31 Mar 2010

Kuk Kemiskinan

Kita bertanya-tanya, mengapa pemulihan dan kesembuhan tidak datang-datang? Mengapa kesusahan yang terus menerus mengikuti kita, bukannya kemuliaan Tuhan? Mengapa janji-janjiNya tidak digenapi bagi kita yang telah sekian tahun percaya? Kita berseru kepada Tuhan, namun Ia tidak menjawab; bahkan telah berteriak kepadaNya, namun tidak dapat menemukanNya. Mungkin kita berkata bahwa kita sedang diuji kesetiaan dan iman kita kepadaNya. Ada baiknya kita mencoba merenungkan FirmanNya dalam

Yesaya pasal 58 ayat 8 dan 9 :
Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran akan menjadi barisan depanmu dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! APABILA engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesama mu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah.

Alasannya hampir selalu sama, ternyata tanpa sadar kita memiliki kuk di tengah-tengah kita yang berupa “menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah” yaitu roh kritis. Ia berjanji melalui Yesus, bahwa kehidupan kita akan berubah secara radikal kalau kita menyingkirkan kuk tersebut. Kalau kita mengecam anak orang lain, siapa yang akan sakit hati? Jelas orangtuanya! Demikian pula dengan Tuhan. Sewaktu kita menghakimi salah satu umatNya, kita sebenarnya menghakimi Dia. Sewaku kita mengkritik sesama saudara kita, kita sebenarnya mengatakan ciptaan Allah itu tidak sesuai dengan standar kita, bahwa kita dapat membuatnya lebih baik.

Ada dua pelayanan yang terus berlangsung terus-menerus di hadapan takhta Allah: pertama adalah pelayanan syafaat (doa), yang lain adalah pelayanan dakwaan. Bila kita ada di dalam Dia, Yesus akan memakai kita untuk bersyafaat (Roma 8:27); kita menjadi “rumah doa bagi segala bangsa”( Yesaya 56:7). Bersyafaat adalah berdoa untuk orang lain. RumahNya adalalah tempat bersyafaat. Tuhan tidak pernah mengatakan rumahNya sebagai rumah khotbah, rumah penyembuhan, ataupun rumah penghakiman. Iblis disebut “pendakwa saudara-saudara”dan disebutkan pelayanan ini berlangsung siang dan malam di hadapan Allah ( Wahyu 12:10 ).

Sulit untuk dimengerti bagaimana cara iblis bisa mendakwa orang-orang kudus di hadapan Allah siang dan malam padahal ia telah dilemparkan dari sorga dan tidak diperkenankan untuk menghadap takhta Allah? Ternyata ia memakai orang-orang kudus, yang memang diperkenankan untuk datang ke takhtaNya, untuk melakukan pekerjaan kejam ini bagi dia. Ini dapat terjadi bila kita membiarkan iblis ada di dalam hidup kita bukannya Yesus dan tanpa sadar kita telah menjadi kaki tangannya untuk mendakwa dan mengecam. Sewaktu kita “menunjuk-nunjuk dengan jari” untuk mengkritik, kita memasang kuk pada diri kita sendiri sehingga kita tidak dapat diberkati dan berada di bawah cengkeraman roh kemiskinan.

Tuhan memperingatkan kita : Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya (Amsal 18:1). Kita jangan pernah mengenakan kuk kemiskinan karena penghakiman kita terhadap orang lain : Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu (Matius 7:1-2). Banyak jemaat mengkritik cara jemaat yang lain dalam memberikan persembahan. Banyak hamba Tuhan juga mengkritik cara hamba Tuhan yang lain dalam mengambil persembahan. Karena penghakiman itu, mereka sendiri tetap bersalah sekalipun mereka memberikan persembahan maupun mengambil persembahan secara alkitabiah. Sewaktu penghakiman kita berbalik kepada diri kita sendiri, kita pun hanya menghadapi kegelapan dan doa yang terjawab atas kebutuhan-kebutuhan kita. Hal ini berlaku baik dalam hal keuangan maupun dalam hal karunia-karunia rohani. Roh yang mengkritik akan mendatangkan kemiskinan.

Kritik adalah salah satu bentuk utama kesombongan karena orang yang mengkritik menganggap dirnya lebih hebat. Kesombongan akan mendatangkan sesuatu yang seharusnya paling menakutkan bagi manusia yang rasional : pertentangan Allah ! “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”(Yakobus 4:6). Lebih baik seluruh roh jahat di neraka menentang kita daripada Allah menentang kita. “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil” (Yohanes 7:24). Ayat ini sebenarnya menegaskan keadaan kita sebagai manusia lemah yang tidak akan pernah bisa menghakimi sesuatu dengan adil. Kita selalu saja menghakimi apa yang nampak di depan mata, namun Tuhan melihat hati dan menghakimi hati, bukan perbuatan (Roma 2:16). Oleh sebab itu hanya Tuhan yang berhak menghakimi dan kita tidak layak. Dengan jalan kita menghakimi, kita telah bertindak melampaui hakNya sebagai satu-satunya Hakim (Yakobus 4:12) dan kita telah menjadi Tuhan atas orang lain, ini sangat berbahaya.

Kritik kita dapat pula bersumber dari kepekaan yang benar. Isunya adalah bagaimana kita memanfaatkan kepekaan itu; apakah kita akan menggunakannya untuk mendakwa atau untuk bersyafaat? Orang-orang mungkin bersalah dan layak untuk dikritik tetapi Tuhan telah memberikan kepada kita instruksi yang jelas mengenai cara menghadapi saudara yang berbuat dosa dalam Matius 18. Ia melakukan hal itu untuk mencegah kita menjadi batu sandungan. Dalam kasus semacam ini, kita seharusnya tidak mendakwa, tetapi bersyafaat. Tuhan sanggup menghakimi rumahNya sendiri dan Ia sanggup membuka jalan bagi kita kalau Ia memang mau memakai kita. Kalau Ia tidak membuka jalan bagi kita, kita harus percaya bahwa Ia akan melakukannya pada waktu yang telah ditetepkanNya. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Penulis: Tomin Moiras
Email: tominmoiras@gmail.com

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Sertai Komentar anda dengan alamat e-mail

Followers