27 Jul 2014

10 Alasan mengapa Allah mengijinkan penderitaan

10 Alasan Mengapa Allah Mengijinkan Penderitaan  

Oleh: C.S. Lewis
Pemikir Kristen C.S. Lewis menulis tentang “Masalah dengan rasa sakit” Mengapakah Allah yang begitu baik mengijinkan dunia yang penuh dengan penderitaan? Di tulisan ini, Radio Bible Class menawarkan 10 alasan yang membuat kita berpikir lebih dalam, untuk menambatkan iman kita didalam kesedihan yang ada disekitar kita.

1. Penderitaan datang dari kebebasan untuk memilih

Orang tua yang mencintai anaknya akan berusaha melindungi anak mereka dari rasa sakit yang sia-sia. Tetapi orang tua yang bijaksana tahu bahaya dari tindakan terlalu melindungi. Mereka tahu bahwa kebebasan untuk memilih adalah hal dasar di setiap manusia, dan sebuah dunia tanpa kebebasan untuk memilih akan menjadi lebih kacau dari dunia tanpa kesusahan. Yang lebih parah lagi adalah dunia dimana orang-orang didalamnya dapat memilih pilihan yang salah tanpa merasakan akibatnya. Tak ada orang yang lebih berbahaya daripada seorang pembohong, pencuri atau pembunuh yang tidak merasakan akibat buruk dari yang ia lakukan pada dirinya dan pada diri orang lain. (Kejadian 2:15-17)

2. Rasa sakit dapat menandakan bahaya sudah dekat.

Kita benci rasa sakit, terutama di diri orang-orang yang kita cintai. Tetapi tanpa rasa tidak nyaman, orang yang sakit tidak akan menemui dokter. Badan yang capai tidak akan mendapatkan istirahat. Orang2 jahat tidak akan takut akan hukum. Anak-anak akan menertawakan koreksi. Tanpa rasa sakit dari kesadaran kita, rasa kebosanan sehari-hari atau rasa kosong untuk sesuatu yang berarti, manusia yang diciptakan untuk mencari kepuasan didalam Allah yang di surga akan puas dengan sesuatu yang tidak sepadan dengan Allah. Contohnya adalah raja Salomo, ia dibutakan dengan kesenangan dan dihajar dengan rasa sakitnya, menunjukkan kepada kita bahwa bahkan orang-orang yang paling bijaksana sekalipun suka condong menjauh dari kebaikan dan dari Tuhan sampai ditahan dengan rasa sakit yang berasal dari pilihan kita sendiri yang kurang matang. (Pengkotbah 1-12; Mazmur 78:34-35; Romans 3:10-18)

3. Penderitaan membuka apa isi hati kita.

Penderitaan seringkali disebabkan oleh orang lain. Tetapi penderitaan mempunyai jalan untuk menunjukkan kita kepada apa yang ada didalam hati kita sendiri. Kapasitas untuk rasa cinta, belas kasihan, kemarahan, rasa iri dan sombong dapat tidak diketahui sampai situasi yang membangunkannya. Kekuatan dan kelemahan dari hati kita tidak dapat kita ketahui ketika situasi kita menyenangkan, tetapi ketika api penderitaan dan cobaan mencobai quality dari karakter kita. Seperti halnya emas dan perak yang dibuat lebih sempurna dalam perapian, dan seperti batu bara yang perlu waktu dan tekanan untuk menjadi berlian, hati manusia menjadi terbuka dan tumbuh dengan menjalani tekanan dan panas dari waktu dan situasi. Kekuatan dari satu karakter tidak terlihat ketika semua hal berjalan lancar di dunia kita tetapi didalam keberadaan dari rasa sakit dan penderitaan. (Ayub 42:1-17; Roma 5:3-5; Yakobus 1:2-5; I Petrus 1:6-8)

