19 Mar 2010

Meditasi ? Bolekah Orang Kristen melakukannya?


Mazmur 19:15 menyatakan, “Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan (Inggris: meditasi) hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.” Kalau begitu apa itu meditasi Kristen dan bagaimana seharusnya orang Kristen bermeditasi? Ketika kata “meditasi” digunakan sekarang ini, biasanya terkandung makna mistis di dalamnya. Bagi sebagian orang, meditasi adalah menjernihkan pikiran sambil duduk dalam posisi yang tidak lumrah. Bagi yang lainnya, meditasi adalah berhubungan dengan dunia roh di sekeliling kita. Konsep-konsep semacam ini jelaslah bukan meditasi Kristen.

Meditasi Kristen tidak ada sangkut pautnya dengan praktek-praktek yang memiliki mistisisme Timur sebagai dasarnya. Praktek-praktek itu meliputi lectio divina, meditasi transendental, dan berbagai bentuk yang disebut sebagai “doa kontemplasi.” Semua ini pada intinya adalah premis yang berbahaya bahwa kita perlu “mendengar suara Allah,” bukan melalui Firman-Nya, namun melalui wahyu khusus melalui meditasi. Beberapa gereja dipenuhi dengan orang-orang yang berpikir bahwa mereka mendengar “Firman dari Tuhan,” sering secara berkontradiksi dan akibatnya mengakibatkan perpecahan dalam Tubuh Kristus. Orang-orang Kristen tidak boleh mengabaikan Firman Allah, yang “diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2Timotius 3:16-17). Kalau Alkitab sudah cukup untuk memperlengkapi kita secara menyeluruh untuk setiap perbuatan baik, bagaimana mungkin kia berpikir bahwa kita perlu mencari pengalaman mistis?

Bagi seorang Kristen, meditasi semata-mata hanyalah pada Firman Allah dan apa yang dinyatakan mengenai Dia. Daud memahami hal ini dan menggambarkan bahwa orang yang “berbahagia” adalah orang “yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:2). Meditasi Kristen yang sejati adalah proses pikiran secara aktif (memikirkan), di mana kita mendedikasikan diri untuk mempelajari Firman Allah, mendoakan, dan meminta Allah memberi kita pengertian melalui Roh yang telah berjanji untuk memimpin kita ke dalam “seluruh kebenaran” (Yohanes 16:13). Kemudian kita menerapkan kebenaran ini, mendedikasikan diri kita kepada Kitab Suci sebagai pedoman hidup dan perbuatan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan rohani dan kedewasaan dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah sebagaimana kita diajarkan oleh Roh Kudus-nya. Itulah meditasi Kristen.

3 komentar :

  1. Biarlah Roh Kudus menuntun kita

    BalasHapus
  2. Anonim21/3/10

    peka terhadap suara Tuhan, bukan disertai emosi dan pikiran manusia,, harus dg tulus mengasihi Tuhan
    sebab akhir zaman ini terdakang para hamba Tuhan sebenarnya lebih peka mendengar 'suara sumbang-setan' namun mengklaim bahwa itu adalah suara Tuhan,,, dan buahnya : "perpecahan itu nyata"
    ampuni kami Tuhan...

    BalasHapus
  3. meditasi Kristen = SATE (Saat Teduh)

    BalasHapus

Sertai Komentar anda dengan alamat e-mail

Followers