan buku yang paling banyak dicetak.

Di sepanjang waktu, para kaum skeptik telah menganggap Alkitab sebagai mitos, namun arkeologi telah membuktikan kesejarahan Alkitab. Para penentangnya menyerang pengajaran Alkitab sebagai primitif dan ketinggalan zaman, namun konsep dan pengajaran moral serta hukum dari Alkitab memiliki pengaruh positif terhadap berbagai budaya dan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Alkitab terus diserang oleh sains, psikologi, dan gerakan-gerakan politik, namun tetap benar dan relevan hari ini sebagaimana pada waktu mula-mula ditulis. Alkitab adalah kitab yang telah mengubah tak terhingga banyaknya hidup dan kebudayaan dalam 2000 tahun ini. Bagaimanapun para penentangnya berusaha menyerang, menghancurkan atau merendahkan Alkitab, Alkitab tetap kokoh dan benar dan relevan sebelum maupun sesudah diserang. Akurasi Alkitab yang tetap bertahan sekalipun ada berbagai upaya untuk merusak, menyerang atau menghancurkannya adalah merupakan kesaksian yang nyata bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Tidak mengejutkan bahwa bagaimanapun Alkitab diserang, Alkitab akan lolos dan tak berubah. Bukankah Yesus telah berkata, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu” (Markus 13:31). Setelah melihat bukti-bukti yang ada, orang dapat mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa, “Ya, Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan.”

23 Apr 2010

Akhir Zaman, are you ready?

Matius 24:5-8 memberi kita beberapa petunjuk penting sehingga kita dapat memahami mendekatnya akhir zaman. “Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.” Bertambahnya mesias-mesias palsu, bertambahnya peperangan, bertambahnya kelaparan, penyakit dan bencana-bencana alam – semua ini adalah “tanda-tanda” akhir zaman. Bahkan dalam ayat-ayat ini kita diberikan peringatan. Jangan sampai kita ditipu (Matius 24L4), karena peristiwa-peristiwa ini hanyalah permulaan dari sakit melahirkan (Matius 24:8), kesudahannya masih akan datang (Matius 24:6).

Banyak penafsir yang menunjuk pada setiap gempa bumi, setiap pergolakan politik, dan setiap serangan terhadap Israel sebagai tanda bahwa akhir zaman segera tiba. Walaupun peristiwa-peristiwa ini adalah tanda-tanda bahwa akhir zaman sementara mendekat, hal ini tidak berarti bahwa akhir zaman sudah tiba. Rasul Paulus mengingatkan bahwa “di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan” (1 Timotius 4:1). Hari-hari terakhir dilukiskan sebagai “masa yang sukar” karena meningkatnya kejahatan manusia dan orang-orang yang secara aktif “menolak kebenaran” (2 Timotius 3:1-9; lihat pula 2 Tesalonika 2:3).

Tanda-tanda lain yang mungkin antara lain adalah dibangunnya kembali tempat suci orang Yahudi di Yerusalem, meningkatnya permusuhan terhadap Israel dan perkembangan ke arah satu pemerintahan dunia. Tanda akhir zaman yang paling utama adalah negara Israel. Pada tahun 1948 Israel untuk pertama kalinya sejak tahun 70 A.D. diakui sebagai negara yang berdaulat. Tuhan sudah berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan memiliki Kanaan sebagai “milik untuk selama-lamanya” (Kejadian 17:8), dan Yehezkiel menubuatkan kebangunan kembali Israel secara fisik dan rohani (Yehezkiel 37). Dari sudut pandang nubuat akhir zaman, adanya Israel sebagai bangsa di tanahnya sendiri adalah hal yang penting karena pentingnya Israel dalam eskatologi (Daniel 10:14; 11:41; Wahyu 11:8).

Dengan mengingat tanda-tanda ini, kita dapat bersikap bijak dalam hal pengharapan akhir zaman. Namun kita tidak boleh menafsirkan salah satu dari tanda-tanda ini sebagai indikasi jelas bahwa akhir zaman akan segera tiba. Tuhan telah memberi kita informasi yang cukup sehingga kita dapat mempersiapkan diri, namun tidak cukup untuk membuat kita menjadi sombong.

21 Apr 2010

Anda adalah Ciptaan Baru dalam Kristus

Menurut 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Ada dua kata bahasa Yunani yang diterjemahkan “baru” dalam Alkitab. Yang pertama adalah neos yang merujuk pada sesuatu yang baru saja dibuat, namun sudah ada lainnya yang serupa. Kata yang diterjemahkan baru dalam ayat ini adalah kata kainos yang berarti sesuatu yang dibuat tanpa ada yang serupa yang pernah ada. Di dalam Kristus kita dijadikan ciptaan yang sama sekali baru, sebagaimana pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi-Allah menciptakannya dari yang tidak ada, dan demikian pula dengan kita. Dia bukan hanya membersihkan diri kita yang lama; Dia membuat kita sama sekali baru dan diri yang baru ini adalah bagian dari Kristus sendiri. Ketika kita ada di dalam Kristus, kita “mendapat bagian dalam kodrat illahi” (2 Petrus 1:4). Allah sendiri, berdiam di dalam hati kita. Kita ada di dalam Kristus, dan Dia di dalam kita.