4. Penderitaan membawa kita ke pinggir dunia kekal

Jika kematian adalah akhir dari segalanya, maka kehidupan yang penuh dengan kesusahan adalah sesuatu yang tidak adil. Tetapi jikalau akhir dari hidup ini membawa kita ke tepi hidup yang kekal, maka orang-orang yang paling beruntung di jagat raya ini adalah mereka yang menemukan, melalui penderitaan, bahwa kehidupan ini bukanlah semuanya yang kita harapkan. Mereka yang menemukan diri mereka sendiri dan Allah yang kekal melalui penderitaan tidak menyia-nyiakan rasa sakit mereka. Mereka telah membiarkan kemiskinan, rasa sakit dan lapar mendorong mereka kepada Allah yang kekal. Mereka adalah orang-orang yang akan menemukan rasa kebahagiaan yang tidak ada akhirnya. Inilah mengapa Tuhan Yesus mengatakan, “Berbahagialah mereka yang miskin karena mereka memiliki kerajaan surga“ (Matius 5:3, lihat juga Roma 8:18-19)

5. Rasa sakit mengendurkan pegangan kita akan kehidupan saat ini.

Dalam waktu tertentu, pekerjaan kita dan pendapat kita makin jarang dicari orang. Badan kita menjadi cepat letih. Perlahan-lahan mereka menjadi tidak dapat dihandalkan lagi. Sendi-sendi badan menjadi kaku dan sakit. Penglihatan menjadi buram. Pencernaan menjadi lambat. Tidur menjadi sulit. Masalah menjadi banyak dimana pilihan menjadi sedikit.
Tetapi, jikalau kematian bukanlah yang terakhir tetapi batas dari hari yang baru, maka kutukan dari usia lanjut adalah sesuatu berkat. Rasa sakit yang baru membuat dunia ini menjadi kurang menarik dan kehidupan selanjutnya lebih menarik. Dalam caranya yang tersendiri, rasa sakit membuka jalan untuk keberangkatan yang ……(Pengkotbah 12:1-14)

6. Penderitaan memberi kesempatan untuk menaruh iman kepada Tuhan.

Orang yang paling kita kenal sebagai penerima penderitaan yang paling besar adalah Ayub. Menurut alkitab, Ayub kehilangan keluarganya didalam perang, kekayaannya kepada angin dan api dan kesehatannya kepada bisul yang sangat menyakitkan. Di tengah-tengah kondisinya, Tuhan tidak pernah mengatakan kepada Ayub mengapa penderitaannya terjadi. Sementara Ayub menerima tuduhan-tuduhan dari teman-temannya, surga tetaplah sunyi. Ketika Tuhan akhirnya berbicara, Ia tidak mengatakan bahwa musuhNya yaitu setan telah menantang motivasi Ayub untuk melayani Tuhan. Tuhan juga tidak meminta maaf karena telah membiarkan setan untuk mencobai ketaatan Ayub pada Tuhan. Tetapi, Tuhan berkata-kata tentang kambing gunung yang melahirkan anaknya, singa muda yang berburu dan burung rajawali disarangnya. Ia berkata-kata tentang sifat-sifat burung onta, kekuatan dari lembu. Ia berkata-kata tentang keajaiban dari surga, keagungan dari laut dan pergantian musim. Ayub dibiarkan untuk mengambil kesimpulan bahwa kalau Tuhan mempunyai kekuatan dan kebijakan untuk menciptakan jagat raya ini, ia mempunyai alasan yang baik untuk mempercayai Tuhan yang sama didalam penderitaannya. (Ayub 1-42)

7. Tuhan menderita bersama kita di dalam penderitaan kita.

Tidak ada seorang pun yang lebih menderita daripada Bapa kita di surga. Tidak ada seorang pun yang pernah membayar harga yang begitu mahalnya untuk dosa yang sudah masuk di dunia. Tidak ada seorang pun yang terus menerus disakitkan karena umat manusia sudah jatuh. Tidak ada seorang pun yang sudah menderita seperti Ia yang membayar dosa-dosa kita dalam bentuk tubuh yang disalibkan. Tidak ada seorang pun yang lebih menderita daripada Ia yang ketika membuka tanganNya dan mati, menunjukkan bagi kita betapa kasihNya kepada kita. Allah yang inilah, yang memanggil kita kepadaNya, meminta kita untuk percaya kepadaNya ketika kita mengalami penderitaan dan ketika orang-orang disekitar kita menangis didepan kita. (I Petrus 2:21, 3:18, 4:1)

8. Hiburan Tuhan adalah lebih besar daripada penderitaan kita.

Rasul Paulus meminta kepada Allah untuk mengambil satu sumber penderitaan yang tidak dijelaskan di alkitab. Tetapi Tuhan menolak dan mengatakan, “AnugrahKu adalah cukup bagimu, karena kekuatanKu dibuat sempurna dalam kelemahan.” “Karena itu,” kata Paulus, “Aku akan …… “ (2 Korintus 12:9-10) Paulus mengetahui bahwa ia lebih senang bersama dengan Tuhan disaat penderitaan daripada tanpa Tuhan dalam kesehatannya dan situasi yang menyenangkan.