Ketika kita ada di dalam Kristus dan Dia di dalam kita, kita diregenerasikan, diperbaharui, dan dilahirkan kembali, dan ciptaan baru ini berpusat pada hal-hal rohani, sementara natur yang lama berpusat pada hal-hal yang duniawi. Natur baru adalah dalam persekutuan dengan Allah, taat kepada kehendak-Nya dan diabdikan untuk melayani Dia. Ini adalah hal-hal yang natur lama tidak mampu lakukan atau bahkan tidak memiliki niat. Natur lama mati kepada hal-hal dari roh dan tidak dapat membangkitkan diri sendiri. Natur itu “mati dalam pelanggaran dan dosa-dosa” (Efesus 2:1), dan hanya dapat dihidupkan kembali dengan dengan kebangkitan supranatural yang terjadi ketika kita datang kepada Kristus dan didiami oleh-Nya. Dia memberi kita natur yang sama sekali baru dan suci serta hidup yang tidak dapat rusak. Hidup kita yang lama, yang sebelumnya mati terhadap Allah karena dosa, dikuburkan, dan kita dibangkitkan untuk “hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:4).

Di dalam Kristus kita dipersatukan dengan Dia dan bukan lagi hamba-hamba dosa (Roma 6:5-6); dihidupkan bersama dengan Kristus (Efesus 2:5); menjadi serupa dengan gambar-Nya (Roma 8:29); bebas dari hukuman dan tidak berjalan menurut daging, namun menurut Roh (Roma 8:10, dan menjadi anggota tubuh Kristus bersama dengan orang-orang percaya lainnya (Roma 12:5). Orang-orang percaya sekarang memiliki hati yang baru (Yehezkiel 11:19), dan diberkati dengan “segala berkat rohani di dalam sorga” (Efesus 1:3).

Kita mungkin akan memikirkan mengapa kita sering tidak hidup dengan cara yang digambarkan sekalipun kita telah memberi hidup kita kepada Kristus dan kita yakin akan keselamatan kita. Hal ini adalah karena natur baru kita mendiami tubuh jasmani kita yang lama dan keduanya bertentangan satu dengan yang lainnya. Natur lama sudah mati, namun natur baru masih memerangi “kemah” lama yang didiaminya. Kejahatan dan dosa masih ada, namun seorang percaya kini melihatnya dengan perspektif baru, dan tidak lagi dikendalikan oleh kejahatan dan dosa sebagaimana dulu. Di dalam Kristus kita kini bisa memilih untuk menolak dosa, sementara dalam natur yang lama kita tidak sanggup. Sekarang kita bisa memilih mau memberi makan kepada natur baru melalui Firman Tuhan, doa dan ketaatan, atau memberi makan kepada daging dengan mengabaikan hal-hal itu dan terlibat dalam dosa.

Ketika kita berada di dalam Kristus, “Dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (Roma 8:37) dan dapat bersukacita dalam Juruselamat kita yang telah memungkinkan segalanya! Di dalam Kristus kita dikasihi, diampuni, dan dijanjikan keselamatan. Di dalam Kristus kita diangkat anak, dibenarkan, ditebus, diperdamaikan, dan dipilih. Di dalam Kristus kita menang, penuh dengan sukacita dan damai, diberikan makna kehidupan yang sejati. Betapa luar biasanya Kristus sebagai Juruselamat!

20 Apr 2010

Mengampuni Untuk Diampuni

Berbicara tentang mengampuni dan melupakan didalamnya pasti ada orang yang disakiti dan menyakiti. Pada prinsipnya orang yang disakiti dan menyakiti melibatkan dua orang yang sama – sama akan kehilangan damai. Bagi Orang yang disakiti: Rasa sakit hati, geram dan kecewa merupakan proses atau sekolah karakter terbaik yang diijinkan Tuhan (Mazmur 17 : 71). Bila kita sakit hati itu Tuhan sedang mengajar kita untuk mengampuni dan melupakan kesalahan Orang.

Bila orang yang menyakiti kita:  Sadar atau tak sadar orang menyakiti kita itu terjadi atas seijin Tuhan untuk membentuk kita. Kita tidak perlu larut dalam sakit hati dan amarah atas apa yang diperbuat orang yang menyakiti kita Firman Tuhan dalam Amsal 27 : 17 “Besi menajamkan besi, rang menajamkan sesamanya.” Tuhan memakai orang lain untuk membentuk karakter kita, Proses pembentukan itu seperti sebuah pemahatan, Orang yang menyakiti adalah Pahat sedangkan orang yang diisakiti adalah yang dipahat.

    Tidak bisa kita pungkiri dimana - mana kebencian tidak akan membawa sukacita tapi justru akan membawa bencana dalam kehidupan kita, kekecewaan, amarah dan akar pahit akan terus tumbuh subur didalam hati kita. Dalam hidup ini apabila kita menyimpan kebencian terhadap seseorang maka dalam pikiran dan pandangan kita hanya akan terlihat bayangan orang yang menjadi penyebab kebencian  kita. Dalam setiap langkah kita, dalam setiap perbuatan kita selalu ada bayangan orang yang menyebabkan timbulnya kemarahan dan kepahitan dalam hidup kita hingga hal itu menjadi kendala bagi kita dalam mencari dan mendapatkan suka cita dan berkat dari ALLAH. Bila kita kandung kebencian  maka kita akan melahirkan kebencian dan merusak pertumbuhan iman dan percaya kita terhadap Yesus Kristus.

    Setiap manusia memiliki hak untuk memilih tentang apapun dan segala sesuatu dalam hidupnya. Kita dapat membuat pilihan yang tepat dan salah, pilihan yang baik ataupun yang buruk. Pilihan yang tepat dan baik akan mendatangkan berkat dalam kehidupan kita, Pilihan yang salah akan membawa pengaruh yang sebaliknya. Dan mengampuni merupakan pilihan dalam hidup ini karena kita lebih dahulu menerima pengampunan melalui pengorbanan YESUS dikayu salib.

    Bisa dibayangkan apabila sesorang membuat sesuatu kesalahan yang akibat dari perbuatannya membuat hidup kita :
• Menderita karena kehilangan Saudara / famili kita.
• Kita gagal dalam studi karena orang lupa mengembalikan uang yang akan kita pakai untuk membayar SPP padahal kita harus membayarnya dan karenanya study kita berantakan.
• Kita terpisah dari orang yang kita cintai.
• Keluarga kita terpecah – pecah.
• Salah satu anggota keluarga kita jatuh dalam narkotik, obat terlarang dan minuman keras.
• Karena kelalaian seseoarang mengalami kebutaan, cacat seumur hidup bahkan kehilangan nyawa.

    Segala penderitaan yang diakibatkan dan yang timbul membuat akar pahit dalam hidup kita. Semua itu sangatlah teramat sulit untuk melupakan dan mengampuni namun pada saat kita mengambil keputusan untuk mengampuni berarti kita mengambil keputusan  untuk melepaskan belenggu pada orang yang membuat kita sakit hati.

Karena iri hati Yusuf difitnah, ia dijual, dijadikan budak, dimasukkan kedalam penjara selama 13 tahun dan selama itupula ia mengalami penderitaan yang teramat sangat oleh karena perbuatan kakak – kakaknya. Pada saat kakak-kakaknya datang padanya itu merupakan suatu kesempatan untuk membalas dendam namun karena hikmat dan kebijaksanaan dari Allah ia lebih memilih untuk mengampuni dan mendekati saudara – saudaranya, menyapa, memeluk mereka sambil menangis (Kejadian 45 : 3 – 5 ) Yusuf memilih untuk mengampuni segala perbuatan kakak – kakaknya walaupun hatinya menangis karena sakit hati dan perbuatan yusuf dilihat Allah dan Allahpun memberkati dan mengokohkan tahtanya dan memberkati hidupnya.

Ada Tiga hal yang perlu kita lakukan dalam mengampuni orang lain :

1.    MENJADIKAN YESUS SEBAGAI TELADAN  DALAM MENGAMPUNI.
Yesus mengalami penderitaan yang sangat hebat saat ia difitnah, disiksa, dicambuk, ditikam bahkan ditombak di kayu salib, Yesus harus memikul salib dan jalani kehidupanNya dengan menanggung dosa manusia, kalaupun Dia mau Dia bahkan bisa membalas perbuatan tentara romawi namun Yesus memilih untuk mengampuni dengan cara berdoa kepada Bapanya katanya “Ya Bapaku ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu  apa yang mereka perbuat.” Keteladanan yang Yesus tunjukkan melalui perbuatan memiliki pengaruh yang sangat besar dibandingkan dengan perkataan indah,  perkataan manis yang enak untuk didengar.

Yesus bukan hanya sebagai Guru yang mengajar namun bisa juga melakukan. Sebagai orang kristen jadikan Yesus sebagai teladan / contoh dalam setiap segi kehidupan kita.
“Sebab itu sebagai anak anak yang terkasih, teladanilah ALLAH dan hiduplah didalam kasih, sebagaimana Yesus Kristus juga telah mengasihi kamu dan telah menyeraahkan dirinya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi ALLAH.” (Efesus 5 : 1)


2. PENGAMPUNAN ADALAH CARA UNTUK MENGHANCURKAN BENTENG PERTAHANAN IBLIS.
Iblis sering menggunakan kepahitan yang kita rasakan dan menjadikan benteng dalam kehidupan kita dan mengerogoti hidup kita, Iblis sering menggoda kita  dengan pikiran yang jahat dan membuat kita bingung namun kita tidak boleh takut lawanlah iblis dengan menerima keselamatan dari Allah, dengan menggunakan Firman Allah sebagai senjata untuk melawan iblis dan teruslah berdoa untuk memohon Roh Kudus untuk memampukan kita dalam mengambil keputusan untuk memaafkan dan mengampuni orang  yang membuat kita menderita. Iblis sering menghalangi kita namun dikala kita mengampuni maka kita akan melihat segala berkat suka cita, damai sejahtera dan janji – janji Allah akan dipenuhi dalam hidup kita.