9. Di dalam krisis, kita menemukan satu dengan yang lainnya.

Tidak ada seorangpun yang akan memilih untuk menderita. Tetapi ketika pilihan tidak memungkinkan, masih ada jalan lain yaitu penghiburan. Bencana alam dan waktu-waktu krisis dapat mendekatkan kita kepada sesama kita. Angin ribut, kebakaran, gempa bumi, kekacauan masyarakat, penyakit dan kecelakaan mempunyai caranya sendiri untuk membuat kita sadar akan situasi kita yang sebenarnya. Tiba-tiba kita menyadari bahwa kita adalah manusia lemah dan bahwa saudara-saudara kita adalah lebih penting daripada barang-barang yang kita miliki atau ingini. Kita sadar bahwa kita butuh satu dengan yang lainnya dan lebih dari segalanya, kita butuh Tuhan.
Setiap saat kita menemukan penghiburan Tuhan didalam penderitaan kita, kapasitas kita untuk membantu orang lain bertambah. Inilah yang Rasul Paulus maksudkan ketika ia berkata, “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kitaYesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” II Korintus 1:3-4.

10. Allah dapat menjadikan penderitaan untuk kebaikan kita.

Kebenaran ini paling baik dilihat dari contoh-contoh yang diberikan di alkitab. Dalam penderitaan Ayub, kita bisa melihat seseorang yang tidak hanya kemudian mempunyai pengertian yang lebih lagi tentang Allah, tetapi juga seseorang yang dapat menghibur dan menguatkan keturunan-keturunannya. Dari penolakan, pengkhianatan, perbudakan dan kesalahan pemenjaraan seseorang bernama Yusuf, kita melihat seseorang yang akhirnya dapat berkata kepada mereka yang menyakitkannya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, …” (Kejadian 50:20)
Ketika semua di dalam diri kita berteriak kepada surga karena membiarkan penderitaan, kita mempunyai alasan untuk melihat kepada hasil kekal dan kebahagiaan Yesus yang didalam penderitaanNya sendiri di kayu salib berkata, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46)
Anda tidak sendiri jika ketidakadilan dan penderitaan hidup membuat anda tidak yakin kalau Bapa yang disurga perduli pada anda. Tetapi pikirkan kembali penderitaan dari Dia yang disebut oleh nubuatan Yesaya “seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan.” (Yesaya 53:3). Bayangkanlah punggungnya yang penuh dengan luka cambuk, keningNya yang berdarah, tangan dan kakiNya yang berdarah terkena paku salib, lambungnya yang ditusuk, kesengsaraanNya di taman Getsemani dan tangisNya karena Ia merasa ditinggal oleh Bapa yang disurga. Pikirkan bahwa Yesus mengatakan bahwa Ia menderita bukan karena dosaNya, tetapi karena dosa kita semua. Karena Ia memberikan kita kebebasan untuk memilih, Ia membiarkan kita menderita. Tetapi Ia sendirilah yang sebenarnya menanggung hukuman dan rasa sakit dari semua dosa-dosa kita. (2 Korintus 5:21; 1 Petrus 2:24)
Ketika Anda mengerti alasan mengapa Tuhan menderita, jangan lupa bahwa Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus mati untuk dosa-dosa kita, dan mereka yang percaya dalam hatinya bahwa Allah telah mengangkatnya dari antara orang-orang mati akan selamat (Roma 10:9-10). Pengampunan dan kehidupan yang kekal Tuhan Yesus tawarkan bukanlah suatu hadiah akan keberhasilan kita tetapi hadiah untuk semua yang berdasarkan fakta-fakta yang ada, yakni percaya kepadaNya.

Followers