3. PENGAMPUNAN AKAN MEMBAWA PEMULIHAN.
Apabila kita mau mengampuni kita harus memaafkan dan melupakan semua perbuatan orang terhadap kita maka Bapa disorga melakukan hal yang sama pada kita. Sebagai manusia yang penuh kelemahan akan kedagingan tentu sangat sulit untuk memaafkan namun kita punya Yesus, minta kekuatan dan serahkanlah pada Yesus. Jika kita terus menerapkan  prinsip keadilan yaitu bila sikorban menderita akibat perbuatan pelaku maka pelaku harus mendapat hukuman yang sama dengan yang diderita si korban misalnya: bila mata sikorban buta maka pelakuknya harus dicungkil dan demikian seterusnya. Memang kelihatanya cukup adil namun motif untuk memberikan hukuman hanyalah merupakan balas dendam dan itu akan menjadi lingkaran setan karena itu akan terjadi terus menerus antara kedua belah pihak dan hal itu merupakan sesuatu hal yang tidak benar dan tidak baik dalam pertumbuhan iman percaya kita akan Yesus Kristus. Sebagai umat manusia yang dosanya telah ditebus dan diampuni alangkah baiknya kita mau memafkan dan mengampuni orang yang bersalah pada kita. Memang tidak mudah untuk melakukan hal itu tetapi apabila kita bersandar pada Yesus, percaya padaNya dan berserah sepenuhnya padaNya maka tidak ada yang mustahil bagi kita. Kita adalah manusia yang merupakan karya terbaik hasil ciptaan Tuhan yang dibuat serupa dengan gambar ALLAH bila kita menyakiti manusia maka secara tidak langsung kitapun menyakiti penciptanya. Biarlah pembalasan menjadi hak Tuhan sedangkan kita terus belajar untuk menerima kenyataan yang terjadi secara iklas. Apabila kita mengampuni Dia akan mengampuni dan memulihkan keadaan kita dari ada ke tidak ada akan diadakan lagi.

    Apabila kita mengampuni dan berdoa untuk orang sudah menyebabkan kebencian dalam hidup kita maka kita akan memperoleh ketenangan dan berkat namun apabila kita menyimpan dendam maka iblis akan masuk dan mencuri segala berkat yang  ALLAH berikan, memang pada awalnya mengampuni merupakan hal yang sangat sulit namun bila kita mengampuni kita akan merasakan kasih TUHAN dan kita mengangkat beban dosa kita sendiri maka kita mengalami berkat Tuhan dengan cara yang tepat seperti yang dikatakan Yesus dalam injil Matius 6 : 14.

“    Karena jika kamu mengampuni kesalahan orang lain Bapa yang disorga akan mengampuni kamu juga.”     
                                                                                                                 
Sebagai orang Kristen kita harus mengampuni hal – hal yang tak terampuni karena Allah lebih dahulu mengampuni kita, apabila kita ingin diampuni maka kita harus mengampuni. Kita telah mengalami anugrah ALLAH, kasih dan pengampunanNya yang akan melingkupi segalanya, manakala anugrah menyentuh kehidupan kita maka kita akan merasa dibebaskan dari belenggu dosa. Anugerah pengampunan semacam itu dapat membawa ketenangan ditengah keriuhan, mebawa kedamaian ditengah perselisihan, membawa pemulihan ditengah keputusasaan, membawa kesejukan ditengah kegersangan, Yesus Memberkati kita semua..........!!!!!


Penulis : Adeleida Paula Tampa

16 Apr 2010

The Unconditional love of God

Adalah seekor burung kecil yang sangat kedinginan di tengah musim dingin yang paling dingin. Dia bingung harus pergi kemana supaya bisa menjadi hangat dan tidak mati sia-sia! Dia datang ke depan sebuah rumah yang tampak hangat dan terang, tapi takut untuk terus maju karena dia melihat seseorang berdiri di depan pintu.

Orang ini melihat burung tersebut dan jatuh kasihan. Ia pun mulai berusaha menolong burung itu dengan menunjukkan jalan menuju tempat yang hangat yang dapat dipakai oleh burung tersebut dalam berbagai cara agar burung tersebut dapat selamat dan tetap bertahan hidup! Tapi usahanya itu percuma saja karena burung itu tidak mengerti maksud dari orang tersebut. Ia mengira orang itu mau mencelakainya sehingga ia malah berlari ketakutan ke arah sebaliknya, makin jauh dari tempat hangat tersebut! Orang itu sedih sekali dan bingung melihat hasil dari usahanya menolong burung tersebut, kenapa jadinya bertolak belakang?? Bagaimana agar burung itu bisa mengerti dan dapat diselamatkan??

Akhirnya dalam keputusasaannya, ia berpikir coba saja kalau ia adalah juga seekor burung maka ia akan dapat menolong burung tersebut memberitahu adanya tempat hangat tersebut dan burung itu pasti akan mengerti sepenuhnya maksud baiknya menolongnya, sehingga akhirnya burung itu bisa selamat dari kematian!

Hal inilah yang dilakukan oleh Allah Bapa. Ia adalah sama seperti orang tersebut, ingin menyelamatkan manusia berdosa karena kasih-Nya yang tak terkira pada mereka, kasih yang demikian besar sampai Ia rela mengorbankan milik-Nya yang paling berharga sekalipun demi cinta-Nya terhadap kita, manusia, makhluk dari debu tanah yang cepat atau lambat akan kembali menjadi debu tanah tanpa ada harapan untuk hidup kekal. Demi maksud-Nya yang mulia itu, Ia mencari segala macam cara untuk memberitahu manusia jalan satu-satunya menuju keselamatan, menuju Surga untuk dapat hidup kekal selamanya bersama-Nya, yaitu percaya pada Tuhan Yesus Kristus..

Akan tetapi, manusia adalah sama dengan burung tersebut, mereka tidak bisa mengerti maksud baik Allah tersebut, dikarenakan keterbatasan akal pemikirannya yang sangat jauh berbeda, bagaikan bumi dan langit, dibandingkan dengan akal pikiran Allah Bapa. Mereka tidak dapat mengerti petunjuk jalan keselamatan itu bagaimanapun caranya.

Oleh karena itu, Bapa mengutus Tuhan Yesus menjadi manusia sehingga Ia yang tidak terbatas menjadi terbatas dalam kriteria-kriteria penciptaan-Nya sendiri yang diciptakan-Nya untuk membatasi keberadaan manusia. Ia mengutus Tuhan Yesus menjadi manusia sehingga manusia tidak ketakutan lagi melihat cahaya kecemerlangan kemuliaan-Nya yang menyilaukan dan bisa membuat seorang manusia yang melihatnya akan jatuh lemas saking shock-nya! Sedemikian besarlah niatan daripada Tuhan Allah menyelamatkan manusia berdosa, makhluk dari debu tanah yang tiada berarti, agar bisa tetap hidup kekal bersama-Nya di Surga kelak. Ia ingin bisa menyentuh manusia-manusia ciptaan-Nya tersebut pribadi lepas pribadi agar kita bisa mengenal-Nya, Pribadi yang begitu baik dan mulia sampai-sampai rela mati di kayu salib cuma demi kebahagiaan kita semata..

Padahal mati di kayu salib bukanlah hal yang mudah sama sekali, mengingat Tuhan Yesus yang sampai berkeringat darah dalam bergumul perihal misi-Nya ini dengan Allah Bapa di Taman Getsemani. Tapi tetap kepatuhan-Nya yang tidak bercacat itu memenangkan ketakutan-Nya dan Ia pun siap sedia mengorbankan diri-Nya demi kita manusia-manusia terhilang ini!

Apabila ada di antara kita, manusia yang tega-teganya menghina karya penebusan yang begitu mulia ini, maka ia lebih dari pantas untuk disiksa di dalam api neraka untuk selama-lamanya!!

Percaya pada Tuhan Yesus tanpa keraguan sebagai jalan satu-satunya ke Surga dan nikmatilah hubungan yang intim dengan-Nya hari lepas hari!!

Note this: we don't deserve this salvation at all, just because His grace and mercy toward us, we could accept this with tremble and big appreciation forever and ever!!

Penulis: Priska Bachtiar
Email: predestined_glorify@yahoo.com

15 Apr 2010

Agama yang tepat untuk anda !

Restoran cepat-saji memancing kita dengan mengijinkan kita memesan makanan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Beberapa rumah kopi membanggakan ratusan macam rasa dan jenis kopi yang mereka jual. Bahkan dalam membeli rumah dan mobil, kita bisa memilih opsi dan fitur yang sesuai dengan keinginan kita. Kita tidak lagi terbatas dengan coklat, vanila atau strawberry. Pilihan, itu adalah raja. Anda dapat memperoleh apapun sesuai dengan kesukaan dan kebutuhan pribadi Anda.

Jadi bagaimana dengan agama yang persis Anda inginkan? Bagaimana dengan agama yang tidak membuat rasa bersalah, tidak ada penuntutan dan tidak dipenuhi dengan harus begini dan tidak boleh begitu? Agama seperti itu ada, tetapi dapatkah kita memilih agama seperti memilih rasa es krim?

Dalam dunia ini ada banyak suara yang mencoba menarik perhatian kita; jadi mengapa kita harus mempertimbangkan Yesus lebih dari Mahammud atau Konghucu atau Budha atau Charles Taze Russell atau Joseph Smith? Bukankah semua jalan menuntun ke surga? Bukankah pada dasarnya semua agama sama saja? Yang benar ialah: tidak semua agama menuntun ke surga, sama seperti tidak semua jalan membawa kita ke Jakarta.

Hanya Yesus sendiri yang berbicara dengan otoritas Tuhan karena hanya Yesus yang telah mengalahkan kematian. Mahammud, Konghucu dan lain-lainnya tetap tinggal dalam kuburan sampai hari ini, tetapi Yesus, dengan kuasaNya sendiri, keluar dari kubur pada hari yang ketiga setelah mati dengan keji di salib. Setiap orang yang berkuasa atas kematian patut mendapat perhatian kita. Setiap orang yang berkuasa atas kematian patut untuk didengar.

Bukti-bukti yang mendukung kebangkitan Tuhan Yesus sangat banyak. Pertama-tama, ada kurang lebih 500 saksi mata yang menyaksikan Yesus yang bangkit! Jumlah tsb adalah jumlah yang banyak. Lima ratus suara tidak boleh diabaikan begitu saja. Ditambah lagi dengan kubur kosong. Para musuh Yesus dapat dengan mudah menghentikan pembicaraan mengenai kebangkitan Yesus dengan memperlihatkan mayat Yesus yang mulai membusuk, tapi mereka tidak dapat memperlihatkan mayat Yesus. Kubur Yesus kosong! Dapatkah para murid mencuri mayat Yesus? Tidak mudah. Untuk mencegah hal itu kubur Yesus dijaga oleh para tentara yang bersenjata. Mengingat bahwa para pengikut Yesus lari ketakutan saat Yesus ditangkap dan disalibkan, kecil sekali kemungkinan untuk sekelompok nelayan yang ketakutan ini untuk berani datang menghadapi para tentara yang profesional dan terlatih. Fakta berbicara, kebangkitan Tuhan Yesus tidak dapat diabaikan begitu saja!

Sekali lagi, setiap orang yang berkuasa atas kematian pantas untuk didengar. Yesus membuktikan kuasaNya atas kematian, kita perlu mendengar apa yang Dia katakan. Yesus mengklaim sebagai satu-satunya jalan keselamatan (Yohanes 14:6). Yesus bukan salah satu jalan; Dia adalah satu-satunya jalan.

Dan Yesus yang sama ini berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Hidup dalam dunia ini adalah hidup yang berat. Banyak di antara kita yang bercucuran darah, dan babak belur dalam dunia ini. Betul? Jadi apa yang Anda inginkan? Pemulihan atau sekedar sebuah agama? Juruselamat yang hidup atau salah satu dari sekian banyak “nabi” yang mati? Hubungan yang bermakna atau upacara-upacara yang kosong? Yesus bukan salah satu pilihan, Dia adalah satu-satunya pilihan!

Yesus adalah “agama” yang tepat kalau Anda mencari pengampunan (Kisah Rasul 10:43). Yesus adalah “agama” yang tepat kalau Anda mencari hubungan yang berarti dengan Tuhan (Yohanes 10:10). Yesus adalah “agama” yang tepat kalau Anda mencari rumah kekal di Surga (Yohanes 3:16). Tempatkan iman Anda kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamatmu, Anda tidak akan menyesal! Percayalah kepadanya untuk pengampunan dosamu, Anda tidak akan dikecewakan.

Jikalau Anda ingin memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan, berikut ini adalah sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya kepada Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kepada Tuhan bahwa Anda beriman kepadaNya dan untuk berterima kasih kepadaNya untuk keselamatan yang Dia sediakan bagi Anda. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang indah, yaitu karunia hidup kekal! Amin!”

Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di sini? Jika demikian, klik pada tombol “Saya telah menerima Kristus pada hari ini” di bawah.


13 Apr 2010

Yesus, satu-satunya jalan ke Sorga !

“Saya ini pada dasarnya adalah orang baik, karena itu saya akan masuk Surga.” “OK, saya ada melakukan beberapa hal yang tidak baik, tapi saya melakukan lebih banyak hal-hal yang baik, jadi saya akan masuk surga.” “Tuhan tidak akan memasukkan saya ke neraka hanya karena saya tidak hidup sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab. Zaman sudah berubah!” “Hanya orang yang betul-betul jahat, seperti orang yang suka mengganggu anak-anak dan pembunuh yang masuk neraka.”

Ini adalah alasan-alasan yang sering dikemukakan orang, namun kenyataannya, semuanya adalah bohong. Iblis, penguasa dunia, menanamkan konsep-konsep itu dalam pikiran kita. Dia, dan setiap orang yang mengikuti jalannya, adalah musuh Tuhan (1 Petrus 5:8). Iblis selalu menyaru sebagai pribadi yang baik (2 Korintus 11:14), tetapi dia menguasai semua pikiran yang bukan milik Tuhan. “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah (2 Korintus 4:4).

Adalah suatu kebohongan kalau dikatakan bahwa Tuhan tidak peduli pada dosa-dosa kecil, dan bahwa neraka disediakan hanya bagi “orang jahat.” Segala macam dosa memisahkan kita dari Allah, termasuk “dusta putih dan kecil.” Setiap orang sudah berdosa dan tidak seorangpun yang dapat masuk ke surga dengan upaya sendiri (Roma 3:23). Masuk ke surga bukanlah berdasarkan apakah kebaikan kita lebih banyak dari kejahatan kita. Kalau itu ukurannya, kita semua akan kalah. “Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia” (Roma 11:6). Tidak ada perbuatan baik yang dapat kita lakukan untuk membawa kita masuk surga (Titus 3:5).

“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya” (Matius 7:13). Bahkan jikalau semua orang hidup dalam dosa dan tidak banyak yang percaya kepada Tuhan, Tuhan tidak akan menerima itu sebagai alasan. “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka (Efesus 2:2).

Ketika Tuhan menciptakan dunia, dunia sempurna adanya. Segalanya baik. Kemudian Dia menciptakan Adam dan Hawa dan memberi mereka kehendak bebas sehingga mereka dapat memilih mau mengikuti dan menaati Tuhan atau tidak. Namun Adam dan Hawa, manusia yang pertama yang diciptakan Tuhan, digoda oleh Iblis untuk tidak taat kepada Tuhan dan mereka berdosa. Akibatnya mereka (dan semua orang yang lahir kemudian, termasuk kita) tidak dapat memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Maka Tuhan membuka jalan supaya kita dapat dipersatukan dengan Dia di surga. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). Yesus dilahirkan supaya Dia dapat menunjukkan jalan kepada kita dan mati bagi dosa-dosa kita sehingga kita tidak perlu mati. Tiga hari setelah kematianNya, Yesus bangkit dari kubur (Roma 4:25), membuktikan kemenanganNya atas kematian. Dia menjembatani jurang antara Allah dan manusia sehingga kita dapat memiliki hubungan pribadi dengan Allah jika kita mau percaya.

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3). Kebanyakan orang percaya tentang Tuhan, termasuk Iblis. Tapi supaya diselamatkan, kita perlu berbalik kepada Tuhan, menjalin hubungan pribadi dengan Dia, berbalik dari dosa-dosa kita dan mengikuti Dia. Kita mesti percaya kepada Yesus dalam segala hal yang kita miliki dan lakukan. “Allah memungkinkan manusia berbaik dengan Dia, hanya kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Allah berbuat ini untuk semua orang yang percaya kepada Kristus; sebab tidak ada perbedaannya” (Roma 3:22). Alkitab mengajarkan kita bahwa tidak ada jalan lain untuk mendapatkan keselamatan selain melalui Kristus. Yesus berkata dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6).

Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan karena Dia adalah satu-satunya yang dapat membayar hutang dosa kita (Roma 3:23). Tidak ada agama lain yang mengajarkan dalamnya dan seriusnya dosa kita dan akibat-akibatnya. Tidak ada agama yang menawarkan pembayaran dosa seperti yang disediakan oleh Yesus. Tidak ada “pendiri agama” lain yang adalah Allah yang menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14 – satu-satunya cara untuk melunasi utang dosa. Yesus haruslah Allah supaya Dia dapat membayar hutang kita. Yesus harus menjadi seorang manusia supaya Dia bisa mati. Keselamatan hanya tersedia melalui iman di dalam Yesus Kristus! “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12).

11 Apr 2010

Hanya ada "SATU JALAN"

Apa yang muncul dalam pikiran anda jika pengajar matematika anda mengatakan, “ Selamat pagi, hari ini saya akan memperkenalkan sebuah metode baru untuk melakukan perkalian, pembagian, pertambahan dan pengurangan. Saya tahu kalian selalu berpikir bahwa 2+2=4, 5-5=0, 3x3=9, dan seterusnya. Tetapi saya pikir sangat arogan jika kita berpikir hanya ada satu jalan untuk melakukan matematika. Mengapa tidak boleh 2+2=5, jika kita benar-benar mempercayainya?” Anda pasti berpikir dia sudah gila, hanya ada satu jalan untuk melakukan matematika, 2+2 akan selalu menghasilkan 4, sama seperti 5-5=0.

Hal itu disebut absolute atau mutlak. Ada beberapa hal di alam semesta ini yang bersifat mutlak, entah Anda mau mempercayainya atau tidak. Anda bisa berdiri di atas rel kereta api sementara kereta api sedang berlari menuju Anda, dan Anda mempunyai segudang iman yang menyatakan bahwa Anda akan keluar “sebagai pemenang” Namun, bagaimana pun, kebenaran mutlak mengatakan bahwa “kereta api itu lebih besar dari Anda, Anda bisa dilindasnya sampai terkoyak”

Jika satu hal adalah benar, maka kebalikannya pasti salah. Jika 2+2=4, maka 2-2=4 tidak mungkin benar. Begitu juga 2+2=5 dalah salah. Formula itu bertentangan satu sama lain. Tidak perlu seorang jenius untuk mengerti bahwa jika ada dua hal bertentangan, maka tidak mungkin keduanya benar. Bagaimana jika kemutlakan itu menyangkut sesuatu yang lebih penting dan kritis dalam kehidupan, yaitu kekekalan jiwa? Banyak orang tahu bahwa jika dua atau lebih hal bertentangan satu sama lain, maka tidak mungkin semuanya benar.

Tetapi ketika Anda menyampaikan pandangan tentang hidup sesudah kematian, semua pandangan seakan menjadi “benar” jika Anda percaya dengan sepenuh hati. Tapi saya katakan,ketulusan seperti ini salah. Sama seperti ada kebenaran mutlak dalam dunia fisik, demikian juga ada kebenaran mutlak dalam dunia rohani , dan keputusan Anda tentang hal itu akan menentukan keberadaan Anda di dalam kekekalan. Anda mungkin bertanya, “Jika memang demikian, apakah berarti ada juga kepalsuan mutlak di dalamnya?” Tentu saja. Semua agama tidak mungkin sama-sama benar. Banyak dari mereka bahkan bertentangan satu sama lain. Mengatakan bahwa ada banyak jalan menuju Tuhan adalah sama dengan mengatakan bahwa 2+2=4 atau 5 atau 15 atau apa pun yang Anda inginkan.

Lalu,”Yang mana yang benar?” Terakhir saya periksa, sedikitnya seseorang memiliki 300 pilihan agama. Hal itu menyebabkan banyak orang menyerah pada pandangan bahwa banyak jalan menuju Tuhan. Tapi lihatlah pilihan-pilihan itu seperti ini, bagaimana jika anda menderita penyakit yang mematikan dan 300 dokter member saran yang berbeda-beda? Masalahnya semua dokter itu bertentangan.

Saya ragu jika Anda berpikir,” Saran semua dokter itu mengarah pada cara penyembuhan yang sama dan secara acak saya harus memilih satu, sambil berharap cara itu berhasil. Atau, Anda akan mewawancarai setiap dokter, menyediakan waktu yang banyak untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi sebelum memutuskan. Karena hidup Anda bergantung pada itu.” Anda memang memiliki penyakit mematikan yang disebut dosa, dan suatu hari nanti Anda pasti meninggal dunia.

Sekarang Anda memiliki banyak pilihan yang bertentangan, tersedia untuk jaminan hidup kekal. Berita bagusnya adalah Satu Orang telah menghapus pertentangan dan membuktikan bahwa Ia adalah penyembuh sejati satu-satunya penyakit mematikan itu. Dia bukanlah tokoh-tokoh agama lain. Anda bisa mempertaruhkan hidup Anda dengan memilih mereka, jika Anda mau. Tetapi keyakinan rohani saya adalah pada Dia yang megaku sebagai satu-satunya jalan menuju Sorga dan yang telah bangkit dari kematian untuk membuktikan bahwa Ia tahu apa yang Ia katakan.

Yesus mengatakan,” Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun yang datang kepada Bapa ( Sorga ) jika tidak melalui Aku” ( Yohanes 14:6 ). Tidak pernah ditemukan dalam kitab suci manapun ada pemimpin agama yang berani berkata demikian selain Yesus Kristus. Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan menuju Sorga dan kekristenan adalah satu-satunya agama yang berlandaskan kasih karunia bukan perbuatan. Menurut agama-agama lain, Anda harus berbuat sesuatu untuk menerima keselamatan, sorga, nirwana atau apapun juga. Hanya kekristenan yang berdasar pada anugerah dan iman.

Manusia secara alami penuh kesombongan. Ini adalah salah satu alasan terbesar mengapa muncul banyak sekali agama. Orang ingin merasakan bagaimana rasanya mencapai keselamatan dengan perbuatannya. Bahkan, adalah sesuatu yang sangat rendah untuk mengakui bahwa anda adalah seorang yang berdosa dan harus mempercayakan hidup anda pada tangan orang lain sebagai satu-satunya harapan untuk mendapatkan keselamatan. Sebagian besar orang tidak mau menyerahkan kesombongannya, sehingga mereka mencemplungkan dirinya kepada agama apapun yang dapat memuaskan ego mereka. Masalahnya adalah berjuta-juta orang akan meninggal dengan kepercayaan diri yang besar dan membawa tiket satu jalan, menuju neraka.

Hal ini mengingatkan saya untuk bertanya kepada Anda,”Apakah Anda sudah memeriksa tujuan tiket Anda akhir-akhir ini?” Jika tiket Anda berkata sesuatu yang lain selain Yesus adalah satu-satunya jalan menuju Sorga, maka tiket itu adalah salah. Satu-satunya hal mutlak yang benar adalah ini : Iman kepada Yesus + kematianNya di kayu salib + bukan perbuatan = Sorga.

Penulis: Tomin Moiras
Email: tominmoiras@gmail.com

9 Apr 2010

Apa kata Alkitab mengenai Rasisme dan Diskriminasi (Perbedaan Manusia)


Hal yang pertama yang perlu dipahami dalam diskusi ini adalah bahwa hanya ada satu ras: ras manusia. Orang Kaukasia, Afrika, Asia, Indian, Arab, Yahudi, semuanya bukanlah ras-ras yang berbeda. Semua ini adalah etnik-etnik yang berbeda dalam ras manusia. Semua umat manusia memiliki ciri-ciri fisik yang sama (tentunya dengan variasi-variasi kecil). Yang lebih penting lagi, semua manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27). Allah mengasihi dunia ini (Yohanes 3:16). Yesus meletakkan nyawanya bagi setiap orang di seluruh dunia (1 Yohanes 2:2). “Seluruh dunia” jelas berarti semua etnik.

Allah tidak pilih kasih atau pandang bulu (Ulangan 10:17; Kisah Rasul 10:34; Roma 2:11; Efesus 6:9), kitapun tidak boleh demikian. Yakobus 2:4 menggambarkan orang yang melakukan diskriminasi sebagai “hakim dengan pikiran yang jahat.” Sebaliknya, kita harus “mengasihi sesama kita seperti diri sendiri” (Yakobus 2:8). Dalam Perjanjian Lama, Tuhan membagi umat manusia dalam dua kelompok “ras”: orang Yahudi dan orang Kafir. Maksud Tuhan adalah orang-orang Yahudi menjadi imamat rajani yang melayani kepada bangsa-bangsa kafir. Sebaliknya, yang sering, orang-orang Yahudi bangga dengan status mereka dan menghina orang-orang kafir. Yesus Kristus mengakhiri hal ini dengan merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan (Efesus 2:14). Segala bentuk rasisme, prasangka, dan diskriminasi adalah bertentangan dengan karya Kristus di atas salib.

Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi satu dengan yang lain sebagaimana Dia mengasihi kita (Yohanes 13:34). Kalau Allah tidak memandang bulu dan mengasihi kita tanpa pandang bulu, artinya kita perlu mengasihi orang-orang lain dengan juga dengan standar tinggi seperti itu. Pada akhir dari Matius 25 Yesus mengajarkan bahwa apa yang diperbuat terhadap yang terkecil dari saudara-saudaranya, kita melakukan itu untuk Dia. Jikalau kita menghina dan meremehkan seseorang, kita memperlakukan seorang yang diciptakan dalam gambar Allah dengan cara yang tidak benar; kita melukai seseorang yang dikasihi Tuhan dan yang baginya Yesus mati.

Rasisme, dalam berbagai bentuk dan tingkatan, merupakan bencana yang melanda umat manusia selama ribuan tahun. Saudara dan saudari dari semua etnik: hal ini tidak seharusnya demikian! Pada para korban rasisme, prasangka dan diskriminasi – Anda perlu mengampuni. Efesus 4:32 berkata, “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Mereka yang bersikap rasis memang tidak layak mendapatkan pengampunan kita, namun kita juga lebih tidak layak menerima pengampunan Tuhan! Kepada pelaku-pelaku rasisme, prasangka dan diskriminasi – Anda perlu bertobat dan “serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” (Roma 6:13). Kiranya Galatia 3:28 dapat terwujud secara penuh, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.”

Followers